Satu malam penuh [Name] tidak bisa tidur dengan tenang karena ulah Jean semalam. Kalian ingat dengan Jean yang menyemburkan asap rokok ke wajahnya? Ulah Jean yang satu itu berhasil membuat [Name] mengalami sesak nafas selama satu malam penuh hingga ia tidak bisa tidur dengan tenang.
Beruntung saat pagi tiba di mana aktivitas akan dimulai, sesak pada dadanya mulai mereda. Ia mulai bisa bernafas normal seperti sedia kala meski dalam beberapa kesempatan masih dapat merasakan pernafasanya tersedat.
Mengucek mata yang penat, [Name] merenggangkan otot-otot tubuhnya. Hari ini dia berjaga seorang diri di ruang kesehatan lantaran dokter Rose yang sedang izin kembali ke rumahnya. Dokter Rose mengatakan jika hari ini anak bungsunya yang bekerja di luar distrik Trots akan kembali dan wanita setengah abad itu ingin menyambut kedatangan anaknya tersebut.
Tak ingin menghalangi hari bahagia dokter Rose, [Name] menerima permintaan dokter tua itu untuk mengurus dan mejaga ruang kesehatan dengan lapang dada meski matanya terasa berat.
Menopang keningnya, jari-jemarinya memijit pelipisnya. Berada di ruang kesehatan seorang diri di tengah kondisi diri yang mengantuk benar-benar menyiksa. Bahkan tak jarang tangan yang menopang kepala goyah karena lemahnya tumpuan akibat rasa kantuk.
Menarik nafas panjang, sepertinya [Name] butuh secangkir kopi agar kantuk tak merajai dirinya. Bangkit dari duduk, [Name] menguap. Matanya berair dengan dada yang terkadang masih terasa sesak.
Melangkah keluar dari ruang kesehatan, [Name] berlalu menuju kantin. Namun, baru setengah perjalanan, seseorang dari arah belakangnya berseru membuat langkah jenjang [Name] terhenti.
Ia menoleh ke sumber suara, mendapati seorang pria yang mengenakan stelan jas formal tergesa-gesa menghampirinya. "Dokter!" seru pria itu setibanya.
Kening [Name] berkerut. "Ada apa, Tuan?" tanyanya.
Pria tersebut menarik nafas panjang lalu menatap [Name] serius. "Bisakah kau ikut ke rumah sukarelawan anti Marley?!"
Sukarelawan anti Marley? Apa pria ini adalah salah satu manusia dari luar dinding yang bersedia bekerja untuk Paradise? [Name] tidak tahu menahu mengenai mereka lebih jelas lagi. Hanya saja, berurusan dengan manusia luar dinding harus ia waspadai selalu.
"Kalau boleh tahu, memangnya ada apa? Apa ada sesuatu yang genting?" [Name] tetap pada mode tenangnya meski kantuk semakin menjadi-jadi.
"Temanku, dia tiba-tiba mengalami kejang-kejang dan mulutnya berbusa! Kemungkinan dia keracunan sesuatu! Aku tidak bisa membawanya ke mari karena hanya ada kami berdua saja di rumah sukarelawan! Yelena dan yang lainnya sedang berkunjung ke markas Pasukan Penjaga. Jadi, bisakah kau menolongku?!" Pria ini tampak benar-benar khawatir dengan nasib temannya itu.
Menarik nafas, [Name] mengulum bibirnya. Ia mengangguk pelan. "Tunggu aku di depan markas Pasukan Pengintai, aku akan segera bersiap-siap."
Pria tersebut mengangguk lalu melakukan apa yang [Name] minta. Sementara [Name], gadis itu mengusap wajahnya dan berbalik menuju ruang kesehatan. Niat untuk menikmati secangkir kopi harus ditunda olehnya terlebih dahalu. Dia akan mempersiapkan seluruh alat kerjanya dan setelah itu [Name] akan pergi menemui Jean. Dirinya tidak mungkin pergi ke rumah sukarelawan anti Marley sendirian. [Name] harus tetap waspada.
Setelah mempersiapkan alat kerjanya, [Name] memasukkan semuanya ke dalam tas jinjing berukuran persegi panjang. Tas jinjing berbahan kulit sapi asli itu dia bawa keluar dari ruang kesehatan. Mengunci pintu, setelah itu [Name] berlalu menuju asrama laki-laki dimana kamar Jean berada.
Usai melewati lorong panjang dengan melalui beberapa prajurit, akhirnya [Name] tiba di depan kamar Jean yang sudah ia hafal letaknya. Mengetuk pintu, tak lama Jean keluar. Pemuda itu tampak hanya mengenakan kaos putih oblong dengan celana hitam formal. Sepertinya Jean baru saja selesai bertugas dan hendak beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐑𝐎𝐌𝐈𝐒𝐄 || Jean Kirstein || FAP ✔︎
FanfictionRasa ini terhubung. Terhubung oleh janji masa kecil yang masih melekat indah dalam benak. [Name] takkan pernah melupakan janji itu dan justru menggunakan janji mereka sebagai sebuah rekonsiliasi antara dirinya dan Jean. Namun, bagi Jean semua janji...