61. Menabur luka diatas kebahagiaan

100 8 0
                                    

"Sebaik-baiknya self healing adalah mendekatkan diri kepada Allah agar hati merasa lebih tenang."

-Agaraya-

"Kita belajarnya di sini aja ya, tapi maaf untuk terakhir kalinya aja," tutur Raya.

"Iya gapapa," balas Aga.

Mereka berdua melanjutkan membaca buku paket matematika agar bisa memenangkan olimpiade matematika tersebut.

Mungkin, setelah olimpiadenya selesai. Barulah gadis itu memberi hal yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Aga. Mulai dari awal pertemuannya sampai gangguan psikis yang dialaminya akibat kejadian buruk di masa lalu.

Sedari tadi rasa cemas akan kehilangan seseorang yang disayangi masih menyelimuti isi pikirannya. Mimpi yang berulang kali memperingatkan kejadian buruk itu makin menambah rasa khawatirnya seakan itu devaju sebagai tanda supaya bisa mencegahnya agar tidak benar-benar terjadi di dunia nyata.

Bukan sekali saja gadis itu memimpikan hal yang sama. Rasanya teramat bila menjadi kenyataan. Baru merasakan di dalam mimpi saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

Apalagi merasakan saat di dunia nyata, pasti rasanya berat untuknya. Dunianya runtuh karena kurangnya komunikasi dengan orang lain. Bukannya tak ingin berbagi isi aja hal itu, tetapi dirinya masih menunggu waktu yang tepat aja.

Sejenak, laki-laki dengan kacamata bertengger di depan mata menatap Raya penuh penuh kecemasan.

Dia membayangkan bila jatirinya terungkap saat Raya dalam keadaan tidak baik-baik saja, pasti akan memperburuk kondisi psikis gadis itu.

Belum sempat dia membahagiakannya justru menabur luka diatas kebahagiaan.

'Raya tiap aku natap mata kamu aku merasa takut saat kamu tahu jatiriku. Kamu akan merasa kecewa dan meninggalkanku' batin Aga.

Entah mengapa mereka berdua benar-benar sibuk dengan kecemasan masing-masing sehingga rasa semangat seketika luntur. Dari luar kelihatannya mereka tengah memahami isi buku padahal sebenarnya hanyalah sebuah cara agar kelihatan baik-baik saja.

Pada menit pertama memang benar membaca, beberapa menit kemudian mereka justru berperang dengan isi pikiran masing-masing.

Agaㅡmemikirkan bila jatirinya terungkap merubah keadaan Raya makin suram penuh luka. Bahkan, gadis itu bisa membenci lebih dari yang dulu. Hal yang tak diinginkan bisa terjadi kalau itu sudah takdir yang digariskan oleh Allah. Berangan saja sudah membuatnya merasa bersalah apabila jika menyaksikan dengan secara nyata.

Rayaㅡmemikirkan nasib persahabatan diambang kehancuran apabila dirinya belum bisa menceritakan segala rahasia yang tertutupi oleh lengkungan senyum palsu. Bisa pula apa yang terlihat dalam mimpi menjadi kenyataan.
Kata-kata terlintas dalam pikirannya tentang respon Rain, "Raya ternyata elo nipu gue dengan senyum palsu. Menyembunyikan luka dibalik senyuman begitu gampangnya sampai gue sebagai sahabat merasa gagal tak mampu menemani kala di titik nadir."

Keduanya menautkan doa dibalik kecemasan dan rasa khawatir. Mengharapkan itu semua sekedar feeling bukan kenyataan. Bila waktunya telah tiba mereka pasti akan mengungkapkan hal yang selama ini terpendam dalam hati.

Entah itu karena keadaan ataupun takdir, mereka akan menabur luka diatas kebahagiaan. Hanya sedikit kebahagiaan yang diberi. Namun, luka akan terus menganga sampai merasakan sakit tak berdarah. Adakah seseorang yang pernah mengalami hal yang sama seperti Aga dan Raya?

Dahulu, Raya pernah merasakan pahitnya diberikan luka diatas kebahagiaan. Sekarang, dialah yang melakukannya kepada orang lain.

Begitu pula dengan Aga, dulu merasakan apa yang dirasakan Raya. Mereka berdua seakan terjebak di keadaan yang sama.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang