Dalam kondisi baik, Yang Yang selalu bangun lebih awal di banding Seungcheol. Mulai membersihkan diri dan menyiapkan makanan untuk sarapan. Meski perutnya besar, pergerakan Yang Yang tidak kalah gesit seperti badannya saat masih ramping. Hal yang membuatnya tidak betah berdiam diri dan sering menjadi bahan omelan Seungcheol kalau ia mulai memiliki tanda-tanda sakit juga kelelahan.
“Yosh, selesai.” Bibir Yang Yang mengembangkan satu senyum puas melihat jajaran makanan sudah tersaji di atas meja. Dengan satu tangan memegang bagian bawah perutnya, ia berjalan menuju kamarnya. Berniat membangunkan sang suami.
Namun, saat tangannya baru menyentuh handle pintu, suara bell membuatnya mengurungkan niat. Sembari bertanya-tanya siapa yang datang, Yang Yang memeriksa dari layar intercom, namun tidak ada siapa-siapa di depan pintu. Jantungnya sedikit berdebar ketika ia memutuskan untuk membuka pintu.
Lorong itu sepi.
Yang Yang menunduk dan menemukan sebuah kotak berwarna putih, diikat oleh pita biru dengan hiasan bunga di atasnya. Meski bingung, Yang Yang tetap mengambil kotak itu dan membawanya masuk.
“Cantik. Tapi, siapa yang mengirim?” Yang mengetahui alamat Seungcheol dan Yang Yang hanyalah member seventeen dan manajer boyband tersebut. Rasanya aneh kalau yang mengirim adalah member seventeen.
Karena rasa penasarannya yang tinggi, Yang Yang langsung membuka kotak itu di ruang tamu. Namun, senyumnya langsung menghilang begitu matanya melihat apa yang ada di dalam kotak tersebut. Tubuhnya membeku dan beberapa detik kemudian kotak itu jatuh ke lantai.
Kelinci putih mati yang masih mengeluarkan darah jatuh dan mengotori lantai. Ada satu foto polaroid dirinya juga.
Perut Yang Yang bergejolak dan ia merasa mual. Buru-buru ia memasukkan tikus itu kembali ke dalam kotak dan berlari ke dapur, membuang kotak itu ke dalam tempat sampah. Lantas berganti mengeluarkan sisa makan malam yang bisa ia keluarkan.
Namun, Yang Yang tidak bisa bersantai, ia mengambil kain lap dan membasahinya. Seungcheol tidak boleh melihat noda darah di lantai. Saat melewati ruang tengah, handphonenya yang sejak bangun di charger berdering nyaring. Ada panggilan masuk. Karena keadaannya yang setengah panik, ia langsung menjawab tanpa melihat siapa yang memanggil.
“Halo.” Yang Yang berjongkok dan mulai mengelap noda darah di lantai ruang tamu. Dalam hati bersyukur karena tidak mengenai permadani putih di dekat sofa.
“Ah, akhirnya aku menemukanmu. Bagaimana hadiahnya? Kamu menyukainya, Bunny?”
Gerakan tangan Yang Yang berhenti. Ia menjauhkan ponselnya dari telinga dan memandang ponsel itu dengan syok. Nomor ini, nomor yang sering mengirimi banyak chat sarkas sejak pengumuman hubungannya dengan Seungcheol.
“Sepertinya perutmu terlihat besar. Seungcheol Oppa kami merawatmu dengan baik, ya, hingga perutmu membuncit. Apa jangan-jangan ... ada keponakan kami di sana?”
Dengan panik Yang Yang memutuskan sambungan dan memblokir nomor itu. Tubuhnya langsung terduduk. Terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Tangannya mengusap perutnya di mana ia dapat merasakan bayi-bayinya bergerak gelisah.
“Tidak apa-apa, baby, tidak ada yang akan menyakiti kalian.”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love || Seungcheol x Yang Yang
FanfictionMalam penghargaan itu mengajarkan pada mereka, betapa pentingnya menghargai perasaan orang lain.