Bagian 8

117 14 4
                                    

Awan mendung mengepung kota Tokyo dengan kesedihan meneteskan air jatuh terus-menerus membasahi ibukota--perlahan berubah menjadi gelap dengan kabut menghalangi pandangan pengendara.

Guntur agung menari mengikuti alur awan yang menyelimuti seluruh Tokyo, hawa dingin menyelusup masuk ke sela-sela ventilasi rumah.

Dia bersembunyi di selimutnya sambil membaca buku menghilangkan bosan sesaat, jam dinding bergeming menunjukkan waktu hampir tengah malam.  Utahime menghela nafas lagi--ini sudah lebih dua minggu dia tidak kembali, dia ingat Mei menelpon klo Satoru bersama Nanami tengah miting di luar kota tapi sampai kapan? Telpon dan pesan tidak pernah di balas satu pun oleh suaminya.

Dia capek, menunggu tidak ada kepekaan dari suaminya. Utahime keluar dari zona nyamannya meninggalkan kamar, dia bosan tidak tahu harus ngapain di rumah besar ini selain membaca buku, beres-beres rumah dan menonton televisi. Dia ingin sesekali pergi keluar atau menghabiskan minggu bersama suaminya tapi sayangnya hayalannya terlalu tinggi, lebih baik Utahime menonton televisi rumah.

Tiba-tiba saja dia merasa mual ingin muntah, Utahime berlari ke arah wastafel dapur. Memuntahkan isi yang baru saja dia makan tadi pagi, sudah dua hari Utahime kurang enak badan, dia membersihakan kekacauannya tadi di wastafel lalu menghapus bersih mulutnya.

Utahime memegang meja makan dan duduk di kursi, tubuhnya tidak kuat berlama-lama berdiri. Dia lemas ingin berobat tapi dia takut pergi sendiri, dia ingin Satoru mengantarnya--dia mengurungkan niatnya karena suaminya belum tentu mau.

"Apa aku harus pergi sendiri, berobat" kata Utahime menahan pening di kepala begitu sakit.

Dia membuka ponselnya, tak lupa mengirimnya pesan pada suaminya.

Satoru
"Satoru, jangan lupa makan teratur ya. Jangan tidur terlalu larut, hati-hati perjalanan pulang.

Tidak ada satu pun balasan dari suaminya, tapi dia cukup senang pesannya di baca. Dan Utahime tahu suaminya sibuk dia hanya bisa mengsupport suaminya meski dia jauh dari Utahime.

.
.
.

"Kau gila Shoko!!" Bentak Satoru

Wanita itu menunduk diam takut akan amarah Satoru yang memuncak. Dia di kagetkan kedatangan Shoko ke tempat mitingnya, meski tidak menerobos masuk karena Ijichi menahannya--yang lebih membuat Satoru kesal bukan kedatangan Shoko tapi berita yang dia bawa.

"Kalau kejadiannya seperti ini, kita akhiri saja hubungan ini!! Maaf saya tidak mau menanggung dosamu" kata Satoru angkat tangan.

"Sa-Satoru, aku mohon... aku minta maaf, aku-aku tidak tahu siapa-"

"Tidak tahu apa!? Ini buktinya apa Shoko, ck lebih baik aku pulang... Hime menungguku" kata Satoru melepas genggaman Shoko padanya.

"Satoru" teriak Shoko.

.
.
.

"Ma-maaf aku apa dok?"

"Nyonya Gojo, anda hamil dan kandungan anda jalan 2 minggu"

Utahime masih mencerna perkataan dokter itu, tidak percaya kabar ini akhirnya datang. Dia menunggu selama ini 2 tahun dalam pernikahan nya yang retak, dia hamil--anak suaminya. Bagai mimpi bagi Utahime, dia langsung memasang senyum berterima kasih pada dokter karena beliau memberi selamat padanya.

"Anda jangan terlalu banyak pikiran, pola makan harus di jaga juga"

Utahime mengangguk paham.

.

Dia mengusap perutnya yang belum terlihat buncit, tangannya menggenggam kertas hasil lab tes kehamilannya. Dia ingin menunjukkannya pada Satoru, dia ragu dan takut suaminya tidak menerima buah hatinya sendiri.

"Apa Satoru akan menerimanya" kata Utahime mengelus perutnya.

Suara deru mobil membuyarkan lamunannya, dia bergegas membuka pintu rumah tapi sebelum sampai pintu rumah Utahime melihat suaminya yang terlihat kacau, dia ragu-ragu bertanya.

"Sa-Satoru, ada apa? Wajahmu kenapa" kata Utahime kalut melihat warna biru pucat tercetak di pipi suaminya.

"Tidak ada" begitu kata Satoru, meninggalkan istrinya yang masih mematung.

"A-aku kompres ya" Utahime menyentuh tangan suaminya. Dia berhenti menjatuhkan tatapan pada tangan yang menahannya.

"Aku kompres ya, nanti lebamnya berbekas" kata Utahime, wajahnya begitu khawatir dia menyentuh wajah Satoru yang terkena hajaran. Sementara mata biru indah Satoru menatap lurus ke arah Utahime, menelusuri lekuk wajah istrinya yang terlihat khawatir padanya.

"Kamu khawatir padaku?" Tanya Satoru, dia menatap balik manik suaminya masih memasang wajah cemas. "Tentu saja, kamu suamiku" kata Utahime.

"Tunggu sebentar, aku ambil air hangat" tapi sebelum Utahime mengambil air hangat Satoru menahan lengan istrinya dan menariknya ke dalam pelukan Satoru, dia membola mengetahui perubahan pada suaminya. Dia diam tidak mengucapkan satu kata pun pelukannya begitu erat sampai Utahime mencoba tidak menjatuhkan air matanya, dia begitu merindukan dekapan seperti ini... dekapan hangat suaminya yang begitu diinginkannya.

Utahime terperengap merasakan air jatuh di pipinya, ini bukan air matanya tapi air mata suaminya. Dia merasakan getaran di seluruh tubuh suaminya, dia juga berbisik meminta maaf suaranya begitu tulus. Utahime senang akhirnya Satoru mengetahui kesalahannya.

"Aku minta maaf Hime, aku salah... aku bodoh... maafkan aku, aku mengaku bermain belakang dengan wanita lain aku jahat kamu boleh membenciku, tapi terima kasih Hime kamu masih mengkhawatirkanku, kamu masih peduli padaku, kamu masih menganggapku suamimu"

Utahime memasang simpul senyuman dan membalas pelukan suaminya, dia suka wangi tubuh Satoru begitu menenangkannya.

"Aku tidak masalah tidak di maafkan, karena aku sadar... aku busuk, aku suami busuk tak tahu malu" kata Satoru.

Utahime menggeleng pelan kepalanya dengan bersamaan mengelus lembut punggung suaminya itu.

"Aku maafkan, aku selalu memaafkan kesalahan Satoru, terima kasih sudah mau mengakui kesalahan. Aku merindukanmu Satoru" kata Utahime

Satoru melonggarkan pelukannya tak lama melepaskan dia menatap Utahime yang selama ini dia tinggalkan sosok istri yang tanpa sadar selalu hadir di benak dan hatinya, hatinya telah di butakan oleh Shoko akhirnya malah melupakan istri sahnya.

"Aku kompres ya" kata Utahime sekali lagi memegang wajah Satoru, dia mengangguk setuju.

~◇♧◇♧~

"Kamu menghajarnya?" Tanya Nanami pada Ino.

"Suguru menyuruhku" kata Ino, Nanami terlihat gusar mengacak-acak rambutnya.

"Bodoh! Gojo tidak akan melakukan hal tercela seperti itu" ucap Nanami emosi.

"Aku kenal Gojo begitu lama sebelum Suguru"

"Tapi, Suguru bilang Satoru lah yang melakukan itu pada Shoko" kata Ino dengan nada bersalah.

"Tidak, aku yakin Gojo di jebak... dia tidak akan melakukan itu, itu sama saja mencoret nama baiknya sendiri--2 minggu ini Gojo tidak keluar lagi dengan Shoko, dia miting denganku di Hokkaido tidak mungkin Gojo bisa pergi mengunjungi Shoko. Jadwalnya padat, aku sendiri yang mengawasinya"

"Lalu siapa yang menjebak Gojo?"

"Entah... seseorang yang tidak menyukai Utahime dan Gojo."

.
.
.
.
.

-BERSAMBUNG-
15-01-2022

Look at me (HIATUS) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang