Sebelum baca, vote dulu yukk.
Happy readingg !!.
.
.AROMA air hujan yang menyatu dengan tanah terhidup oleh indra penciuman Nara. Bulan ini sudah memasuki musim penghujan. Ia berjalan dikoridor yang sepi sendirian. Mungkin karena cuaca yang mendung dan gerimis, membuat beberapa siswa datang agak terlambat. Pagi ini, Ia diantar oleh Leon. Saga tidak masuk sekolah dikarenakan sedang tidak enak badan.
Nara mempererat jaket yang melekat pada tubuh nya karena hawa pagi ini sangat dingin. Tak sengaja netra nya menangkap seseorang dari arah berlawanan. Seseorang yang beberapa hari ini menghantui pikiran nya.
Dia adalah Rafael Aderick Dirgantara. Seseorang yang dulu pernah mengukir kenangan indah bersamanya.
Rafael yang melihat Nara pun membeku. Kemudian, lelaki jangkung itu berjalan melewati Nara seolah tidak melihatnya.
Namun, Nara mencekal tangan laki laki itu membuat Rafael menghentikan langkah kakinya.
"Ael ..." Nara berujar lirih.
Rafael mengetat kan rahang nya. Ia kembali teringat pada panggilan itu. Hanya satu orang lah yang memanggil kan dengan sebutan 'Ael' yaitu Nara, gadis yang berhasil mengobrak abrik kan perasaan nya.
Rafael membalik kan badan nya. Matanya menatap mata Nara yang menatapnya dengan sorot luka dan kerinduan.
Tanpa aba aba, Rafael tiba tiba menarik tangan Nara kearea belakang sekolah. Nara agak kesulitan mengimbangi langkah Rafael dengan kaki mungil nya.
Tiba di taman belakang sekolah. Rafael menatap Nara dengan pandangan yang sulit dijelaskan membuat Nara gugup.
"Kenapa lo bisa disini?"
Nara mengangkat kepalanya mendengar suara Rafael. Netra nya menatap manik mata Rafael. "Aku ketemu keluarga kandung ku. Terus masukin aku kesini." tutur Nara.
"Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi." Rafael berujar dingin. Nara menyeringitkan dahinya tak mengerti. "Ael, maksud kamu apa?"
Rafael menatap Nara dingin. "Anggap kita gak pernah saling kenal. Dan, jangan pernah muncul dan nyapa gue." jawab Rafael penuh penekanan.
Hati Nara mencelos mendengarnya. "Ael-" belum sempat Nara selesai berbicara, Rafael terlebih dahulu menyela nya. "STOP PANGGIL GUE DENGAN SEBUTAN ITU! GUE MUAK!" sela nya yang tanpa sadar membentak Nara, lalu pergi begitu saja.
Tubuh Nara membeku. Ia tak menyangka orang yang dahulu bersikap lembut kepadanya menjadi kasar seperti ini.
Nara menunduk. Ia menangis, dan dengan seribu rasa bersalah di rongga dadanya.
****
Siang ini, hujan mengguyur Ibu Kota. Dari pagi, matahari sama sekali tak tampak. Nara duduk dihalte sekolah, menunggu pak Yono- supir pribadi Fany, menjemput.
Ditengah deras nya hujan, Nara memilih menunggu dihalte daripada didalam Sekolah. Alasan nya tentu saja karena Nara penyuka hujan, ya walau setelah nya ia akan terkena demam. Tetapi, Nara sangat menyukai hujan. Seperti saat ini, tangan nya mengadah menampung air hujan yang berjatuhan dari langit. Senyum manis terpantri diwajah cantiknya.
"Pak Yono lama banget." keluh nya. Lalu, sebuah ide terlintas dikepalanya. Nara berpindah tempat. Ia berdiri disamping halte yang membuat nya terguyur air hujan. Ya, Nara bermain hujan. Lagi pula, ia sudah lama tidak bermain hujan hujanan.
Kepala nya mendongak, membiarkan rintikan hujan mengenai wajah nya.
Tanpa Nara sadari, seorang lelaki melihat tingkah laku nya sedari awal.
"Ck, dah tau gampang sakit malah ujan ujanan." desis nya geram. Dengan langkah lebar, ia berjalan menuju Nara.
Nara tersentak kaget ketika seseorang menarik tangan nya dan kembali berteduh ke halte.
"Lo bodoh atau gimana sih? Ngapain coba main hujan hujan gitu, kayak bocah tau gak?" cerca nya membuat Nara terkesiap. "Kalo sakit gimana? bikin nyusahin orang aja." lanjut Rafael, terselip kekhawatiran dikalimatnya.
"Maaf. Aku cuma mau hujan hujan doang sebentar." sahut Nara. Rafael hendak berbalik. Namun tubuh nya mematung mendengar kalimat yang Nara ucapkan.
"Maaf. Maaf udah bikin luka dihati kamu. Aku bener bener minta maaf. Maaf, maaf, maaf."
Rafael menatap Nara nanar. Akal nya menyuruh nya membenci gadis itu. Namun hati nya menolak. Seberapa keras Rafael membenci Nara, nyata nya ia tidak akan sanggup. Apalagi untuk menghilangkan kepudulian nya kepada gadis itu. Perasaan nya dari dulu tidak akan pernah berubah.
Rafael membuang muka. Lalu pergi menuju motor nya tanpa sepatah kata apa pun. Dan Nara hanya bisa memandang sendu punggung Rafael yang perlahan menjauh.
Dirinya sudah terlalu dalam memberi luka pada lelaki itu...
*****
"Astagaa, adek! kok basah gini sih? bukan nya dijemput pak Yono make mobil? tapi kok bisa kebasahan gini sih? kamu main hujan hujanan ya?" pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut Rangga saat melihat adiknya dengan keadaan basah kuyup.
"Ehhehe, iya tadi Nara hujan hujanan sebentar." jawab nya dengan cengiran yang memperlihatkan gigi kelincinya. Rangga menghela nafas pelan. "Sana mandi dulu pakai air hangat. Nanti abang bawain teh anget ke kamar. Sekarang kamu mandi dulu ya?" titah Rangga. Nara mengangguk dan segera pergi menuju kamar nya. Karena memang tubuhnya sudah mengigil.
.....
Nara mengeringkan rambut nya yang basah karena keramas. Tatapan matanya kosong, pikiran nya melayang pada kejadian tadi siang.
Apakah Rafael tetap tidak mau memaafkan dirinya karena kesalahannya di masa lalu?
Pertanyaan itu terus berputar diotaknya. Sebetulnya, Kesalahan itu bukan sepenuh nya salah Nara. Itu semua karena keadaan Nya, sampai menyakiti hati Rafael. Dulu, mereka pernah sedekat nadi. Namun kini, mereka sejauh matahari. Bahkan untuk saling menyapa saja, Rafael seperti nya sangat enggan.
"Sayang, ini Bunda buatkan teh hangat."
Nara menoleh. Fany datang dengan membawa secangkir teh hangat. Wanita baru saja tiba kemarin kerena mendengar putra bungsu nya sakit. Fany adalah wanita yang selalu memperhatikan dan mengurus anak anak nya sendiri. Sedangkan Ryan masih berada di luar Negri.
"Sini bunda bantu keringin rambutnya." Fany mengambil hair dryer ditangan Nara. Lalu mengeringkan rambut putri nya. Selagi Fany mengeringkan rambutnya, Ia meninum teh hangat nya.
"Kak Saga masih demam, Bun?" tanya Nara. "Udah mendingan kok. Dia kecapean karena main basket terus," sahut Fany membuat Nara terkekeh pelan.
"Anak bunda yang satu ini nakal deh, main hujan hujanan. Kalo nanti demam gimana, hm?" gurau Fany sembari menjawil hidung Nara. "Hehehe, Nara udah lama gak main hujan, Bunda. Lagi pula cuma sebentar kok," alasan Nara.
Fany mengelus surai rambut Nara. "Yasudah, sekarang kamu istirahat ya? Kalo besok pagi gak enak badan, langsung bilang Bunda ya sayang," pesan Fany yang di angguki oleh Nara. "Siaap bundaa!"
Fany tersenyum gemas. Lalu mengecup dahi Nara. "Bunda kebawah dulu ya, sayang." pamit nya lalu keluar dari kamar Nara.
.
.
.hayyii !!
part nya agak pendek, wkwk.
smoga suka ya ^^anw, apa yang terjadi antara Rafael dan Nara emang belum diungkap. Itu sengaja, aku buat bgtu.
Thank uu yg udh baca <33
jangan lupa mampir kecerita kuu yg lainn yyaa!!
ak jg bkn crta genre mystery romance gtu, ehehsee youu !
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenara (Posesif Brother)
Genel KurguUpdate sesuai mood .. Setelah kematian Ibu nya, Nara bingung tiba tiba ada sebuah keluarga yang mengaku diri nya sebagai anak bungsu mereka yang hilang. Mereka menjemput diri nya dan berkata jika mereka adalah keluarga kandung nya. Selama ini, Nara...