Mengapa begitu mudah menciptakan senyum jika bersama dirimu?__________
Sembagi turun dari mobil bersamaan dengan Sansekerta yang sampai di lahan parkir sekolah membawa sepeda nya.
"Pagi, Ata," sapa Sembagi dengan senyuman lebar lalu menunjuk ke arah telinga Sansekerta. "Eh, hearing aid lo udah ketemu?"
Sebagai balasan, Sansekerta menganggukan kepala kemudian memarkirkan sepedanya.
"Gimana?" tanya Sembagi membuat Sansekerta mengernyit. "Udah mau ngajarin gue belum?"
Sansekerta menggelengkan kepala, tidak habis pikir dengan temen sebangkunya itu. Dan untuk kesekian kali sebuah penolakan yang Sembagi dapat. Akan tetapi gadis itu belum menyerah. Sembagi terus mengekori Sansekerta sampai keduanya tiba di kelas.
Baru saja Sansekerta duduk, Sembagi melontarkan pertanyaan yang sama seperti beberapa menit yang lalu. "Udah mau?"
Sansekerta menatap Sembagi penuh tanda tanya. Sama sekali belum paham mengapa Sembagi sebegitu inginnya belajar bersamanya.
"Hari ini gak ada PR, kan?" tanya Sembagi sembari mengeluarkan buku dan alat tulis. "Ulangan juga gak ada, kan?"
Pertanyaan bertubi itu Sansekerta jawab dengan gelengan. Sejenak Sansekerta mencuri pandang ke arah Sembagi yang dirasa semakin hari semakin cerewet.
Lalu tiba-tiba Sembagi mengangkat kedua tangannya yang masing-masing memegang alat tulis. Bolpoint di tangan kanan dan pensil di tangan kiri.
"Lo suka rasa apa?" tanya Sembagi sembari menggoyangkan bolpoint. "Cokelat —," lalu beralih pada pensil. "Atau strawberry?"
"Buruan pilih," ujar Sembagi karena Sansekerta hanya bingung menatapnya.
Ragu-ragu Sansekerta menunjuk pensil di tangan kanan Sembagi, meski tidak tahu apa maksudnya.
"Strawberry? Oke."
Usai mengajukan pertanyaan aneh itu Sembagi lantas melenggang keluar dari kelas, meninggalkan Sansekerta yang masih haus penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Sansekerta (Selesai)
Teen Fiction"𝙰𝚔𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊. 𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗𝚔𝚊𝚑 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚑 𝚙𝚎𝚛𝚋𝚎𝚍𝚊𝚊𝚗. 𝙻𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚍𝚒𝚊𝚜𝚒𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗?" Sansekerta harusnya punya banyak teman dan digandrungi banyak perempuan. Parasnya...