28

989 94 21
                                    

"Kita-san? Kiyoomi baru saja berangkat ke kantor.." Kepala Tobio miring sedikit.

"Tidak, aku kemari ingin menemuimu." Pria berambut ganda itu tersenyum. "Aku mau memberimu hadiah, Tobio, apa kau suka?" Ia mengulurkan sebuah kotak yang saat dibuka isinya kalung dan gelang berlian.

Mata Tobio sedikit melebar. Bukan karena ia tak pernah melihat perhiasan mewah itu, ia bahkan punya satu ruangan khusus hanya untuk benda-benda semacam itu pemberian dari Kiyoomi. Yang membuat Tobio kaget adalah kenapa Kita memberinya hadiah semacam ini.

"Terima kasih Kita-san, tapi maaf aku tidak bisa menerimanya.." Tobio membungkuk sungkan. Senyum Shinsuke sedikit mengendur. "Kenapa?"

"Itu karena dia sudah punya suami."

Mata Tobio melebar dan segera kepalanya mendongak. "Yoomi.."

Pria ikal itu tiba-tiba saja sudah berdiri dibelakang Shinsuke. Rahangnya mengeras dan tanpa basa-basi ia melayangkan pukulan keras ke wajah yang lebih pendek.

"Kita-san!" Aran yang ada disana mendorong Sakusa dan menahan tubuh kekar itu agar tidak lanjut menghajar Shinsuke. "Sakusa-san berhenti!"

"Kau pikir istriku jalang huh?! Main asal kau beri hadiah sembarangan!! Dia tidak butuh barang pemberian siapapun selain aku!!!"

Sisi posesif Sakusa begitu mutlak kalau itu soal Tobio. Dia tidak mau Tobio diberi apapun oleh siapapun karena menurutnya, jika ada pria lain memberi sesuatu pada istrinya itu menjadi bentuk penghinaan. "Kau pikir aku tidak mampu membelikan istriku hadiah sampai kau mau memberinya hadiah?! Kemari kau bangsat biar kuhajar!!"

"Yoomi yamero.." Tobio berjalan keluar dan berusaha ikut menenangkan Sakusa. Entah kenapa sisi tempramen, cemburuan, dan keras ini lama-lama membuatnya takut. Dia takut, karena mereka akan menjadi orang tua, Tobio tidak mau anaknya memiliki ayah kasar dan keras begini, membayangkannya saja sudah membuat ia was-was. "Yoomi.."

"Aran lepaskan dia." Ujar Shinsuke seraya mengusap cairan merah yang keluar dari sudut bibirnya.

"Nanti dia menghajarmu lagi Kita-san-"

"Kalau dia saja tidak mau mendengarkan istrinya yang memintanya untuk berhenti, itu artinya percuma menahan karena dia tidak mau mendengar siapapun. Kalau dia mau menghajarku lagi biarkan saja."

Sakusa berhenti memberontak dan melihat kearah Tobio. Menangis lagi memangis lagi. Apa yang Sakusa bisa lakukan hanya membuat istrinya menangis?

Aran melepaskan Sakusa. Kemudian berjalan kembali kearah Kita. "Dengan begini kerja sama kita berakhir Sakusa-san. Kami permisi."

Sakusa tak menghiraukan ucapan Kita. Pria itu masih menatap kearah Tobio yang mengusap jejak air mata dipipinya. "Maaf..Yang kulakukan hanya membuatmu marah.." Tobio menarik ingus seraya berjalan kembali masuk ke rumah.

.
.
.

Sakusa diam di ruangannya. Usia kandungan Tobio sudah 7 bulan. Pria itu jadi merenung. Hubungan mereka baik-baik saja sejak hari itu. Lebih tepatnya Tobio jadi lebih sering berdiam di kamar, menolak jalan keluar atau bertemu tamu.

Sakusa tidak bodoh untuk tahu alasan istrinya begitu adalah agar tidak terjadi masalah. Dan cara itu cukup efektif, tidak ada pertengkaran diantara mereka sejauh ini. Tapi entah mengapa rasanya mengganjal bagi Sakusa.

Dengan berdiam dirinya Tobio dikamar, membatasi diri dari dunia luar dan interaksi, bukankah justru membuktikan bahwa Sakusa seposesif itu? Sampai-sampai kalau Tobio ketahuan ngobrol sedikit si ikal akal koar-koar mengundang masalah.

"Hhh.." Sakusa menghembuskan napas frustasi.

Kurang lebih dua bulan lagi dia akan jadi orang tua. Tentu saja Sakusa ingin berubah. Untuk itu sepulang dari kantor ia membeli vitamin bulanan untuk Tobio di rumah sakit. 

"Ah tuan arogan. Bagaimana impotenmu sudah sembuh kah? Haha" Suara tengil memekakkan telinga itu tidak lain milik Miya Atsumu.

Seketika Sakusa berhenti dan matanya melotot. Bagaimana bisa orang lain tahu tentang penyakit lama yang ia tutup rapat-rapat. Sakusa berbalik. Wajah menyebalkan Atsumu benar-benar mengundang tangannya untuk menghajar. "Apa yang kau bicarakan?"

"Aku tau dari Tobio katanya kau impoten" Tentu saja bohong. Atsumu tahu dari kembarannya. Dia hanya ingin rumah tangga Sakusa dan mantan kekasihnya hancur.

"Kudengar istrimu hamil kan? Itu anakku lho, tidak percaya? Nih ku kasih bukti." Atsumu dengan enteng mengeluarkan ponsel dan memutar video lama saat ia dan Osamu memperkosa Tobio. "Kau lihat disitu jari Tobio memakai cincin. Berarti ini saat kalian sudah bersama." Seringai licik Atsumu melebar.

Sakusa yang mudah cemburu sekejap langsung gelap mata menghajar Atsumu ditempat. Kali ini karena dia sangat marah ia menjotos lelaki itu kelewat keras sampai-sampai membuatnya cacat. Entah beruntung atau sial, satpam datang menahan Sakusa. "Bangsat kubunuh kau!!!" Umpat Sakusa. Ia mengebas tangan satpam tak terima disentuh-sentuh dan segera ngebut menuju rumah.

.

"Yoomi?" Tobio yang tengah duduk di taman sambil mencelupkan kaki di kolam melihat kedatangan suaminya yang berjalan tergesa. Tobio pun bangkit berdiri. "Yoomi?" Rahang pria itu mengeras membuat jantung Tobio berdetak hebat.

Sakusa telah berdiri tepat di depan istrinya. Ia melihat manik biru bulat itu megerjap lugu padanya. "Yoomi?" Tangan kanan Tobio terulur guna mengelus pipi Sakusa.

Dark Red (SakuKage) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang