Rasa anyir dan perih masih terasa jelas pada bibir Yoshi yang terus mengeluarkan darah.
Dihadapannya, seorang laki laki paruh baya menatapnya penuh amarah dan pandangan jijik kala melihat dirinya tersungkur dengan tubuh bergetar.
"Dasar kau mahluk tak berguna. Coba lihat apakah dirimu pantas hidup dasar kau keparat kecil".
"Kau hanya bisa diam dengan tubuh bergetar tanpa mau melihat mataku".
Brak
Yang lebih tua pergi meninggalkan Yoshi yang terus memandang kosong pintu kamarnya.
Pandangannya beralih menatap lekat langit langit kamar nya yang dipenuhi stiker bintang menyala.
Ia berbaring dengan memposisikan dirinya terlentang di lantai dengan nafasnya yang masih memburu.
Tawa kecil muncul dalam bibirnya, menertawakan bagaimana dirinya yang selalu tak cukup bagus untuk di lihat oleh sang ayah.
Dadanya sesak kala pikirannya mulai memutar bagaimana masa kecilnya yang bahkan sudah hancur kala kehilangan sang ibu. Dirinya hanyalah sebuah kesalahan akan hidup yang menjadi beban bagi ayahnya.
Entahlah. Tapi Yoshi masih terus berharap.
Air matanya mulai mengucur. Rasa sakit dalam hatinya lebih terasa daripada semua pukulan yang ia terima. Kini otaknya penuh akan bagaimana caranya dia bisa membuat tatapan jijik itu berubah untuknya.
Tapi sekeras apapun dia mencoba. Semua yang ia lakukan selalu tak cukup bagus untuk merubah tatapan jijik itu.
"Mungkin aku harus menyerah".
•
•
•
•
•
Dentingan suara sendok dan piring beradu menguasai seisi ruangan yang masih penuh akan khidmat.
"Bagaimana sekolahmu Haruto?".
Yang di panggil namanya menoleh dan menjawab seadanya tentang bagaimana keseharian dan juga nilai nilai nya di sekolah.
"Yosh?".
"Baik pa" jawab Yoshi singkat.
Selanjutnya Yoshi diam membisu mendengarkan perbincangan harmonis seluruh orang di meja kecuali dirinya, seakan akan dirinya tak terlihat sedikitpun.
Atensi Yoshi kembali mencoba fokus untuk menghabiskan makan malamnya dan segera beranjak pergi meninggalkan meja makan. Toh dirinya bahkan seakan hanya sebuah formalitas yang diharuskan ada disitu kemudian membisu.
Yoshi segera beranjak berdiri dan berjalan menjauh setelah kegiatan mengisi perutnya usai.
Bruk
"Mana sopan santun mu dasar sialan".
Suara sang kepala keluarga meninggi bersama tangannya membentak meja membuat aktivitas seisi ruangan berhenti, tak terkecuali Yoshi yang kini berdiri mematung membelakangi sang ayah.
"Terimakasih makanan nya" ucap Yoshi tanpa membalikkan badan, lalu ia melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan sang ayah dan segera menuju kamarnya.
Yoshi membaringkan tubuhnya di kasur dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang terlihat cukup berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
candle light [ Yoshiho ]
FanfictionSosok tegar namun rapuh bak sebuah cahaya lilin yang terus mencoba bersinar di saat angin bertiup. Hingga sebuah cahaya redup datang dan membagikan cahayanya mengubah hidup seorang yoshinori.