Aku tengah memilah antara luka dan lara
Sembari ditemani peluk senja
Ku Mencari jejak-jejak mu
Berangan bisa membuat jejak bersama.
Dengan diam, kau kubuatkan karya dari fiksi yang belum ada nyatanya.
Ber ekspresi tentang dirimu,
wanita yang ku kagum-kagumkan dari jumpa yang bukan pertama.
Lewat depan layar kaca media, kucari-cari siapa jati dirimu
Siapa followers mu, siapa dan apa yang kau maksud di dalam instagram mu
Hingga hobi dan makanan kesukaanmu pun tak luput aku carikan.
Terkadang aku ingin menjadi angin
yang mengiringi setiap ke mana pun perjalananmu
Mendengarkan cerita keluh kesah sedihmu, dan bahagiamu,
Meskipun kau tak butuh
solusi-solusi ataupun reaksi dariku.
Seperti saat tekat berani dirimu membantah orang² untuk bisa membuktikan
apa itu penghargaan, aku pun ikut memberanikan mengechat mu.
Dari chat dua kata itu, kau membalasku
Jiwa dan diri ini semakin menggebu tak menentu
Sebab ingin yang dulu kini sudah bisa aku lihat nyatanya.
Hari demi hari kita chatting
Bertukar cerita siapa dirimu, dan siapa diriku
Setiap malam selalu mendengar kata manis dari bibir indahmu
Saling mengasih tahu apa agenda hari-hari
Hingga Aku dan kau pun tertidur Tanpa mengakhiri komunikasi.
Mentari terbit membangunkan diri ini
Senyumanmu menyambut, membuat semangat diri kembali pulih
Hal biasanya kita lalui, berjalan seakan mestinya.
Aku dan kau pun tak ragu untuk saling sapa
Bahkan sampai kirim foto lagi di mana.
Hingga masalah pun tiba tanpa diduga
Hingga membuat kau, dan aku menjadi asing sementara.
Di situ aku tahu bagaimana murkamu sebenarnya
Pesan-pesan penjelasan, tak lagi kau hiraukan
Hingga kau suruh aku buat selesaikan.
Diriku yang terlarut-larut dalam rasa salah, hilang tak tahu arah
Bagai batu karang, yang terseret ombak menuju pinggiran pantai.
Pondasi-pondasi harap akan mengulang cerita baru, telah runtuh.
Sebab bercanda, cerita, bercengkerama denganmu
Itu sudah tidak mungkin lagi bisa terlaksana.
10 Agustus , siang hari itu. Tak kusangka dirimu yang telah murka
Sebegitu jauh dari apa yang terlintas di pikiran logika.
Kau Mau membalas pesanku, walau hanya sepatah kata.
Namun tak mengapa, itu sudah cukup. Membuat diri yang hilang
Tanpa arah bagai karang dipantai, kini menemukan arah bagai kapal
Bernakhoda.
Kini diriku telah tiba, di pelabuhan dermaga
Membawa ingin, dari batu karang yang dulu tak berarah.
Didermaga kesempatan yang kau beri ini, cerita baru
Tentang munkar dimasa kelam itu, semoga tak terulang kembali
Dan kupastikan. Kesempatan yang kau beri, tidak akan RUGI.
Lembaran baru dalam cerita aku dan kau, kini telah berjalan se mestinya
Lembaran tentang dulu hanya sebatas ingin, yang kini kian jadi harap.
Entah aku tak tahu mengapa, entah aku yang salah mengartikan candamu
Sebab diriku terlalu luluh akan rasa suka padamu.
Apa memang dirimu juga punya rasa yang sama kepadaku?
Kopi yang kuminum tak pernah bohong, dia selalu menampakkan jujurnya
Walaupun pahit, itulah jujur dari kopi yang aku minum sembari menunggu
Harapku padamu satu persatu semoga menjadi nyata.
Mekar bunga yang kutunggu dengan sabar, seperti harapan yang makin menyata
Memantapkan rasa sungguh ini saatnya, aku dan kau pun meresmikan menjadi KITA.
Senja memang tak pernah berdusta, kalau dirinya sungguh-sungguh begitu indah
Seperti senyummu yang tak palsu menutupi luka, kian jadi indah merekah, Hingga
Sang cakrawala makin meredup malu tak menampakkan dirinya
Seperti luka-luka kita yang kian meredup menghilang dari pandangan
Dan memori penyimpanan kelam kita.
Kita ada dari awal yang tak terduga, melihatmu yang hanya dari kejauhan, dan mencari
kejelasan secara angin behembusan
Sekarang aku telah merasa, melihatmu adalah milikku seutuhnya.
Senyummu ialah sebab, untuk aku tak akan pindah ke lain hati.
Kasihmu kuharap menjadi alasan bagaimana kokohnya jangkar
Untuk menahan tidak pergi
Meninggalkan diri yang telah karam di dalam hatimu.
Isi doaku, Tak pernah selain namamu
Rasa memang tak selamanya tentang kepastian,
Tetapi rasa juga tentang keikhlasan. Paling tidak
aku pernah merasakan perihnya penolakan tanpa Penjelasan.
Mendamba tanpa balasan, diriku sungguh tak menginginkan."Berhasil mendapatkan kesempatan dari harap yang
Mustahil adalah kebahagiaan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Disklusi Aksara
Poetrysebaik apapun seseorang dalam hidupmu sedikit banyak pasti memberi dua sisi suka dan duka, itu sudah tidak bisa dipungkiri dari nyatanya kehidupan. . teruntuk kamu yang sedang menyukai seseorang kamu perlu ingat, menyukai seseorang yang kamu dambak...