Suasana kelas begitu kacau, sebuah buku tampak telah terlempar kesana-kemari. Bahkan mereka sudah berkeringat dipagi hari. Memperebutkan satu buku yang sudah hampir tak pantas pakai.
Hanya ada satu murid yang duduk tenang di tengah-tengah ramainya kelas.
"Jake! Ini bukunya, makasih!!" Jake menatap buku tulisnya yang lusuh.
"Tiga..," pria itu menghitung mundur tanpa melepas pandangannya dari titik awal. "Dua..."
Brak!
"Huft, huft... Gue belum nyalin jawabannya, pinjem ya!" Bukan pertanyaan karena orang tersebut segera mengambil buku milik Jake, tetapi lelaki lain dengan topi di kepalanya menarik paksa buku tersebut.
"Lo baru berangkat, mana bisa!" Lelaki bertopi berusaha mencari kesalahan temannya.
"Maksud lo apa?!! Gue yang dapet bukunya duluan!!"
Terjadi acara perebutan buku seperti biasanya. Jake masih tetap duduk acuh di tempatnya. Semuanya sudah menjadi kebiasaan jika ada pekerjaan rumah yang ditugaskan.
"Sunghoon!! Heeseung!!" Kedua lelaki yang masih berebut buku menoleh ke sumber suara. "DUDUK!"
"Shit," lelaki bertopi melepaskan bukunya, kemudian duduk di bangku seperti yang telah diperintahkan.
Pria dengan rambut dikuncir menendang pelan kursi lelaki bertopi itu dari belakang nya. Memajukan badan untuk berbisik. "Hee?"
"Hm?"
"Mau nyalin punya gue gak?"
"Jay Park, putra Mr.James, bisa kau berhenti berbisik pada Heeseung? Kita akan mulai pembelajaran!" Guru yang tadi membubarkan Sunghoon dan Heeseung kembali membuat Jay tak berkutik.
Heeseung hanya dapat menggelengkan kepala sambil membuang nafasnya lelah. Temannya itu sangat bodoh.
Waktu berjalan sebagaimana mestinya. 10 menit sebelum bel berbunyi guru lelaki itu terlihat sedang membagikan lembaran kertas dengan coretan tinta merah di atasnya.
"Jake shim!" Murid yang terpanggil beranjak segera untuk mengambil hasil ulangannya. Pria itu tersenyum puas karna tertulis nilai 100 di sana.
"Kau pintar fisika ya?" Guru tersebut berhasil menghentikan langkah Jake.
Jake tersenyum. "Kenapa baru memuji sekarang? Saya padahal menang olimpiade fisika loh pak."
Sang guru terkekeh. "Haha iya maaf, gengsi."
Mereka berdua tertawa. Namun, usai Jake kembali untuk duduk. Guru itu merubah ekspresinya, menatap bocah penyuka anjing itu dengan tajam. Seperti tau apa yang telah Jake sembunyikan.
𖠗 📚٠ಌ
Murid murid tampak bubar meninggalkan sekolah. Tanda jika bel yang beberapa waktu lalu berbunyi adalah bel pulang sekolah.
Bug!
Jake menoleh saat ada seseorang menyenggol bahunya. "Sunghoon! Kebiasaan kalau nyapa pake senggol senggol badan, dikira gak sakit kali."
Pria dengan kancing kemeja yang terbuka melihatkan kaos putih sebagai dalaman meringis lebar. Merangkul Jake yang lebih pendek darinya.
"Gue dapet nol lagi ditugas tadi," Sunghoon misuh. Melihat Jake yang menghendikan bahu acuh ia pun berdecak kesal. "Lagian lebih gampang habis lo kerjain tugas langsung foto kirim ke grub kelas."
"Kalo gue ngelakuin itu, lo lo pada tetep ngerjain di sekolah kan?"
"Tapi kan-
Ting!
Ponsel mereka berdua berbunyi. Ada notif masuk dari grub kelas yang pesannya membuat kedua pria itu langsung masuk kembali kedalam sekolah, padahal mereka sudah berada di depan tugu sekolah dengan tulisan Goldwin Lab School.
𖠗 📚٠ಌ
hallo ini bukan lanjutan dari stud(y)eath ya, gak ada hubungannya juga cuma sekolahnya emang mirip heheh.
jadi kalau kalian baca nya acak juga bakalan tetep nyambung. 🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Blow Die Candles ★ Enhypen
HorrorTiup lilinya mati sekarang juga. Sekarang juga! Sekarang juga!