Selamat (Selamat Tinggal)

12 2 0
                                    

Sinar jingga cerah dari sang surya bersinar membuat langit berwarna merah jingga. Burung-burung bertebangan, dan daun-daun berguguran jatuh mengenai rambutku.

Saat itu, aku ternganga menatap seorang lelaki yang sedang duduk di teras Cafe favoritku. Dia River, mantanku. Tak tahu berapa lama aku terdiam menahan tangis melihatnya, yang pasti dia akan segera menyadarinya dan.. Sial! Dia melihatku.

Aku segera membalikkan badanku dan berjalan seolah seolah tidak ada yang terjadi. Tapi tiba-tiba seseorang menggenggam tanganku dan menahanku pergi, aku menatapnya dan terkejut.

"Athena?", ternyata River masih mengingatku.

Aku menepis tangannya, "aku bukan Athena." Jawabku tegas kemudian kembali berjalan meninggalkannya.

Dia kembali menahanku, "kau masih mengingatku kan?"

"Siapa kau?" Aku menepisnya lagi.

"River, mantanmu.", lagi lagi dia menahanku untuk pergi.

Dia menggenggam tanganku cukup kuat yang membuatku tidak bisa menepisnya lagi. Aku tak bisa berkata apa apa lagi. Ya tuhan! Ingin menangis rasanya. Aku tak berani menatap kedua matanya, takut jatuh cinta untuk kedua kalinya.

"Sudah 5 tahun lamanya, aku merindukanmu." Ucapnya lirih.

Dengan seluruh kekuatan alam semesta, aku memberanikan diri untuk menjawab, "aku sudah sepenuhnya melupakanmu, tapi senja mempertemukan kita kembali."

Tiba tiba langit berwarna hitam, angin berubah menjadi kencang, dan petir hampir menyambar kita berdua. Perlahan air pun turun membuat kita berdua harus meneduh.

...

"Susu Stawberry hangat, kesukaanmu." Ucap River membelikanku minuman favoritku.

Aku tak bisa menolaknya, apa lagi hujan menambah seleraku untuk meminumnya.

"Kau bisa tanyakan apa saja yang dulu tak sempat aku jawab, aku akan menjawabnya dengan jujur." Ucap River yakin.

Aku terdiam sejenak, berfikir apa yang harus aku tanyakan.

"Mengapa dulu kau meninggalkanku?"

"Sudah kuduga kau akan menanyakan itu." River tersenyum tipis.

"Aku terlalu menyayangimu, Athena. Aku tak ingin gadis sesempurnamu bersama dengan pemuda buruk rupa sepertiku." Lanjutnya.

Aku sangat terkejut mendengarnya, air mataku mengalir deras.

"Aku sangat mencintaimu, River. Aku menerima kau apa adanya, dulu." Ucapku sembari mengusap air mataku.

"Aku tahu, aku salah. Aku terlalu pesimis. Kau selalu optimis. Aku menyesal. Tapi hari ini, kita dipertemukan kembali, aku ingin kau menentukan akhir cinta kita." Matanya menatap mataku pekat.

"Sad atau happy ending." Lanjutnya.

Aku tersenyum tipis, "tentu saja happy ending."

Dia terlihat bahagia mendengar jawabanku, tapi aku belum selesai menjawab.

"Happy ending bukan berarti kita kembali kan?" lanjutku.

Dia menaikkan alisnya, "maksudmu?"

"Terimakasih sudah jujur, terimakasih sudah mencintaiku. Kau mengobati lukaku, namun setelah itu kau melukaiku lagi, dan itu adalah luka yang terhebat."

"Sekali lagi, maafkan aku." Ucap River dengan tatapan kecewa

Aku menatap rintik hujan "Saat kau sedih, aku selalu ada disampingmu, selalu menyemangatimu dan menghiburmu. Tapi disaat aku sangat membutuhkanmu, kau malah menghianatiku dan pergi jauh tanpa kabar yang membuatku sangat depresi."

Songs become StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang