Berlayarlah ke kenyataan... jangan terlalu asyik berlabuh dalam dermaga harapan yang hanya akan membawamu ke hayalan tanpa batas.
Berlabuh boleh... tapi hanya sesekali☆☆
Tangan gadis itu mengepal guna meredam rasa takutnya, bila di perhatikan lebih jelas tampak sekali ujung-ujung jarinya juga tampak memutih, tubuhnya bergetar hebat, bibir mungil yang mulai membiru itu tak henti merapalkan satu kata..."Tolong..."
Hanya itu lirihan pedih yang bisa ia rapalkan, ia masih amat belia, terlalu muda untuk merasakan setiap bentakan sang ayah yang pulang dalam keadaan mabuk hampir setiap malam.
"Dasar anak nggak guna kamu hah!!" Langkah besar itu mendekat ke arah Gadis kecil nan lugu itu, tangan kekar tersebut menjambak rambut gadis itu lalu mengangkatnya perlahan.
Bagus... kepala gadis itu terasa amat tersiksa sekarang, bukankah itu yang diinginkan ayahnya?
Jika ia harus memilih antara mati atau hidup dalam kehidupan seperti ini maka... ia lebih baik mati, suara kebahagiaan yang nyaris sunyi baginya sudah ia anggap mitos dan lebih menginginkan jeritan kematian yang lebih melegakan... setidaknya itu yang ia pikirkan... pikiran yang terlalu dalam untuk anak kecil sepertinya.
"Kamu itu nggak becus! Sama kaya ibumu!"lagi lagi pria paruh baya dengan janggut yang hampir di lalap uban itu mengeluarkan suara bentakan lengkap dengan bau alkohol dari mulutnya.
Pria itu mengeratkan cengkraman pada rambut anak itu, tentu saja sudah pasti ia meringis kesakitan, "anak beban kaya kamu itu lebih pantas mat..."
BUG!!
Bagus,penyelamat....
"ARUNIKA, LARI!"
Seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari gadis kecil bernama Arunika itu memukul bagian belakang kepala pria itu dengan balok kayu, cengkraman pada rambut Arunika segera terlepas membuat gadis itu jatuh terduduk, lemas nyaris pingsan.
Wanita itu menghampiri Arunika,menangkup pipi anak itu lalu memaksanya mendongak "kuatkan diri kamu nak... lari sekarang, lari dari rumah ini, masalah ayah biar ibu yang urus"ujarnya bergetar.
Arunika menggeleng "ibu gimana?"lirihnya.
"Ibu gak apa apa, sekarang kamu lari, begitu keluar dari sini, jangan nengok ke belakang.... ja...janji??" Wanita paruh baya itu mengangkat jari kelingkingnya, memaksa Arunika untuk menautkan jari mungilnya pada klingking itu, memaksanya berjanji.
Arunika meraih tautan itu, mengangguk perlahan, entah janji apa ini, wajah yang di pasang ibunya bukan wajah berjanji yang biasa di keluarkan saat ia merengek ingin boneka lalu ibunya berjanji membelikannya... wajah itu berbeda.
Belum sempat berfikir lebih jauh.
Tampak pria paruh baya itu mulai menampakkan pergerakan "Arunika cepetan lari!!"ucap sang ibu terkesan panik dan mendesak.
Anak itu berdiri semampunya lalu berlari, membiarkan ibunya melaksanankan janjinya... yaitu...
Membuat semuanya baik baik saja.
Malam itu langit kota tampak mendung, gagak menyanyikan lagu kematiannya entah untuk siapa, burung hantu juga melafalkan syair syair malamnya, mengiringi langkah Arunika yang masih pantang menoleh... ia sudah berjanji tadi... ia tak akan menoleh bukan?
Lalu...
1
2
3
BUM!!
Suara ledakan itu memekakan telinga anak perempuan malang itu, sekarang apa ia harus menoleh? Di mana ibunya? Kenapa belum menyusulnya??
Tak ada pilihan lain, Arunika menoleh dan di sana... matanya melebar sempurna, si jago merah sudah melalap habis rumah kayu sederhananya, anak itu jatuh terduduk, air matanya kembali mangalir.
"Ibu...."lirihan itu... hanya itu... tak ada yang lain yang di harapkan Arunika selain ibunya.
Dengan cepat warga berdatangan, suara ambulance mulai terdengar, kepulan asap hitam menambah mendung di langit kota.
Beberapa orang masuk menerobos api, lalu ...
Satu yang ia lihat... sebuah tandu membawa sosok ibunya, bagaimanapun melepuhnya kulit keriput itu ia tau itu ibunya... ia sangat tau.
"Ibu..."
Sudah... semua terlalu berat, bahu gadis itu terasa di tekan dan matanya terasa di tutup perlahan...
Dan akhirnya, kesadarannya di renggut.
Baiklah... Arunika hidupmu sudah di mulai...jadi bersiaplah.
Jan lupa vote dan kalo bisa... kalo bisa sih comment :v eaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
RomanceAku Arunika... Di jatuhkan oleh kehidupan.. Di remukan oleh penguasa.. Di satukan kembali oleh sang sahabat... Di dorong maju oleh sang pejuangnya...