₹Reader POV₹
"You still have a nightmare?"
"Sometimes"
Aku tidak terlalu suka terapi psychology begini.
Membosankan.
Jadi aku merebahkan diri di sofa sambil mengemut permen.
"Kau lebih jujur dari yang kukira sekarang"
"Kau sedikit pintar dari psikiaterku sebelumnya, dia bodoh, sangat bodoh. Yah, itu karena dia mengandalkan orang tuanya yang korupsi"
"Itu kasar"
"Well, i just telling the truth"
Nick Furry ketemu orang ini di mana sih?
Menyebalkan mengatakan aku kasar sendirinya juga kasar.
"Mimpi burukku sedikit berkurang sudah lama tapi...", langitnya menawan untukku. "Aku merasa seperti aku ini terkutuk"
"Kenapa kau bisa beranggapan begitu?"
"Well...aku hanya merasa setiap orang yang aku peluk atau sentuh akan...mati?"
Entah kebetulan atau memang aku dikutuk seperti itu.
Keluargaku mati.
Temanku mati.
Aku tidak mau kehilangan lagi.
Aku tidak mau kehilangan Bucky lagi.
Aku tidak mau kehilangan Sam lagi.
Mereka berharga untukku.
"Itu tidak benar adanya"
I hope so, doc.
"Apa semua ini berhubungan dengan kejadian lalu?"
"Bisa dibilang begitu..."
"Wel...", kan bingung kan. "Takdir manusia tidak ada yang tahu, kehilangan yang kau rasakan dulu terlalu dalam"
"I was kidnapped by Hydra", terrible story. "Aku kehilangan masa kecilku dan banyak hal...tapi aku tidak boleh terlalu larut dalam masa lalu bukan? Aku memaafkannya, baik Winter Soldier atau James Bucky Barnes. Aku memaafkannya, kami berdua korban Hydra"
"Kau sakit mengencaninya"
"Well, thank you doc, you are the second person say that"
Arogan sekali dia, menyebalkan.
"Did you having sex with him in tgis week?"
"Hei!", aku bangun dari rebahanku. "Is that privacy! Why you ask me!?"
"Well, kau menolak saat dia mengajakmu, apa kau membenci itu atau hal lain?"
"Dia mengatakannya padamu?"
"Ya, aku yang tanya"
"I'm out!"
"Kau ada trauma?"
Fuck tepat sasaran.
Aku duduk lagi dan memakan permen yang di meja.
Aku tidak bisa bohong padanya.
Aku tidak suka berdebat juga.
Ini masih pagi lho!
"Hydra...tidak semuanya, mungkin 5 atau 8 orang melecehkanku dan menyiksaku"
Mengerikan.
Sebisa mungkin aku tidak terlihat takut di depan psikiater ini.
Sialnya tubuhku gemetar tidak mau menurut.
"Sometimes...i'm scare when he touch me...", aku bersandar dan menatap langit-langit lagi. "Ketika dia akan menyentuhku aku teringat kejadian itu...tapi itu hanya ketakutanku saja"
Bucky berbeda tapi untuk melakukan hal "itu" aku masih takut.
"I'm not virgin, maybe...i don't remember when that accident happened...i'm scare if he know it, he will hate me and i'm alone again"
"You are not alone, give me your phone"
Aku memberinya ponselku.
Ponsel baru yang kubeli seminggu setelah semua orang perlahan kembali.
"Kau masih menghubungi Sam Wilson dan Sarah Wilson, bagus tapi bagimu mereka apa?"
"Bestfriend, family? Brother and sister?"
"Setelah kejadian itu, kau belum pulang ke Louisiana"
Aku menggelengkan kepalaku. "Urusanku di sini belum selesai"
"That is bullshit"
"Why you mean?"
"Urusanmu di sini sudah selesai, kau sudah dipecat, kau bukan hero seperti Sam Wilson, sekarang kau pengangguran, pulanglah"
"Kau mengusirku!?", bikin kesal. "How about him? He need me"
"Dia bisa hidup sendiri"
"He will be alone damn it! I don't wanna that! Gimme my phone!"
"Control your emotions!"
Aku merebut ponselku dan keluar ruangan dengan kesal.
Orang ini beneran psikiater atau bukan sih?!
Bikin emosi!
✴️✴️✴️
₹Author POV₹
Pintu dibuka dengan tidak santai.
Orang yang terlihat ingin pergi itu jadi berhenti.
"Aku baru saja mau menjemputmu"
Pelaku pembantingan hanya diam dengan raut kesal.
"Everything is okay?"
Tangan pria itu ditepis saat hendak menyentuh kekasihnya.
Pria itu menghela nafas.
Menarik lembut tangan kekasihnya itu dan mengunci pintu depan.
Menggiringnya untuk duduk di sofa dan dia ke dapur mengambil makanan.
"I make a cake if you want it", meletakan piring berisi cake di meja depan sofa. "Aku tidak tahu bagaimana rasanya, semoga kau suka"
Tangan lebih kecil darinya itu digenggam. "Psikiater itu menyebalkan bukan?", lalu memeluknya.
"Hm, sangat"
"Dia bilang apa padamu?"
Kau hanya diam.
Mengambil piring dan menyantap cake itu pelan-pelan.
"Kurang manis", bisikmu.
"Well, i try my best"
"Bucky...if i leave you alone...are you okay with that?"
Maniknya menatapmu terkejut. "No, i'm not okay without you", disirinya rambutmu ke belakang telingamu. "I need you, i love you doll, i can't imagine if i live withput you"
"Really?", manik kalian saling bertemu.
Bucky mengecup keningmu. "Yeah"
Kau mengalihkan pandangan ke arah cake dan melahapnya dengan gigitan besar.
"Don't worry doll, i promise i'm always with you"
"Hei ehm...", kau meletakkan piring ke meja dan menatap kekasihmu.
Tatapan serius mebuat Bucky bingung.
Mulutmu terbuka dan mengatakan. "Ayo lanjutkan yang waktu itu"