5

180 10 0
                                    

Plak!

"Bayar uang kas bego," cetus Lista, bendahara dua. Ia menggeplak kepala Rion karena sejak ia menagih uang kas, Rion masih saja asik bermain game mobile.

"Aw anjret pala guaaaa!" Keluhnya masih sambil bermain game. "Kan kalah! Lu sih ah pake ganggu gua segala," Rion menatap malas Lista.

Brak

Aurora menggebrak meja Rion. "Makanya kalo enggak mau diganggu, bayar uang kas tepat waktu." Saran Aurora.

"Yaudah iya maap, nih gua bayar buat 3 minggu kemaren dulu." Rion menyerahkan uang lima belas ribu sambil memanyunkan bibirnya.

Lista tersenyum senang. "Nah gitu kek daritadi, kan gua jadi gak usah ngebacot." Lalu Aurora duduk dibangkunya dan Lista menagih siswa/i yang lain.

"Eryan, aku boleh liat uang sepuluh ribu kamu gak?" Tanya Hani lembut, bendahara satu.

Tentu saja Eryan akan memberikannya, 90% siswa di kelas ini menyukai Hani. Salah-satunya Eryan.

"Boleh dong, nih." Eryan menyerahkan uang sepuluh ribu, Hani mengambilnya.

Hani melihat uang itu sebentar lalu tersenyum. "Kalo gitu, uangnya buat bayar kas dua minggu kemarin ya."

"Ta-tap—"

"Makasih Eryan," Hani berjalan meninggalkan Eryan. Ia berjalan ke arah Carla.

"Carlaaaaaa, bayar uang kasssss," tagihnya dengan ceria. Keduanya tersenyum.

"Lima ribu kan ya?" Hani tersenyum sambil mengangguk.

"Oke, makasih Carla."

"Makasih juga Hani."

"Araaaaa! Bayar uang kas anjrot, lu ke siswa yang gak bayar uang kas aja diomelin tapi lu sendiri belom bayar kas dari tiga bulan yang lalu. Gimana sih, ha?" Cerocos Lista. Aurora tentu saja dengan senang hati mendengarkan.

"Denger ya Lista, kalo gue bayar uang kas terus nanti pas istirahat gue gak makan karena uang buat makannya gue pake buat bayar uang kas kan? Terus kalo nanti gue pingsan gimana? Dan siapa yang bakal ngawasin kalian? Secara.. gue kan ketua kelas, kalo gue gak ngawasin kalian terus kalian berisik and then kena hukum, kan kalian juga yang rugi." Jelasnya sambil tersenyum bangga.

"Bisaan bener anjrit ngelesnya, kayak buaya darat." Rutuk Lista, Aurora hanya terkekeh.

"Tenang, sebelum semester dua pasti gue lunasin kok, santai aja."

"Santai pala lu," lalu Lista menagih siswa yang lain. Aurora tertawa pelan.

"Yow, hai sayang." Sapa Lion begitu di hadapan Carla dan Aurora.

"Ha-hai juga sayang," balas Carla.

"WHAT?!" Kaget Aurora saat Carla membalas ucapan Lion.

Lion merangkul pundak Carla. "Kita pacaran sekarang, jadian kemaren."

"Kemaren?" Aurora menatap Carla, ia mengangguk. "Kemaren kapan? Jam berapa?" Tanyanya lagi.

Carla tampak berpikir, sedangkan Lion hanya tersenyum masih sambil merangkul Carla dan memainkan rambutnya.

"Kayaknya jam empat lewat?"

"Anjrit! Wei singa, lu kemaren sore manggil gue sayang dan abis itu lu nembak Carla?!" Tanya pada Lion. Yang ditanya malah mesam-mesem.

"Ya begitulah..."

"Wih gak bisa gue gak bisa, putusin dia sekarang Carla. Gue gak bisa nerima temen gue yang baik kayak bidadari pacaran sama cowok playboy kelas teri kayak lu." Kata Aurora, menatap Lion sebentar dan kembali menatap Carla.

"Cowok kayak si singa tuh, ciri-ciri cowok buaya darat Car. Pacarnya dimana-mana." Lanjutnya.

"Hehe, gapapa kok Ara. Kemaren pas aku nerima Lion, katanya dia udah mutusin semua pacarnya termasuk kakak kelas juga. Dia sekarang cuman pacaran sama aku." Balas Carla tersenyum senang kala mengingatnya.

"Ha?"

"Udah ya Ara sayang, sekarang pacar gue tuh cuman Carla. Gak ada yang lainnya, kecuali kalo lu mau pacaran sama gua." Goda Lion sambil menaik turunkan alisnya.

"Orang gila. Lu masih mau pacaran sama dia Car? Setelah dia ngomong kayak tadi?" Aurora memastikan.

Carla tersenyum dan mengangguk. "Aku tau Lion cuman bercanda tadi, iya kan?" Carla menatap Lion.

"Iya dong sayang," balas Lion sambil mengusap rambut Carla.

"The real cinta buta plus goblok." Ujar Aurora pelan.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang