Hinfeksi Flara

20 7 0
                                    

      Dering suara alarm kian menyambut pagi, menggugah diri, untuk berkemas meninggalkan mimpi
Indah bersamamu.
Menerima nyata aku dan kau yang sudah tak saling gugah, Merindu suara lembut, lemah, lesu darimu,
notifikasimu pun kini jarang menyapa pagi.

      Sepi telah menggerogoti pagi kita
Atau mungkin, hanya pagiku saja.
Lewat cercahan cahaya, pagi telah mempersilahkan diriku berlaku,
Namun kurang rasanya.
Bila dirimu wanita yang kudamba tak mempersilahkan pula.

      Aku tengah merasakan keanehan tentang kita, kita ialah sempat dari kumpulan sibuk, Yang kini jadi sok menyibuk.
Karna tuhan telah menciptakan ingatan, izinkan aku untuk mengingat kehangatan  sikap dan perlakuanmu.

      Aku masih mengingat betul, bagaimana tumpukan pesan-pesan berketikan namaku yang kau kirim tanpa henti. ntah karna kau takut aku pindah kelain hati, ntah karna kau tak ada yang menemani?, Sudahlah.

      Kuharap pemikiranku salah, dan kupastikan pemikiranmu kepadaku salah. Bagaimana mungkin aku bisa pindah kelain hati, bila aku masih tenggelam karam begitu dalam didasar palung mariana hatimu.

      Hidup memang mempunyai dua sudut pandang, apa yang kulihat baik, belum tentu baik bagimu, sebab itu kau masih belum mau ada kejelasan.
Apa kamu tahu para komika?
Iya mereka itu hanya bertugas menghibur, dibalik itu mereka menyusun materi berhari-hari bahkan lebih.

      Tujuanku dan para komika tak lebih sama, hanya untuk membuat dirimu tertawa.
Komika yang hanya tampil 5 menit saja, menyusun materi berhari-hari bahkan lebih, bagaimana denganku? yang ingin menjadi penyebab, dan juga penikmat tawa darimu selama hidup.

       Awan meredup, membawa hawa sikap dingin dalam pesan-pesan balasmu. Mendung ikut meneteskan kenangan, menambah kepedihan nyata yang begitu jauh dari duga angan-angan pikiran.

      Rintikan hujan makin deras membasahi sekujur tubuh dengan lara, bahkan hati yang ada didalam raga merasakan lara yang begitu luar biasa.
Suplai haluku hancur, dikalahkan oleh sikapmu yang begitu tega.

       Tanaman Mawar, sepertinya itu cocok untuk perumpamaan dirimu yang begitu cantik mempesona, miliki sikap duri untuk menjaga diri, atau untuk menyuruh jauh diriku pergi.
karna kau ku-umpakan mawar, aku pun sadar, mendapatkanmu tidaklah mudah dan murah.

       Apa kau tak pernah dengar angin berhembus membawa tanya?, Atau kau tak pernah menghiraukannya?, Tak adakah sedikit inisiatif pikirmu bagaimana susahnya mencari topik, dan canda?
Apa mungkin kau sengaja membiarkan topik yang aku sajikan?

       Cukup. Tak usah kau berfikir sejauh itu, sini duduklah dengan manis, sambil senyum tipis. kan kuberi tahu sendiri, bahwa pesan yang hanya kau balas WKWK, iya, oh, terserah, ialah salah satu dari sekian yang kusebut usaha.

       Hujan deras mengawetkan lara yang basah, semakin sukar untuk merasa bahagia dengan yang lain, dan jatuh cinta selain denganmu. Warung-warung pinggir jalan itu ialah saksi-saksi kenangan mesra bahagia kita.
Kemarin saat aku melewatinya mereka seolah menyapaku, mempersilahkan untuk singgah, dan mengulang kenangan bahagia.

       Makanan ditempat-tempat itu, menghidangkan aroma nikmat canda,
Lalu kulahap sesendok  mesra, ku telan dan masuk kedalam tubuhku menjadi ketenangan diri.
Sudahlah, aku akan segera cuci muka dengan nyata, dan berkata
"Itu Hanya album mesra lama kita,
Yang begitu ku harap bisa kembali menyata."

   

   

"Teruntuk dirimu, maafkan  aku jika berburuk sangka padamu.
sebab kata orang, siapa yang suka  ialah yang takut akan kata pisah"

      

     

     

Disklusi AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang