6

147 8 0
                                    

"Btw, si Fakhri kemana? Tumben bener cuman ada tasnya doang." Tanya Lion lalu duduk di hadapan Carla, ia membalikkan bangkunya. Lion dan Fakhri duduk di depan Carla dan Aurora.

Aurora menggidikan bahunya sambil bermain handphone, ia sedang malas bicara sekarang.

"Kayaknya tadi dipanggil kakak kelas deh," jawab Carla.

"Ngapain?"

"Kenapa nanyain gua, kangen lu? Ha?" Tanya Fakhri saat mendengar pertanyaan Lion.

"Dih, amit-amit. Abis ngelancongin kakak kelas lu ya?" Tebak Lion.

"Sembarangan."

"Terus?" Tanya Lion lagi.

"Kepo banget dih," jawab Fakhri.

"Yaudah sih dih, kalo gak mau jawab mah." Balas Lion. Fakhri tertawa.

"Dipanggil kakak kelas?" Tanya Aurora. Fakhri mengangguk sambil tersenyum.

"Disuruh ngapain?" Tanya Aurora sambil menatap Fakhri.

"Itu yang kemarin gua bilang di grup, tentang pendaftaran anggota osis." Aurora melirik ke atas, sedang berfikir. "Nah kakak kelas yang anggota osis minta datanya sama gua." Lanjut Fakhri dengan senyuman.

"Iya dah yang lagi jatuh cinta mah, temen di masa persulitan nanya gak dijawab giliran orang yang nutttt lu jawab." Lion mensensor kata -orang yang lu suka.

Fakhri tersenyum mengancam, seolah mengatakan pada Lion bahwa ia tidak boleh memberitahu Aurora jika dirinya menyukainya.

"Oh, kenapa gak minta ke gua?"

"Entah," jawab Fakhri.

"Biasalah, lu kayak gak tau kakak kelas gimana aja kalo ngeliat adek kelas yang gantengnya melebihi rata-rata." Ingat Lion.

Aurora mangguk-mangguk. "Iya juga sih," katanya. "Tapi kok lu enggak? Berarti lu jelek ya?" Lanjutnya menatap Lion.

"Kampret." Balas Lion. Lalu melirik Fakhri.

Pipi Fakhri langsung memerah, bukankah secara tidak langsung Aurora menyebutnya tampan melebihi rata-rata? Ya, meskipun sejak awal ia sudah tahu jika Aurora menganggapnya tampan tapi tetap saja rasanya berbeda.

Sekarang ia memiliki perasaan pada Aurora.

"Pft-pftttt HAHAHAHA!" Lion sudah berusaha menahan tawanya, tapi tidak bisa. Ia baru kali ini melihat teman masa kecilnya itu berusaha menahan agar tidak tersenyum lebar dengan pipi memerah. Sangat lucu.

"Ngagetin aja bangsul," rutuk Aurora.

"Lion kenapa?" Tanya Carla khawatir, ia takut jika ternyata Lion kerasukan seorang pelawak yang tertawa mendengar lawakannya sendiri.

"Ga— hahaha pft hahaha," Lion berusaha menghentikan tawanya. Namun saat ia melihat wajah Fakhri, ia kembali tertawa.

Plak

Lion menampar kedua pipinya. "Oke pfttt oke tenang Lion," ucapnya pada diri sendiri. Aurora menggelengkan kepalanya dan kembali memainkan hape. Carla masih memperhatikan Lion dengan khawatir.

Lion mengusap pipi Carla dengan lembut. "Aku gapapa kok sayang," katanya.

"Beneran?" Lion mengangguk. Ia menoleh untuk melihat Fakhri yang sedang menatapnya tajam. Mereka saling bertatapan, setelah lima detik..

"BWAHAHAHAHAH GAK KUAT ANJRIT HAHAHAHA!" Lion kembali tertawa.

"Lion, kamu bukan pasien yang kabur dari rsj kan?" Carla kembali khawatir. Lion melambaikan tangannya seolah menjawab 'bukan'.

"Duh hahaha, gua izin ke toilet Ra. Mau cuci muka buat—" Ia kembali menatap Fakhri. "HAHAHA! Pokoknya gua ijin kamar mandi buat redahin tawa bwahahaha!"

"Iya udah sana," jawab Aurora. Lalu Lion keluar kelas, masih sambil tertawa.

"Lu masih yakin mau pacaran sama dia, Car?" Lagi-lagi Carla mengangguk dengan senyuman. "Haa, yaudah terserah lu aja. Gue gak ikut-ikutan lagi dah." Balasnya.

"Hehe."

"Mereka pacaran?" Tanya Fakhri pada Aurora.

"Serius? Sejak kapan?"

"Hm, kemaren sore katanya." Jawab Aurora.

Fakhri bertanya pada Carla. "Lu beneran gapapa pacaran sama si anak gak waras itu?"

"Gapapa Fakhri, kalian gak usah khawatir. Nanti kalo aku udah gak suka sama Lion juga aku putusin kok dianya," jawabnya.

Aurora dan Fakhri langsung menatap kaget Carla, dari tatapan mereka berbicara 'Serius?'.

Carla tertawa pelan, "cuman bercanda." Lanjutnya.

"Gue malah seneng kalo lu serius," balas Aurora.

"Setuju," sambung Fakhri.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang