Favorite girl

721 39 10
                                    

"Aku akan menikah."

Sebaris kalimat tersebut mampu membuat Shikamaru tertegun sejenak. Ia menurunkan sumpitnya yang bahkan belum sempat mencapai bibirnya.

Shikamaru menatap Temari yang sedari tadi tak balik menatapnya. Mata sendunya terus mengarah ke arah daging yang tengah dipanggang diantara keduanya.

"Dengan siapa?" Hati nurani Shikamaru seolah tercubit saat harus menyuarakan isi dikepalanya.

Shikamaru dan Temari bukan sepasang kekasih. Hanya partner, seperti itulah jawaban yang akan disuarakan Shikamaru saat ditanya oleh teman-temannya mengenai kedekatan keduanya. Bahkan Temari pun bungkam seolah tidak pernah peduli dengan segala gosip yang terus menyertai dibelakang mereka. Meskipun mereka pernah berkencan, namun tak pernah merubah apapun diantara mereka. Dan tak pernah ada pembicaraan yang melanjuti hubungan seperti apa yang akan mereka berdua jalani.

Temari mengangkat bahu.
"Dengan putra dari petinggi negara angin." Seakan cuek dengan apa yang baru ia katakan.

Tentu saja. Batin Shikamaru meringis.

Dengan siapa lagi Temari akan bersanding kecuali dengan laki-laki yang kedudukannya sebanding.

Shikamaru sendiri pun terus mengagumi kecantikan, kecerdasan, kekuatan serta kedewasaan Temari yang tidak akan pernah ia temukan dari gadis-gadis disekitarnya.

Karena itulah Shikamaru terus menyadari posisi yang teramat jauh untuk menggapai Temari yang merupakan putri dan kakak tertua dari sang Kazekage.

Shikamaru terus berpikir, seandainya Temari bukanlah seorang kunoichi, tidak mungkin baginya untuk memiliki kesempatan bertemu bahkan bertukar pikiran tentang kedamain dunia shinobi dengannya.

Shikamaru hanya menggangguk, sebagai tanggapan dari jawaban ambigu Temari. Rahangnya mengeras menahan gejolak batin yang sedari tadi terus menghantamnya bagai palu godam.

"Selamat." Hanya satu kata itulah yang mampu keluar dari mulutnya.
Ia tersenyum meskipun senyum itu tak mencapai matanya.

Temari yang sedari tadi juga terdiam mengangkat kepalanya. Akhirnya kedua netra beda warna tersebut beradu. Bibir Temari terbuka seolah ingin mengatakan sesuatu namun, tiba-tiba ia berhenti dan menghela napas. Ia memilih berdiri, merasa tak berselera lagi dengan harumnya daging yang harusnya menggunggah selera. "Aku ingin kepenginapan."

Shikamaru mengerti dan mengangguk. Ia lekas membayar tagihan kekasir dan Temari menunggu didepan kedai.

Saat Shikamaru melangkah keluar dari kedai, dilihatnya Temari yang tengah mendongak kearah langit malam yang bertabur bintang. Temari tampak tersenyum, dan secuil perasaan bersalah hinggap didada Shikamaru yang tidak tahu kenapa bisa ia rasakan.

"Jadi," Shikamaru memecah keheningan. " Besok jadwalmu kembalikan?"

Temari memalingkan wajahnya kearah Shikamaru dan langsung mengangguk saat mendengar pertanyaan dari Shikamaru.
"Yeah, dan mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya aku pergi ke Konoha lagi."

Mata Shikamaru sedikit melebar.
Secepat itukah?

Shikamaru mengarahkan pandangannya kearah lain. Secengeng itukah dia? sehingga tak mampu mengendalikan gemuruh emosinya.

PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang