Bad Morning

3.5K 262 17
                                    

Daffin terbangun begitu mendengar alarm berdering nyaring di atas perutnya, rasanya sedikit geli karena area perutnya seperti di klitik. Daffin menyingkirkan alarm dan mendudukkan tubuhnya dengan mata yang setengah terpejam.

Begitu kedua manik Daffin terbuka terpampang sebuah wajah yang cukup dekat dengan wajahnya, ia adalah sesosok makhluk bernama Sean.

Plak...

Tamparan selamat pagi di layangkan Daffin tepat di pipi mulus Abang nya tersebut.

Daffin terdiam dengan mata kucingnya yang melotot, sementara Sean meringis menahan perih di pipinya, "Motornya tidak jadi abang kasih."

"Hah!?" beo Daffin.

Dengan setengah jiwa yang baru terkumpul Daffin turun dari atas kasurnya kemudian berlutut sembari bersujud di hadapan Sean, "Maafkan hampa paduka, hamba bersalah dan bersedia di hukum apa saja namun janganlah paduka pisahkan hamba dengan pujaan hati hamba paduka," ujar Daffin.

Sean memutar bola matanya malas, mulai lagi drama adiknya ini.

"Pengawal! Seret budak ini ke kamar mandi!" teriak Sean yang bertepatan dengan terbukanya pintu kamar Daffin.

"Kalian kenapa lama sekali? Dari tadi Dady sudah lapar."

Daffin menyembulkan kepalanya untuk menatap sang ayah yang baru saja memasuki kamarnya.

"Kamu kenapa dek?" Saga berjalan mendekati Daffin yang masih terduduk di lantai.

"Hah?" beo Daffin lagi.

"Dia mengigau dad," ujar Sean sembari melenggang pergi meninggalkan kamar Daffin.

"Motor tetep jadikan bang?!" Daffin sedikit meninggikan nada bicaranya, namun Sean hanya menggedikkan bahu acuh.

"Di apakan abangnya, samapi ngambek gitu?"

"Cuma Daffin elus pipinya, tapi pake tenaga."

Saga terkekeh sembari mengangkat tubuh Daffin untuk di gendong nya, "Kita mandi dulu."

"Inget umur ntar encok siapa yang mau urut."

"Jangan meremehkan tenaga daddy, apalagi kamu yang kurus kecil gini bukan apa apa buat dady."

"Hilih," Daffin menggulir maniknya ke atas, "selagi Daffin ngomong baik-baik mending dady turunin Daffin sekarang."

Saga hanya acuh mendengar penuturan putra bungsunya. Merasa di abaikan tentu saja Daffin berontak, masa bodoh jika nanti Saga akan menjatuhkan nya. Dia cape ngomong-ngomong di perlakukan layaknya bayi, Daffin benci di anggap anak kecil apalagi bayi, Hueak.

"Turunin, gua masih punya kaki ya njir, gak perlu gendong gendong!"

Ga sengaja sumpah, Daffin keceplosan saking keselnya ga di turunin sama Bapak Saga terhormat.

"Daffino Nalendra," suara geraman tertahan mengudara di rungu Daffin. Mendadak kamarnya jadi berkabut.

"M-maaf, lagian Daffin udah bilang turun, dady ga mau denger, ga sengaja keceplosan gitu," Daffin melirik takut takut pada wajah Saga.

Mukanya kaya nahan berak njir

Rasa takutnya tiba-tiba lenyap terganti oleh perasaan menggelitik di perutnya, "Pfftt, Dady kalo mau ee jangan di tahan gak enak liatnya."

Saga melonggarkan pelukannya dan membiarkan Daffin turun, mengusap wajahnya frustasi bagaimana bisa tingkah anak kecil di hadapannya ini mudah sekali membuat emosinya terombang-ambing.

"Lain kali jangan bicara seperti itu, mengerti?"

"Gak boleh nanyain pengen ee?"

"Jangan berbicara kasar, baby."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DaffinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang