Chapter 1

11 2 0
                                    

"Hai Karin, bagaimana kabarmu?"

"I'm pretty good, bagaimana denganmu, Hans?"

"Aku sangat baik apalagi sekarang aku bisa memandang gadis yang sudah lama aku rindukan."

Karin tak menanggapi gombalan teman semasa kuliahnya itu dan hanya membalas dengan senyuman yang dipaksakan.

"Aku juga merindukanmu," bohong Karin, "Anyway ada hal apa hingga kau ingin menemuiku?"

"C'mon Karin, aku tidak membutuhkan alasan apapun untuk bisa menemuimu, right?" Pria yang duduk di depan Karin itu tampak menggoda dengan gaya casualnya, "I just miss you."

Karin berusaha untuk menahan kedua bola matanya untuk tidak berputar tanda muak. "Seriously, Hans. Kau tidak mungkin datang jauh-jauh ke LA hanya untuk mengatakan rindu kan?" Karin mulai sebal dengan tingkah tidak jelas temannya itu. Well, sebenarnya mereka juga bukan teman. Ia hanya kenal Hans. Sama sekali tidak pernah bergaul seperti teman pada umumnya.

"Bisa kau sebutkan alasan yang masuk akal supaya aku tetap mendengarkanmu di sini?"

"Wooa, woaa, easy Karin." Hans mulai membenarkan posisi duduknya yang awalnya bersandar agar terlihat lebih serius. "Have I told you that I'm attracted to you?"

"All of sudden?"

"Well, sejak kita di universitas tentunya."

Karin hanya bisa tersenyum miring mendengar ucapan pria di depannya itu.

"Pertama, kita bahkan tidak dekat semasa kuliah," Karin melanjutkan, "Kedua, kau pria ke tujuh yang tiba-tiba mendatangku dengan alasan yang sama dengan pria-pria sebelumnya, tertarik padaku."

"Kau ikut dengan taruhannya Jack, kan?" tuduh Karin tanpa ragu.

"Tentu saja tidak Karin, aku benar-benar tertarik padamu," elak Hans.

"Kau tidak perlu berbohong Hans, meskipun kita tidak dekat tapi aku tahu kau se gank dengan Jack." Karin melontarkan pendapat dengan nada tenang nya. "Dan kebetulan ke enam pria sebelumya juga dekat dengan Jack."

Mendengar tuduhan Karin, Hans tersenyum lebar. Sepertinya ia tidak bisa berpura-pura lebih lama lagi.

"You're smart Karin, tapi tidak lagi setelah mengetahui bahwa pasanganmu adalah pria jelek yang sayangnya juga pengangguran."

"Shut up!"

"Ups, sorry." Ucap Hans tanpa rasa bersalah.

"Jujur saja Karin, kau hanya berpura-pura pacaran dengannya kan?" Selidik Hans. "Tidak mungkin wanita menarik dan pintar sepertimu mau dengan pria jelek sepertinya. Dan lagi sepertinya dulu banyak yang mengejarmu semasa kuliah."

"Aku heran kenapa kalian benar-benar ingin tahu dengan kehidupan percintaanku?"

"Jangan bercanda Karin, lulusan terbaik sepertimu tidak mungkin tidak diperhatikan banyak orang. Kau bahkan sudah diterima di perusahan ternama sebelum kau lulus secara resmi."

Karin hanya menaikkan sebelah alisnya ingin mendengar penjelasan lanjutan dari Hans.

"Intinya, kau bisa mendapatkan pria manapun."

"Ya, tapi belum tentu aku bisa mendapatkan pria yang tulus mencintaiku."

"Maksudmu si botak itu tulus mencintaimu?" Hans terkekeh geli mengingat rupa pasangan wanita cantik di depannya yang pernah viral di grup angkatan mereka itu, atau bahkan sudah tersebar di grup universitas. Well masa bodoh bagi Karin. "Ya, maybe he did. Tapi tidak denganmu kan?"

Karin menarik nafasnya dalam lalu mengeluarkannya dengan kasar. Ia sungguh muak dengan perkataan-perkataan yang tidak sekali dua kali ia dengar itu. 'Kau tidak tulus mencintainya kan?' atau 'Kau tidak benar-benar menyukainya, kan?' atau yang lebih parah 'Kau hanya berpura-pura dengannya, kan?'. Ia sungguh heran apa salahnya Ia berpacaran dengan kekasihnya, James. Karin tidak bisa berbohong untuk mengatakan bahwa James tampan. Ia hanya sedikit tonggos dan rambutnya mungkin tidak bisa dibilang bagus karena botak di bagian depan. But that's it. Apa yang salah dengan itu? James bukan seorang criminal.

All About SincerityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang