Happy reading
Warn! Typo bertebaran!!Tumben-tumbenan jam 7.40 pagi Hilal sudah berada di parkiran sepeda motor. Bukan tanpa alasan ia berangkat pagi, karena ada pr matematika yang belum ia kerjakan dan biasanya Fajar sudah berangkat jam segini jadi ia akan melihat hasil kerjaan milik Fajar.
Baru saja ia keluar dari parkiran, dirinya bertemu dengan tiga anak kelas IPS yang saling dorong mendorong. Ia tidak peduli dengan mereka. Toh ia tidak punya urusan dengan anak IPS. Sekilas ia mendengar percakapan mereka bertiga.
"Itu ada temannya. Titipin dia aja."
"Malu. Nggak kenal gue."
"Lebih malu kalau ngasih langsung ke orangnya. Udah sana cepet kasih."
"Tunggu!"
Bersamaan dengan suara itu ada suara langkah kaki terburu-buru yang mendekat.
"Gue bilang tunggu," ucap seorang cewek dengan menarik tangan kirinya dan membuatnya berhenti.
"Ya?"
"Eh, emm... itu..."
Karena tak kunjung bicara, teman cewek itu mengambil alih paper bag yang di pegang temannya.
"Jadi gini, lo temannya San kan?" Tanyanya.
Hilal mengeryitkan dahi. Apa maksud cewek di depannya itu. Bertanya apakah ia temannya San? Semua orang tau kalau dirinya dan San memang berteman. Semua warga sekolah tau tentang itu, kalau tidak tau berarti itu anak baru. Dan cewek di depanya itu kelas 11, satu angkatan dengannya dan tidak mungkin cewek itu tidak tau kalau dirinya teman San.
"Iya. Kenapa emangnya?"
"Ini," cewek di depannya menyerahkan paper bag yang berwarna merah yang di pegang kepada Hilal. "Tolong kasih ini ke San."
"Apanih?"
"Udah kasih aja itu buat San, dari teman gue ini namanya Ovi," ucap cewek itu dengan menunjuk cewek yang tadi menarik tangan kirinya.
Karena penasaran dengan isi paper bag yang cewek bernama Ovi itu berikan untuk San, Hilal melihat kedalam dan tidak percaya dengan apa isinya.
"Coklat? Cuma buat San? Buat gue mana?" Tanya Hilal.
"Nggak ada. Itu khusus buat San."
Hilal berdehem, "emm, tapi lo tau kan kalau di dunia ini nggak ada yang gratis?"
Cewek di depannya melotot. Tidak percaya dengan temannya San ini. "Maksud lo? Lo minta bayaran gitu?"
"Ya iyalah. Ongkir. Harus ada ongkir."
"Nggak ada ongkir-ongkiran. Bye."
Lalu cewek itu pergi meninggalkan Hilal yang sedang mengumpati cewek itu.
Sesampainya di kelas sudah banyak yang datang ternyata. Termasuk Fajar. Anak rajin itu sudah duduk di tempatnya sambil bermain ponsel. Tak ingin membuang waktu karena jam pertama adalah matematika dan tugasnya belum tersentuh sama sekali, ia segera menyalin pr milik Fajar.
Selesai menyalin tugas milik Fajar, orang yang ditunggu-tunggu pun datang juga. San datang dengan Kara di belakangnya.
"San!"
San tidak menjawab dan malah duduk dengan tenang. Hilal sebenarnya kesal dengan sifat temannya yang satu ini. Tidak ingin berlama-lama kesal dengan temannya itu, akhirnya Hilal menyerahkan paper bag titipan anak IPS pada San.
"Apa?" Tanya San. Ia kaget karena tiba-tiba Hilal memberikan paper bag berwarna merah.
"Coklat dari anak IPS."
KAMU SEDANG MEMBACA
BRYAN SAN || Choi San
Teen Fiction. . . "Hai, gue San." "Gimana rasanya dapet kasih sayang dari orangtua?" "Gimana rasanya jadi anak indigo? Apa orang-orang menerima lo dengan keadaan lo yang bisa melihat sesuatu yang tidak semua orang bisa lihat? Apa orangtua lo menerima kelebihan...