Gara

141 7 0
                                    

"Arabella Putri."

Ara yang baru keluar dari pintu toilet. Di sambut seseorang. Membuat langkah nya terhenti, karena jarak ia dan orang itu sangat dekat.

Mata Ara membeo saat tahu orang yang memanggilnya."Belum jam istirahat loh bang. Udah nggak sabar aja lanjut marah season dua nya. "

"Iya bang Nanta. Ada apa ya panggil Ara?" Sebisa mungkin Ara atur senyum yang pas ke arah Nanta. Tidak lebih dan tidak kurang. Kalo lebih takutnya Nanta terpesona sama senyum nya, kalau kurang nanti Nanta sensian di kira dia nggak sopan sama kakak kelas.

Walaupun ia nggak akrab dengan Nanta. Semua orang yang mengenalnya, tahu banget sikap anak itu gimana. Kata orang orang penyebar gosip, sikap Nanta itu seperti bunglon(suka berubah-rubah). Bisa dibilang, moody an anaknya. Mood nya nggak jelas, sama kayak kerjaan nya sekarang. Nggak jelas banget tiba tiba manggil nama lengkapnya.

"Umur 16 tahun 5 bulan." bukan nya menjawab pertanyaan Ara. Nanta malah mengucapkan umur Ara.

Ara cengo. "Kok tiba tiba jadi ucapin umur gue? Mana hafal lagi, 16 tahun 5 bulan. Dia nggak ngasih spoiler tentang kematian gue kan?"

Siapa tau, Nanta memiliki jiwa psikopat. Yang kena senggol dikit, langsung ngebunuh orang. Ara jadi merinding membayangkan hal itu. Semoga aja abang kelasnya ini nggak ada jiwa sikopat.

"Kelas XI IPS 2. Di SMA MERDEKA."

"Hah. Gini ya rasanya kenotice sama abang kelas yang famous. Padahal sebelum nya. Kenal aja nggak dia sama gue."

"Anak tunggal dari Ella Sri Ningsih dan Yofi sanjaya."

"Wadaw. Sampe hafal nama orang tua gue. Ni maksud nya apa ya ngafal ngafal nama orang tua gue? Jangan bilang mau minta restu?" Ara jadi ngawur mendengar Nanta menyebut nama kedua orang tua nya.

"Tinggi badan 153 cm."

"Berat badan 50 kg."

"Waw." Mulutnya refleks mengatakan waw karena terkejut Nanta sampai hafal tinggi dan berat badan nya.

"Tinggi dan berat badan gue pun dia tahu? Terbaik!"

"Size baju M."

"Size celana 27."

"Size sepatu 37."

"Kalau gue jadi pacarnya. Terus minta beliin baju, celana, sama sepatu ke doi. Nggak perlu lagi gue nyebutin size gue. Dia dah hafal sendiri. Kalau bucin emang kayak gini nggak sih? Tau apa aja hal hal tentang ceweknya? Tapi kan, gue bukan ceweknya bang Nanta."

"Hobby main voli."

"Untung hobby gue nggak tarik ulur perasaan anak orang, bang."

"Sering jadi incaran anak cowok di sekolah, karena kecantikan nya."

Ara tersenyum malu. "Ah. Bang Nanta bisa aja."Ara jadi ingin terbang karena Nanta memujinya cantik.

"Sering gonta ganti pacar karena gak betah pacaran lama lama. Alias fakgirl."

Senyum Ara lenyap karena di tuduh cewek fakgirl. "Fakgirl?Kayaknya yang ini fitnah deh."

"Pantesan lo ngincar gue. Fakgirl ternyata." Nanta menatap Ara dengan wajah angkuhnya.

"Heh. Mulutnya. Tau dari mana Ara fakgirl? Pacaran sama Ara aja nggak. Sok tau banget jadi orang." Ara ngegas karena di tuduh fakgirl.

Harusnya Nanta meralat ucapan nya. Ara bukan fakgirl, Ara hanya mengkoleksi pacar.

Nanta memperkikis jaraknya dengan Ara. "Ooh.. jadi harus gue pacaran dulu sama lo. Biar gue tau lo fakgirl atau bukan?"

Ara mengangguk. "Iyaa. Pacaran dulu sama Ara, baru abang tau yang sebenarnya."

My Ultimate HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang