Halooo, bestie. Sebelum scroll atau swipe, jawab dulu pertanyaan ini:
1. Pancake durian atau pancake madu?
2. Lebih sering dapet rekomendasi wattpad dari mana?
3. Warna kesukaan kalian?
4. Pernah baca 1821? Kalo aku, sih, gak pernah🙏🗿
Yuk bisa yukk 100 komennn xixiixix. Janji double update kalo bisa nyampe segitu😍
Happy reading❤️
"Maaf kalo pertanyaan ini sensitif. Mama lo sekarang di mana?" tanya Dian.
"Di luar kota," jawab Arjuna.
"Lo selama ini gimana caranya hubungi Mama lo, sedangkan Papa lo benci banget sama Mama lo?" Dian makin kepo.
"Gue kadang minjem hape Kiara buat nelpon Mama dengan alasan pulsa gue habis. Gue sebenernya gak setega itu mau maksa Kiara buat main sama gue. Gue akui kalo ada pikiran buat main sama Kiara, apalagi ngelihat dia di kampus kadang terbayang kalo Kiara main sama gue bakal kayak gimana. Chat gue sama siapa pun dipantau terus sama Papa. Papa paling seneng kalo gue hancurin Kiara dan keluarganya."
"Anjir, kalo tau gini gue gak usah capek-capek hipnotis lo." Dian sadar ternyata kemampuan hipnotisnya tak sehebat itu, apalagi ia sudah lama tak menggunakan kemampuannya itu.
"Tanpa lo hipnotis, gue udah sadar," balas Arjuna terkekeh.
"Lo tadi gak beneran tidur?"
"Enggak lah, anjrit. Lo pikir gue korban Uya Kayu percaya hipnotis kilat gitu?"
"Anjing, malu banget gue!" seru Dian memukul bahu Arjuna.
Arjuna tertawa melihat Dian salah tingkah karena kebodohannya. Kalau boleh jujur, ia mulai sayang dengan Dian, tapi di sisi lain, dia juga agak cemburu kalau melihat Kiara berinteraksi dengan cowok lain, walaupun ia sadar bahwa Kiara tak sayang dengannya.
"Santai, Dian," ungkapnya, membuat Dian mulai fokus mendengarkan ucapan Arjuna. "Gerak gerik gue di sini selalu dipantau CCTV. Untungnya, di CCTV gak ada suara. Jadi, masih sedikit aman buat ngomongin ini."
"Kalo ada apa-apa, cerita sama gue, Juna. Gue gak mau lo mendem ini sendirian."
"Iya, Dian."
"Inget kata gue tadi, jangan pernah maksa main tanpa consent. Gue sengaja nyuruh lo pake penutup mata supaya Papa lo ngira kalo lo emang seniat itu buat hancurin Kiara."
Arjuna menempelkan tangan kanannya dengan merapatkan kelima jari di pelipis kanan membentuk tanda hormat. "Siap! Gue berani sumpah kalo gue gak bakalan gitu."
Suara bel rumah Arjuna terdengar jelas dari luar rumahnya, menyebabkan Dian turun dari pangkuan Arjuna. "Kiara udah dateng, gue ke sana dulu."
"Oke," balas Arjuna.
Dian menjalankan kedua kaki ke depan rumah Arjuna guna menemui Kiara. Di sisi lain, Arjuna menatap punggung sang puan yang kian menjauh. "Kenapa gak dari dulu gue ketemu sama Dian? Akhirnya gue bisa jujur tentang diri gue tanpa harus ngikutin karakter yang Papa bentuk."
***
Dian murka saat tahu Arjuna hampir memaksa Kiara untuk berhubungan dengannya. Modusnya dengan pura-pura minum obat, padahal sebenarnya ia tak minum obat sialan itu. Syukurnya, Dian yang tadinya diam di kamar mandi langsung keluar untuk menyelamatkan Kiara. "Lo tadi hampir gituin Kiara? Lo bohongin gue, hah?"
"Dian, lo salah—"
Plak!
Dian menampar Arjuna. Ia tak suka Kiara hampir saja disakiti oleh cowok itu, mana Kiara sudah mengiyakan permintaan sang pria. "Ah, bangsat lo! Gue gak mau FWB-an sama lo lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doom (On Hold)
General Fiction"Kalo mantan kamu gak brengsek, aku gak bakal buat kalian putus." Tato di dada menjadi ciri khas Avram Barata, anggota geng motor Conal itu jatuh hati pada Kiara, pacar Arjuna. Bajingan itu merupakan anak dari Mahardika, musuh Papanya yang membuat P...