bagian : 6

5K 684 45
                                    

"Aku yakin sekarang kau menampung anak dari orang yang sudah membunuh kedua orang tuamu."

Jeno menatap bingung pria paru bayah itu kenapa bisa? Kenapa Ayahnya bisa mengetahui jika anak dari Huang Chanyeol sekarang tinggal bersamanya.

"Tid—"

"Jangan berbohong Lee!" Tiba-tiba aura yang di berikan Donghae tak mengenakkan. Jeno merasa jika ayahnya itu sedang marah sebab kesalahannya.

"Dia tidak tau apa-apa ayah."

"Ayah tidak mau tahu. Kau harus mengusirnya jika bisa kau harus membunuhnya."

"Ayah dia tidak bersalah."

"Lakukan atau ayah sendiri yang bertindak."

Jeno menghelah nafas panjang. Kemudian ia berpamitan untuk pulang, hari ini tak ada mangsa jadi Jeno memutuskan untuk kembali.

Di perjalanan Jeno memikirkan ucapan ayahnya tadi. Kenapa sangat berat jika harus melepaskan anak itu, tetapi Jeno tak mau mengambil resiko, jika tidak Donghae akan turun tangan, ia tak mau Renjun menjadi korban.

Mobil Jeno memasuki area rumahnya. Kemudian ia masuk dan mencari anak yang tinggal di rumahnya itu, ia berkeliling namun tak mendapati anak itu. Dan tujuan terakhir adalah kamar miliknya.

Dan benar saja Jeno melihat anak itu tengah terlelap dengan sepupunya Yeri. Dengan posisi Yeri yang duduk di lantai dan bersandar di ranjang kemudian Renjun yang tidur dan menjadikan pahanya sebagai bantalan. Jeno dapat melihat seberapa banyak bungkusan snak yang berceceran di sana.

Jeno sudah tau betul bagaimana sikap Yeri pada anak-anak, lihat saja pasti Yeri memberikan kesenangan pada renjun dengan memberinya beberapa makanan, seperti yang kita lihat ada banyak juga cup cup eskrim, juga banyak mainan.

Jeno sama sekali tak masalah dengan kamarnya yang berantakan. Lagi-lagi Jeno kepikiran dengan ucapan ayahnya.

Sejujurnya Jeno sudah terbiasa dengan kehadiran sosok mungil itu, ia suka saat melihat tatapan polos Renjun, dan Jeno sudah terbiasa melihat simanis itu.

Perlahan Renjun menggeliat kecil, saat nyawa belum terkumpul ia sempat melihat Jeno dan tanpa sadar merentangkan tangannya. Jeno bingung namun mengira apakah anak itu minta di peluk atau di gendong.

Entah mengapa Jeno mengangkat tubuh ringan Renjun dan menggendongnya ala koala. Renjun semakin menyamankan diri di gendongan Jeno.

Karena disana ada Yeri. Jeno membawa Renjun ke kamar sebelah, Jeno dengan perlahan membaringkan tubuh Renjun namun si manis itu tak mau dilepaskan.

Mendapati sikap Renjun yang seperti ini semakin membuatnya tak mau melepaskan anak itu. Tapi Jeno harus membuat keputusan walaupun berat.

Tak lama Jeno berbaring dengan Renjun yang masi di pelukannya. Lelah juga Jeno hari ini sebab ia berlatih di mansion ayahnya.

Tak lama kemudian Jeno ikut terlelap. Tetapi saat benar-benar sudah menuju alam mimpi, Jeno dibuat bangun dengan teriakan.

"OMO!! BAYIKU KEMANA HUHU."

Itu teriakan Yeri, oh tuhan itu nyaring sekali hingga membuat Jeno menutup telinganya.

"Hiks." Jeno menatap Renjun yang terisak namun masih menutup matanya.

"Tidur kembali ya." Jeno mengusap-usap surai halus milik Renjun hingga anak itu kembali terlelap. Setelah itu Jeno keluar untuk menemui Yeri.

"Bisakah jangan berteriak."

"Jeno-ya apa kau melihat bocah?" Tanya Yeri. Jeno sudah mengira bahwa itu Renjun.

"Dia ada di kamar sebelah, sempat terbangun tadi sebab teriakan mu." Tanpa membalas perkataan Jeno Yeri segera menuju kamar sebelah dan diikuti oleh Jeno.

"Astaga bayiku, kenapa tak memakai selimut huh? Ruangan ini dingin." Yeri menyelimuti anak yang terlelap itu. "Kau mendapatkan mahkluk seperti ini dimana Jeno? Apa aku boleh membawanya?"

Jeno menggeleng bisa bahaya jika Yeri membawa Renjun. Wanita itu tinggal bersebelahan dengan ayahnya. "Tidak bisa, dia harus tinggal denganku."

"Tapi aku bisa kan sering mengunjungi nya?"

"Bisa tapi jangan sering, sekarang kau bereskan kamarku yang kau buat berantakan." Yeri hanya mengangguk.

Setelah Yeri pergi Jeno menutup pintu dan kembali berbaring di samping simanis.

Jeno sudah membuat keputusan. Jika anak itu sudah bangun Jeno akan mengantarnya kembali ke kota. Walaupun berat mau tak mau Jeno harus melakukan itu, demi Renjun juga.

Setelah tidur beberapa jam kini Jeno terbangun sebab pergerakan dari pria yang di dekapan nya. Jeno membuka mata dan langsung melihat senyum manis milik renjun. Hangat saat melihat senyuman itu, namun Jeno memasang wajah datar.

"Kenapa di lepas?" Tanya Renjun saat Jeno melepaskan pelukannya.

"Bersiaplah kita akan pergi." Ucap Jeno. Ia bangkit dan mengambil jaket, ia melihat jam dan ternyata sudah jam delapan malam.

"Kita mau kemana dad?" Tanya Renjun.

"Jangan memanggilku seperti itu." Jeno akan semakin mengingat anak itu jika renjun memanggilnya dengan sebutan 'Daddy'

"Aku boleh memanggil paman?" Tanya Renjun polos.

"Terserah, sekarang kita akan pergi." Renjun menurut dan mengikuti Jeno dari belakang.

Di perjalanan Renjun melirik Jeno diam-diam, ini sudah jam sembilan malam dan keduanya sudah cukup jauh dari rumah.

"Paman? Kita akan kemana?" Tanya Renjun. Ia melihat sekeliling dan renjun hanya melihat hutan. Jeno hanya diam tak menjawab.

Setengah jam kemudian, mobil yang Jeno kendarai memasuki area perkotaan, dirasa nya sudah cukup Jeno menghentikan mobilnya dan dirinya turun. Jeno berputar ke arah pintu samping dan membukanya membuat Renjun juga ikut keluar.

"Apa yang akan kita lakukan disini paman?" Tanya Renjun. Sedari tadi pertanyaan nya tak ada yang di jawab.

"Kau tunggu di sini aku akan kembali." Ucap Jeno. Setelah itu kembali memasuki mobil.

"Paman akan kemana? Kenapa aku di tinggal?" Renjun mendekat ke arah jendela mobil.

'maafkan aku'

"Paman? Paman jangan lama-lama yah, aku akan menunggu paman." Ucap Renjun dengan senyum manis.

"Jika paman lama injun akan marah, oke."

Tanpa menjawab Jeno memutar balik mobilnya. Dapat Jeno lihat dari spion, Renjun sempat berteriak 'jangan lama-lama' tetapi Jeno tidak akan kembali.

"Kira-kira paman akan kemana? Tetapi kenapa kembali ke jalan yang tadi?" Gumam Renjun.

"hmm sebaiknya aku duduk di sana sambil menunggu." Renjun menuju kursih panjang yang ada di pinggir jalan itu.

Setengah jam kemudian....
Sedari tadi renjun selalu berdiri dan melirik ke kiri dan kanan namun tak juga mendapati mobil Jeno. "Paman lama sekali."

Satu jam kemudian....
Renjun masih saja duduk di sana sembari menunggu Jeno. Tapi lama kelamaan ia mengantuk sebap ini sudah jam sepuluh malam.




TBC

[✓] HITMAN | NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang