Piece : 01

55 9 2
                                    

"Bubu liat seragam Dydy gak?!" pekik anak berambut mangkuk itu. Nampak sibuk mencari sesuatu dilemarinya dengan masih menggunakan handuk sebatas dada, rambutnya pun masih basah dengan beberapa tetesan air turun.

"Berisik ompong." tegur seorang pemuda.

Anak itu menatap kesal. "Bang Gara diem deh. Kata Bubu juga gigi Dydy bakal tumbuh kok kalo udah gede, nanti bakal ada peri gigi yang dateng buat numbuhin giginya Dydy." balasnya tak ingin kalah.

"Udah ompong ya ompong aja. Lu tau gak, temen gua 'kan ada yang ompong dari kecil nah ampe sekarang dia ompong loh jadi jelek kagak punya pacar." katanya menakut-nakuti.

"DIEM! GIGINYA DYDY BAKAL TUMBUH! HUWEE BUBU!" jeritnya.

"Eh eh, ini kenapa? Abang jangan dijailin terus dong adiknya." Dy menyimpan seragam yang baru saja ia setrika diatas kasur anak bungsunya lalu menghampiri anaknya. "Jangan nangis dong, katanya 'kan mau cepet gede." sambungnya menghapus air mata anaknya tersebut.

"Tuh Abangnya jahat, dia bilang giginya Dydy gak bakal tumbuh ampe gede terus gak bisa punya pacar huwee!" jelasnya kembali menangis.

Dy menghela nafasnya, dia menghapus air mata anaknya lagi. "Abang kamu bohong kok. Waktu itu Bubu 'kan pernah bilang bakalan ada peri gigi dateng terus numbuhin giginya Dydy." kata Dy sambil memakaikan seragam TK anaknya. "Terus emangnya Dydy udah punya pacar gitu?" tangan Dy telaten menyisir rambut mangkuk anaknya itu.

"Punya."

Dy dan Gara saling menatap lalu tertawa bersama. "Masa sih anak Bubu udah punya pacar." goda Dy, membuat anak bungsunya semakin kesal.

"Ada Bubu ih!"

"Coba, siapa nama pacarnya Dydy?" tanya Dy, melihat penampilan anaknya terlihat tampan dan manis.

"Egi." jawabnya terlihat semu merah dikedua pipinya.

Dy terlihat terkejut saat mendengarnya. Jika tidak salah Egi itu anak tetangga sebelah, dan memang satu sekolah dengan anak bungsunya. Dia kembali tertawa begitu juga dengan Gara yang mentertawakan adiknya itu dengan nistanya.

"Lu pacaran sama anak tengil itu?" tanya Gara, dia merasa tergelitik saat mendengarnya. "Cocok sih sama-sama tengil." lanjutnya, memberikan jempol pada adiknya itu namun langsung membalikannya ke bawah tanda menilai jelek.

"ABANG!" jeritnya kesal sambil melempar sisir yang digunakan olehnya tadi ke Kakaknya tersebut namun Gara langsung menghindar pergi. "Tuh liat Bu, Abang ngeselin banget tau." adunya pada Dy, membuat Dy tertawa kecil mengusap kepala anak bungsunya pelan.

"Gak usah didengerin, Abang kamu cuman bercanda." Dy bangkit mengambil handuk basah tadi dan menggantungnya dibelakang pintu kamar mandi. "Udah cepet turun, sarapan terus nanti sekolahnya dianterin sama Abang juga ya."

"Siap Bubu!" Dyga langsung berlari keluar.

Dy yang melihatnya tersenyum, dia mengambil sisir yang sempat dilempar anak bungsunya dan menyimpannya kembali diatas meja rias lalu ikut menyusul anaknya ke bawah.

Terlihat kedua anaknya masih berdebat, Dy hanya menghela nafasnya melihat itu. Sudah terbiasa setiap pagi akan ramai dan rusuh dari bangun pagi sampai mereka pergi sekolah. Meskipun mereka bukan saudara kandung dan sering bertengkar tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.

"Abang gak bikin masalah lagi 'kan? Ini udah semester dua loh mau lulus." peringat Dy sambil memberikan telur balado kesukaan anak pertamanya tersebut.

"Enggak." Gara langsung memakan makanannya.

"Baguslah, Bubu gak mau dipanggil kesekian kalinya karena Abang bolos atau berkelahi lagi sama temennya." beritahu Dy, selama ini dia yang selalu datang ke sekolah Gara jika anak itu membuat masalah. Tapi meskipun begitu Dy akan sangat membelanya karena dia sangat tahu bagaimana sifat Gara, jika anak itu berkelahi atau melawan pasti ada sesuatu yang membuatnya marah atau kesal.

Fallin You Too (Family)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang