"Aku diajari oleh kebodohan, dibesarkan oleh kebutaan dan dewasa menjadi kegagalan." ~ Kai Anno Haertzer.
¤¤¤
"Jadi, ini lawanku, seorang bocah? Apa yang mereka pikirkan?"
Si pria bongsor berambut bingung terhadap keputusan pihak lawannya memilih Giovanni. Tapi, dirinya enggan memusingkan hal ini lebih lama.
"Hmph, tidak masalah. Karena aku ... Rozaim, akan bertarung dengan siapapun yang menjadi lawanku!"
Pria bernama Rozaim itu meraung kencang diikuti oleh sorakan para pemburu di sekitarnya. Mereka semua terlalu mabuk sehingga tak bisa menggunakan akal pikiran dengan baik yang berakibat keberadaan Giovanni di sini.
Dalam benaknya, Giovanni merasa sangat sial. Dia tidak tahu harus bagaimana. Misalkan bertarungpun, dirinya tidak akan mampu menang bahkan memberi perlawanan.
Hanya dari menilai fisik pria itu, Giovanni tahu kalau Rozaim lebih kuat dari kebanyakan para pemburu di sana. Pria itu bisa dengan mudah melawan 10 sampai 15 orang sekaligus, apalagi Giovanni yang hanyalah seorang anak kecil.
"Ini tidak masuk akal. Bagaimana ini? Di mana Tuan Furash? Kenapa dia tidak datang setelah ada keributan sebesar ini? Apa dia tidak cemas aku pergi ke mana? Apa yang bisa kulakukan untuk melawan pria ini tanpa busurku?!"
Giovanni tidak menduga akan mengalami kejadian seperti ini saat jalan-jalan jadi dirinya tak berpikir membawa senjata apapun.
"Bersiaplah anak kecil!" Rozaim melangkah maju.
"A–apa?! Tunggu dulu!"
Rozaim mendekat dan mengayunkan tinjunya mengabaikan pekikan Giovanni. Melihat kepalan sebesar buah semangka datang kepadanya, Giovanni secara cepat mengelak dengan berguling ke kanan.
Tinju Rozaim yang hanya mengenai angin melaju lurus menghantam lantai marmer gilda. Giovanni melihat sebuah lubang besar menganga karena pukulan pria itu.
"Cepat juga kau, bocah!" Rozaim mengangkat tinjunya. "Akan kujuluki kau 'Kutu'!"
Rozaim langsung kembali melesat. Kali ini, kecepatan pukulan Rozaim meningkat lebih dari sebelumnya tapi tumpuan kaki pria itu goyah karena dia tiba-tiba merasa pusing. Itu membuat Giovanni mampu kembali menghindari serangan Rozaim meski nyaris saja terkena pukulannya.
Dalam momentum yang tercipta setelah mengelak, Giovanni melihat sisi kanan bawah Rozaim terbuka. Dia bisa membalas serangannya pada titik itu, tetapi Giovanni ragu mampu menyakiti Rozaim.
Sampai sesaat kemudian, Giovanni teringat pada pengalaman-pengalamannya selama ini. Dia seketika berpikir, kalau saat ini adalah keadaan hidup atau mati.
Giovannipun langsung membuang keraguannya dan mengepalkan tangan. Sambil mengalirkan Mana dalam jumlah banyak, dirinya lalu melesatkan tinju ke bagian liver Rozaim. Sayang, itu tampak tidak berakibat apapun padanya.
"Itu tidak terasa sedi—"
Secara tak terduga, Rozaim tiba-tiba membelalak karena merasakan nyeri di area tubuhnya yang Giovanni pukul. Rasa sakitnya memang tak seberapa, namun rasa heran muncul di benak Rozaim. Oleh sebab itu diapun bertanya.
"Bagaimana kau melakukannya? Mengalirkan Mana ke bagian tubuh memang dapat memperkuat fisikmu, tapi bagaimana bisa rasa sakitnya baru terasa beberapa saat kemudian?"
Giovanni sendiri tidak mengerti kenapa dirinya bisa melakukan hal tadi.
"Aku tidak tahu! Aku hanya memukul, itu saja!" seru Giovanni.
"Tidak tahu? Jangan membual! Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku!"
Rozaim menganggap Giovanni sedang mempermainkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARC OF THE HEIR: TALE OF STRIVE
FantasyKisah ini sudah ada dari zaman dahulu sekali, hingga tidak diketahui secara pasti kapan kemunculan pertamanya. Kisah ini, diceritakan melalui lisan ke lisan, lalu menjadi sebuah legenda, kemudian menjadi mitos, dan pada akhirnya menjadi sebuah cerit...