"Bagus apanya Bos?" tanya Garvin mengekori Agha yang berjalan terburu-buru menuju kelas.
"Namanya." jawab Agha singkat.
Pokoknya kalau semuanya belum menanyai Agha langsung, teman dekat Agha itu pasti akan terus menanyai Agha sampai puas.
Sampai di kelas 10-1, Garvin langsung menceritakan hal yang terjadi di depan gerbang tadi bahkan sebelum Agha mendaratkan bokongnya di kursi.
"Apaan yang bagus dari tuh cewek?" heran Jero, menoleh pada Agha yang kini sudah duduk di sampingnya.
"Matanya."
"Perasaan biasa aja deh, yang bener, Gha? Apaan yang bagus?" kata Dyfan sebagai saksi hidup sampai kejadian tadi berakhir.
Karena penasaran, Dyfan duduk menghadap belakang, menunggu dan berharap andai saja ada hal yang yang masuk akal yang Agha katakan.
"Suaranya." jawab Agha lagi kian ngawur.
Dyfan tertawa hambar. Ia yang duduk di sisi Garvin bertopang dagu takjub.
"Ada gitu kali ya suara yang nggak ramah lingkungan sampai lo bilang gitu." kekeh Dyfan merasa Agha ada-ada saja.
"Mungkin dari tingginya." sahut Arion yang baru saja selesai membaca komik online di hapenya.
Sekilas, Agha coba mengingat-ingat lagi tinggi gadis dengan nama panggilan 'Aru' itu. "Ya, tingginya juga bagus." setuju Agha sontak membuat beberapa gadis menghela napas kasar.
Mereka semua merasa sial, sebab, mereka terlalu pendek untuk Aru yang tingginya tak terlampau jauh dari tinggi Agha.
"Eh tapi kenapa dia manggil lo kakak ya? Padahal dilihat dari line badge biru dia, artinya kan kita sama-sama kelas 10. " ujar Garvin agak bingung dengan cara Aru memanggil Agha.
"Serius? Keknya dia manggil Agha kakak karena takut deh. Mukanya pucat banget tadi." ungkap Jero tak bisa melupakan wajah ketakutan Aru.
"Padahal nggak gua apa-apain." balas Agha santai.
"Entah gua doang yang ngerasa atau gimana ya? Masa gua ngerasa Aru itu mirip sama Nana loh." celetuk Dyfan membuat dirinya jadi atensi dari ketiga cowok di sekitarnya kecuali Agha.
"Bacot lo." gugup Garvin menunjuk Agha dengan lirikan matanya.
"Biarin aja, nggak apa-apa kali, ngomongin Nana nggak salah kok." ujar Agha tak keberatan bila nama gadis itu disebut.
Meski tak pernah Agha bilang, Agha memang merindukan dia.
"Tau nih Garvin, biasa aja kali." kata Jero tertawa ringan berusaha mencairkan suasana yang hampir saja rusak.
"Lo juga biasa aja curut." timpal Arion mengkritik tawa paksa Jero.
"Udah-udah elah, belajar yang bener lo. Gimana mau pamerin nilai ke anak-anak biar semangat belajar coba kalo kakak-kakaknya begini." tegur Agha membuat tabir keributan terhenti. "Nanti malam kita mampir ke sana, jangan lupa!"
"Siap bos." jawab Garvin, Arion, Jero dan Dyfan serentak.
Sesuai kata-kata Agha mereka langsung diam dan menuruti Agha untuk belajar dengan baik saat guru mata pelajaran pertama melangkahkan kaki ke kelas mereka.
Ya, se-segan itulah mereka pada Agha.
***
"Mulai sekarang gua mau pakai dasi, gesper sama kaos kaki yang bener kalo cuma lo yang kasih dan suruh."
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHA
Teen Fiction⛔ PERINGATAN ⛔ Di cerita ini kalian akan diajak.. 1. Baper tak berkesudahan. 2. Geregatan tak karuan. 3. Rindu update siang dan malam. ------- Anhalya Hikaru, cewek itu rela melakukan apa saja demi seseorang yang sudah ia anggap seperti kakak kand...