22 (Revisi)√

2.2K 315 13
                                    

Belum, Dava belum terbangun. Dokter memang mengatakan jika Dava tidak koma, namun anak itu belum terbangun juga. Gumaman tadi hanyalah gumaman semata, nyatanya anak itu kembali tenang. Tidak lagi menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Rendi yang sudah senang akan hal itu, menjadi pupus. Ingin segera menemui adiknya, tapi belum bisa. Hal itu membuatnya tambah kesal.

"Rendi!." Dilihatnya ayahnya serta paman bibinya mendekati dirinya dan Mita. Rendi kaget akan kehadiran Dina dan Rizal.

"Rendi, dimana Fiki. Bukan Fiki yang ngelakuin ini 'kan nak. Fiki nggak mungkin kayak gitu, dia anak baik." Cerca Dina, tidak mau bosa-basi karena ia ingin semuanya jelas.

"Maaf Bi." Rendi menundukkan kepalanya, tidak tahu akan menjelaskan apa. Semuanya begitu sulit bagi Rendi untuk menjelaskan.

"Mas, terus gimana sama Fiki sekarang. Kenapa jadi kayak gini? ." Rizal yang sedari tadi diam, sungguh amat kecewa pada anaknya.

Dia kira selama ini semuanya baik-baik saja, Fiki sudah menerima semua dengan ikhlas. Namun nyatanya anak itu malah memendam dendam hingga mencoba membunuh orang. Rizal tidak pernah mengajarkan hal jahat seperti itu, tidak pernah sama sekali.

"Dika masih berusaha mencari keberadaan Fiki sekarang, kita tunggu kabar dari dia." Ujar Agus.

"Gimana kalo Fiki dipenjara nanti kak, aku yakin bukan dia kak hiks. Tolong Fiki kak." Dina masih saja berusaha mengelak dari kenyataan.

"Kita liat aja nanti kedepannya gimana Din, soal hukuman biar pihak berwajib aja yang nanganin." Dina menggelengkan kepalanya, tidak akan Sudi jika Fiki berakhir dipenjara.

"Aku nggak bakal biarin Fiki masuk penjara kak! Aku akan bela dia. Belum ada bukti yang jelasin kalo Fiki yang ngelakuin itu." Katanya dengan tegas, dan segera pergi dari sana.

Agus hanya membiarkan adiknya itu pergi, Dina hanya belum bisa menerima saja dengan apa yang terjadi pada anaknya.

.

"Ayo ikuti aku, D A V A, Dava." Senyum terukir diwajahnya ketika mengajari remaja didepannya.

"AVA." dirinya menjawab dengan cicitan pelan, orang yang mengajari nya itu tersenyum gemas mendengar dan memperbaiki kesalahan.

"Dava, pelan-pelan aja, nggak usah takut."

"Sekarang kamu jadi adikku ya."

"Kakak bakal ngasih tau kamu, apa itu keluarga."

"Dava main dulu ya sama bunda, nanti kalo kakak udah pulang. Main lagi sama kakak."

"Minggu besok kakak ajak kamu ke Timezone."

"Kakak sayang kamu dek."

Itu Rendi kakaknya, Dava bisa melihat kilasan memori bersama kakaknya. Mulai dari mereka bertemu hingga kebersamaan mereka, Dava tersenyum melihat itu, namun tiba-tiba saja dirinya berpisah dengan Rendi, dirinya berusaha mencari Rendi dan terus berteriak kencang.

"Kakak!!."

"Kakak!." Panggil nya, semuanya menjadi gelap sehingga dirinya tidak bisa melihat sekitar untuk mencari keberadaan Rendi. Ia takut sendirian disini.

Tidak lama kemudian, sebuah sinar yang begitu silau membuat nya mengerutkan keningnya serta terus saja memanggil manggil kakaknya.

"Kakak!!."

"Kak!! Kakak !!."

"Kakak." Mata yang tertutup itu mulai bergerak-gerak, berusaha untuk mencari jalan pulang.

New World (END)✓TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang