Agha membelah jalanan sore bersama Aru ke berbagai tempat dan kembali dengan banyak waktu kosong sebelum jam malam Aru berakhir.
"Makasih Agha." ucap Aru pelan, tatapan kosong syok Aru jelas mengatakan bahwa gadis itu tak percaya bahwa ia telah dibawa ke banyak tempat dalam waktu singkat berkat skill ngebut Agha.
Berkat kemurahan Tuhan, Aru tiba di rumahnya dengan selamat dalam boncengan Agha.
"Ethan itu kakak sepupu lo, kan?"
Langkah Aru terhenti, gadis itu berbalik badan, netra coklat tuanya kini bertabrakan dengan manik hitam Agha.
"Kenapa?" sahut Aru sigap takut kalau karena kesalahannya, Ethan yang kena getahnya.
"Gua tahu dia pakai nama gua buat taruhan pas kampanye, makanya dia kirim lo buat deketin gua dan ngerubah diri gua, benar kan?" ungkap Agha mengupas abis alasan Aru terjun ke api neraka.
"Jangan marah sama Kak Ethan, dia jadi KETOS karena nggak mau dibanding-bandingin aja kok. Tapi,kak Ethan emang berbakat jadi KETOS. Asli. Cuma kemarin aja emang belum takdirnya." cerocos Aru mengambil langkah berbalik mendekati Agha.
Agha menyeringai. "Seharusnya gua pakai cara ini dari tadi siang."
Kalau tahu Aru bisa bicara lancar tanpa terbata-bata ketika menatapnya cuma karena membicarakan Ethan, Agha sudah pakai cara ini tadi siang.
"G-gua juga nggak mau deketin lo kalo bukan karena kak Ethan. Jadi, tolong kalo gua ada salah sama lo, jangan seret kak Ethan." imbuh Aru masih berpikir kalau Agha akan melukai Ethan.
Bahu Agha berjengit, "Nggak kok, gua nggak minat gangguin Ethan."
Kerutan di kening Aru samar-samar menghilang. "Makasih." kata Aru lega.
"Tapi gua berminat sama lo," tutur Agha membuat Aru memelotot tak percaya. "Bisa kasih tahu nomor hape lo? Gua mau chat lo di IG, tapi kayaknya lo jarang aktif di sana."
Aru ternganga. Apa salah hamba hingga Agha mau deketin saya Ya Allah?
Agha menjorokkan sekali lagi ponselnya ke arah Aru, menunggu gadis itu untuk merampas hapenya sejenak demi sebuah nomor telepon yang sudah berani Agha coba minta langsung ke orangnya.
"Nomor gua buat apaan?" tanya Aru nampak was-was.
Alis kanan Agha naik. "Buat di-chat lah, apa lagi?"
Duh! Aru! Mikirin apaan sih lo? Aru berkedip canggung, kepalanya mengangguk tak karuan dengan mata berkeliaran. Bisa-bisanya Aru mikir kalau Agha mau pedekate dengannya.
Minat tuh banyak maksud, buang buruknya, buang ambigunya.
Dia tuh cuma mau kenalan doang Aru! Jerit Aru dalam hati sibuk merutukki isi kepalanya.
Agha menerima kembali hapenya dan menyimpannya di saku dalam jaket.
"Nanti malam gua telepon."
"Ngapain?" tanya Aru terkejut.
Ekspresi tegang Aru membuat Agha segera bertanya. "Lo nggak suka teleponan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGHA
Teen Fiction⛔ PERINGATAN ⛔ Di cerita ini kalian akan diajak.. 1. Baper tak berkesudahan. 2. Geregatan tak karuan. 3. Rindu update siang dan malam. ------- Anhalya Hikaru, cewek itu rela melakukan apa saja demi seseorang yang sudah ia anggap seperti kakak kand...