Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.
Thank you :)
🌟
"Gue juga dulu punya pacar, tapi gue tetep bantuin lo." Sambung Abigail. Melihat Elan tidak berkutik, Abigail merasa di atas awan. Tahu kalau sahabatnya itu kini sedang mempertimbangkan apa yang diucapkannya tadi.
Elan mengempaskan punggungnya ke sofa, keningnya tidak berhenti berkerut. Menimbang-nimbang apakah ia harus menepati janjinya pada Abigail atau menolaknya mentah-mentah. Mungkin dengan pengorbanan sedikit uang di rekeningnya yang berkurang karena dikuras oleh cewek itu, ia dapat lepas dari rencana gila orang yang kini menatapnya penuh harap dengan kedua tangan dijalin, seakan tengah berdoa.
Namun, Elan mengingat apa yang Abigail katakan barusan. Cewek itu membantunya ketika ada mantannya yang mengejar-ngejar setelah ajakan untuk balikan ditolak olehnya berkali-kali. Tanpa pikir panjang Abigail mengiakan permintaannya. Ia mengesah panjang, "Lo nggak perlu gue buat bohong lagi kan setelah ini?"
"Enggak."
"Eh, sebentar. Gue harus ketemu nyokap lo besok. Berarti gue bohong lagi, dong!"
"Gue aja yang bohong! Lo tinggal angguk-angguk aja."
Elan mengerutkan keningnya, "Lo bisa bilang nggak kalau gue nggak ngelamar lo? Bilang aja itu gue beliin buat lo, bukan buat tunangan," Elan mengambil jari manis sebelah kirinya, "Gue mana mungkin beli cincin tunangan kayak gini." Sambungnya dengan gerutuan lalu membuang tangan Abigail.
"Sombong banget, sih," gumam Abigail. "gue kan nggak bilang apa-apa juga tadi. Jadi besok tinggal bilang aja ke nyokap kalau mereka yang ambil kesimpulan sendiri."
"Awas lo ninggalin gue bertiga sama nyokap-bokap lo besok. Pokoknya gue nggak mau bohong sama mereka. Gue nggak mau nambah dosa.""Biasa juga lo ngibulin anak orang, takut amat nambah dosa dikit doang," cibiran Abigail dihadiahi jambakan pelan oleh Elan. Cowok itu lalu berdiri dan Abigail membalas tarikan di rambutnya tadi dengan tendangan ke bokong milik sahabatnya itu.
"Gue mau pipis.""Pulang sana." Elan tidak menggubris usiran Abigail dan berjalan memasuki kamarnya.
Abigail berjalan ke dekat pembatas dari kayu yang memisahkan dapur dan ruang tengahnya. Menarik handle tersembunyi agar ada bagian dari sekat itu yang semakin panjang hingga ia dapat mengeluarkan meja makan yang terlipat di sana, beserta dengan dua kursi makan. Oh, ia sangat puas dengan pekerjaan kontraktornya dalam mendesain apartemen ini. Tidak percuma seluruh tabungannya selama bekerja ludes hanya untuk membayar kontraktor.
Ketika ia akan mengambil bahan makanan dari dapur, ia melihat Elan berdiri dari balik kaca yang tidak diburamkan. Elan tampaknya lupa menekan tombol untuk memburamkan kacanya dan dengan iseng Abigail mendekati Elan dari sisi lain dan mengetuk kaca dengan senyuman lebar.
Elan yang menoleh ke arahnya tersadar kalau kaca itu masih dapat dilihat dengan jelas dari sisi lain. Mata Elan terbelalak dan memutar tubuhnya dengan cepat, tetapi cowok itu lupa kalau ia tengah pipis dan kini suara teriakan bergema di kamar mandi dan Abigail tertawa kencang dan puas karena berhasil mengerjai Elan.
Dengan tawa yang tersisa di bibirnya dan ingatan bagaimana wajah Elan yang terkejut lalu makian dari seberang sana yang masih terdengar sampai sekarang. Langkah yang berderap membuatnya tahu kalau Elan sudah keluar dari kamar mandi dan kini akan berteriak padanya. "Tiga, dua, sa-"
"Babi!"
Kan, benar perkiraannya. Abigail kembali tertawa. "Bukan salah gue kalau lo lupa buat buramin kacanya. Gue kan udah bilang ke lo soal itu tadi." Abigail membuka kulkasnya dan menjawab Elan tanpa melihat ke arah cowok itu. Ia sibuk dengan lasagna yang dibuatnya pagi tadi dan akan dipanaskannya untuk makan malam.
"Kalau lo lihat, bisa jangan kagetin gitu," ucap Elan dengan geram. "celana gue basah, Setan."
Abigail tertawa lebih kencang kali ini. Membayangkan bagaimana paniknya Elan tadi. "Idih, Elan udah gede tapi ngompol. Pakai popok aja, gih. Kembaran sama Hanna."
"Berengsek banget emang lo," gerutu Elan sebelum cowok itu berteriak, tampaknya kini berada di dalam kamarnya. "Ada celana yang bisa gue pakai nggak? Sama baju sekalian."
"Ada celana pendek yang gue pinjam dulu. Pakai aja sweater atau sweatshirt lo yang ada di lemari juga. Satu tumpukan semua itu," Abigail berjalan ke arah kamar setelah memasukkan lasagna ke microwave. "ketemu?" ucapnya seraya membuka lebar pintu yang tidak tertutup, langkahnya terhenti tidak lama kemudian ketika menemukan sahabatnya itu.
Elan berdiri di depan lemarinya dengan handuk di pinggang, satu tangannya mengangkat pakaian dan yang lain menarik baju yang akan dikenakannya. "Ketemu," jawab cowok itu sambil melakukan hal yang serupa, kini mengambil celana pendek.
Abigail mengambil satu langkah mundur dan menyenderkan bahunya di kusen pintu. "Lo ngapain di kamar gue pakai handuk doang?" Abigail mencoba memaku tatapannya pada wajah Elan, tetapi sesekali matanya membangkang dan melirik sedikit lebih jauh ke arah selatan dari tubuh cowok itu. Otot tangan dan punggung milik Elan yang pertama kali menarik perhatian Abigail. Punggung dan tangan milik Elan tidak terlalu besar, tetapi tetap terlihat kokoh. Tahu kan bagaimana cowok dengan punggung berotot itu sangat seksi? Bukannya ia tidak pernah melihat Elan dengan swim trunk. Abigail pernah sekali pergi liburan dengan Elan ke Bali dulu. Lebih tepatnya, ia memaksa untuk ikut Elan ke Bali karena tidak bisa pergi sendiri naik pesawat. Itu kedua kalinya ia menaiki burung besar dari besi dan lagi-lagi bersama sahabatnya. Setelah itu Elan ogah mengabarinya jika pergi ke Bali atau liburan ke tempat lain yang perlu menaiki pesawat. Alasannya adalah karena Abigail membuatnya malu di pesawat dan juga Elan tidak dapat menemukan teman kencan lantaran Abigail tidak berhenti mengintilinya.
Namun, handuk dan swim trunk adalah dua hal yang berbeda. Semua orang bisa dilihat dengan celana renang itu di pantai atau kolam renang hotel, tetapi ia tidak pernah melihat Elan dengan handuk melilit rendah di pinggulnya. Memperlihatkan perut cowok itu yang rata, meskipun tidak six pack. Hanya terlihat garis-garis samar di kedua sisi perutnya.
Abigail buru-buru mengembalikan tatapan matanya ke kepala Elan ketika telinganya mendengar bunyi lemari yang ditutup, disusul dengan suara Elan yang menjawab pertanyaannya yang sempat dilupakannya tadi karena sibuk melahap setiap lekuk otot yang terhidang dihadapannya.
"Menurut lo?" suara Elan kental dengan kekesalan, "Celana gue basah kena kencing karena tingkah konyol lo. Gue mau numpang mandi sekalian di sini."
Abigail mengeluarkan cengiran menggodanya, "Jangan lupa lo pencet remotnya. Atau lo mau kasih gue tontonan sambil panasin makanan?" cewek itu menaik-turunkan alisnya dengan menyebalkan dan dihadiahi Elan lemparan bantal yang diraup dengan cepat dari ranjang Abigail. Tepat mengenai wajah Abigail yang asyik tertawa terbahak-bahak.
24/12/21
BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)
KAMU SEDANG MEMBACA
Every Nook And Cranny [FIN]
Чиклит[PART LENGKAP] May contain some mature convos and scenes Bagi Abigail Williams, El adalah tempatnya berkeluh kesah setelah diputus oleh para mantan pacarnya yang kurang ajar. Tempatnya meminjam kaos, sweater serta hoodie yang nyaman tanpa perlu di...