15

101 6 0
                                    

"Tumben lu pagi-pagi dah dateng," kata Rion. Rion memang selalu datang sangat pagi ke sekolah, untuk bermain game dengan wifi sekolah.

"Abis diceramahin sama kak Harry, dia juga minta bukti kalo gue udah di sekolah. Ribet bener njrit tuh kakak kelas satu," Aurora mengeluarkan unek-uneknya.

"Anak mos udah pada datang?" Mereka berada di ruang osis, siswa dan siswi yang bukan anggota osis  sedang diliburkan dan otomatis setiap kelas dikunci.

"Hmm, belom kayaknya. Lu tunggu depan gerbang aja." Saran Rion.

"Iya juga sih, yaudah gue ke depan." Pamit Aurora.

"Yoai, tiati." Lalu Rion bermain game mobile di handphonenya.

"Araaaaaa, tumben udah dateng?" Tanya Carla ceria. Ia memeluk Aurora sekilas.

"Tumben bener udah dateng, sayang." Lanjut Lion, mereka berangkat bersama.

"Lu panggil gue sayang sekali lagi, beneran gue tendang masa depan lu." Ancam Aurora dengan serius.

"Iya ampun Ra, bercanda doang gua." Katanya. "Tas kamu sini sayang aku bawain ke ruang osis, kamu pasti mau sama Ara kan?" Carla mengangguk dan menyerahkan tasnya.

"Di ruang osis ada siapa aje?" Tanya Lion.

"Baru si onion doang," jawab Aurora.

"Rion maksud lu?" Lion memastikan.

"Hm."

"Wokey," Lion memarkirkan motornya dan berjalan ke ruang osis.

"Ara udah sarapan?" Tanya Carla.

"Udah Car, lu?"

"Belom sih," jawabnya sambil menggaruk belakang lehernya.

"Kebiasaan," balas Aurora. Mereka mengobrol dan berfoto ria, setelah kurang lebih dua menit anggota osis yang lain mulai datang.

"Haniiii, udah sembuh?" Tanya Carla, ia memeluk Hani.

"Ya gitu, mendingan lah hehe." Jawab Hani.

"Kalo masih kurang sehat, istirahat aja di ruang osis sama Nopal. Biar gue urus yang lain."

"Waduh ada gerangan apa nih? Tumben banget ketua kelas pagi-pagi udah di depan gerbang." Seru Nopal, ia baru saja datang.

"Di pantau gue sama kak Harry mana semalem diceramahin sama dia, katanya ada yang bilang gue kemaren nyantai-nyantai dan gak ngebantuin kalian sama sekali." Adunya.

Nopal mengangguk. "Tapi emang bener lu nyantai sih," kata Nopal.

"Woi, congor lu. Tapi gue bantuin ya, dari kak Harry dateng sampe selesai acara."

"Ye ye," balas Nopal. "Udah ah gua mau ke ruang osis, bye ketua kelas."

"Ajakin Hani tuh, dia masih kurang enak badan katanya."

"Hani, kenapa masuk kalo masih sakit hm?" Tanya Nopal lembut.

"Aku udah gapapa kok hehe," jawab Hani.

"Yaudah yuk kita ke ruangan osis," ajaknya. "Mau gua gendong gak?" Tawarnya.

"Gak perlu, Opal." Kemudian mereka berjalan ke ruang osis.

"Btw Ara, Ara tau siapa yang ngaduin Ara ke kak Harry?" Tanya Carla penasaran.

"Paling si Nia." Tebak Aurora. Ya siapa lagi jika bukan kakak kelas dengan make up tebal itu. Ia sama seperti Harry, masih suka datang ke sekolah untuk bermain.

"Oh iya juga ya," ingat Hani.

"Ara? Tumben udah dateng?"

"Lho, lu juga baru dateng Ri? Kirain gue lu udah dateng tadi." Aurora balik bertanya.

"Belom hehe, biasalah."

"Alarm lu rusak lagi?" Tebak Aurora. Fakhri mengangguk sambil tersenyum.

"Yaudah gua ke ruang osis dulu ya, naro tas. Sekalian ngambil absen peserta mos, pasti gak Ara ambil kan?"

Aurora mengangguk sebagai respon. "Lupa gue, sorry ya Fakhri."

"Santai," balasnya sambil berjalan.

Lalu para siswa dan siswi tahun ajaran baru pun mulai berdatangan.

"Name tag mana? Kenapa gak di pake?" Tanya Aurora tajam.

"A-ada di dalem tas kak," jawabnya gugup.

"Yaudah pake, sekarang." Siswi tersebut mengeluarkan name tag yang berupa kardus besar dengan namanya.

Aurora tersenyum senang. Betapa lucunya para murid tahun ajaran baru akan mengenakan name tag berupa kardus besar.

"Tunggu sebentar disini, absen." Pinta Aurora. Beberapa menit kemudian Fakhri datang dengan lembar absensi di tangannya.

"Ara, bisa bantuin gua gak? Gua mau beresin aula buat tempat acara nanti." Pinta Fakhri sambil menyerahkan lembar absen beserta pulpen.

Aurora mengambil lembaran dan pulpen tersebut. "Emang yang lain pada kemana?"

"Sibuk nyiapin hal lain. Cuman ada si Lion doang yang bantuin, waktunya udah mepet." Jawab Fakhri.

"Aku aja aku, ada Ion kan?" Carla berseru semangat.

Ah, padahal Fakhri ingin agar Aurora yang membantu mereka.

"Oh iya, yaudah sama Carla aja. Gue disini aja, mau mantau peserta mos." Ujar Aurora.

Fakhri tersenyum manis. "Yaudah, kalo gitu gua sama Carla ke aula ya." Pamitnya.

"Dadah Ara, hati-hati." Aurora mengangguk.

Ia melihat name tag siswi yang berada di depannya, siswi tersebut tengah menunduk.

"Queenza? Pretty name." Puji Aurora sambil menceklis lembar absensis.

Queenza langsung mendongak menatap Aurora sambil tersenyum senang. "Makasih banyak ka!" Ucapnya ceria.

Aurora tersenyum tipis. "Tunggu di lapangan dulu, ya." Kata Aurora.

"Iya kak," Queenza berjalan dan menunggu di lapangan, tidak terlalu panas karena cuaca cukup mendung.

•Older Me•

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang