STEP. 10

8 3 0
                                    

Mohon diingat. Alur cerita ini mengikuti budaya Korea.

- - -

Segala sesuatu yang ditutupi akan menjadi masalah di kemudian hari.

Tidak apa jika terluka karena kejujuran, daripada bahagia di atas kebohongan.

- - -

Ji Yoo dan Ji Hoon sampai di apartemen milik Ji Yoo. Sebuah apartemen yang tidak terlalu luas namun terdiri dari dua lantai, dengan kamar tidur yang berada di lantai dua. Warna dinding, perabotan dan juga tangga semuanya berwarna putih.

"Silakan masuk dan selamat datang!" sambut Ji Yoo, "Tempatnya memang enggak terlalu luas. Tapi yang penting tempatnya nyaman."

Tanpa berkata apa-apa Ji Hoon melihat ke sekeliling ruangan.

"Kenapa? Apa apartemennya enggak cocok sama aku?" tanya Ji Yoo karena Ji Hoon hanya terdiam.

"Enggak, bukan itu. Aku cuman enggak menyangka saja kalau kamu sudah beli apartemen sendiri. Sejak kapan?"

"Mmm... kalau enggak salah sekitar bulan lalu. Tapi baru sekarang aku ke sini lagi setelah beli apartemen ini."

"Jadi... kamu benar-benar mau tinggal di sini untuk seterusnya?"

Ji Yoo menganggukkan kepala.

"Apa terjadi sesuatu di rumah kamu?"

Awalnya Ji Yoo ragu untuk menceritakannya, ditambah dia tidak ingin mengingat kembali kejadian yang tidak menyenangkan itu.

"Mmm... gimana kalau kita duduk dulu?" ajak Ji Yoo.

Ji Yoo dan Ji Hoon pun duduk di sofa.

Dengan hanya menatap wajah Ji Yoo, Ji Hoon menunggu Ji Yoo untuk memulai ceritanya.

"Hahh... aku harus mulai dari mana ya? Intinya, ayah merendahkan pekerjaanku lagi. Dan rasanya tinggal di rumah cuman membuat aku makin frustrasi. Karena itu aku memutuskan untuk pindah di sini."

"Apa keluarga kamu tahu kalau kamu pindah ke sini?"

Ji Yoo menggelengkan kepala.

Melihat jawaban Ji Yoo membuat Ji Hoon menghela nafas dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

"Aku tahu, aku salah karena sudah kabur dari rumah. Tapi aku benar-benar sudah enggak tahan. Kalau aku tetap tinggal di rumah rasanya aku bakal meledak. Aku juga enggak ingin bertengkar lagi dengan ayah, karena itu aku memutuskan keluar dari rumah untuk menjernihkan pikiran. Baru setelah itu aku akan bicara dengan ayah."

Ji Yoo memperhatikan wajah Ji Hoon yang masih terlihat khawatir dengan keputusannya untuk kabur dari rumah.

"Kamu enggak marah sama aku kan? Hmmm?" ucap Ji Yoo dengan wajah memelas.

"Aku enggak marah. Aku cuman khawatir keadaannya akan makin rumit, kalau keluarga kamu tahu diam-diam kamu kabur dari rumah."

"Iyaa... rencananya besok pagi aku mau kasih tahu ibu kok."

Ji Yoo memeriksa tas untuk mengambil ponselnya, namun ternyata tidak ada.

"Oh? Ponselku?"

"Kenapa? Enggak ada?"

"Iya, kayaknya ketinggalan."

"Ketinggalan di mana? Di rumah?"

"Bukan, kayaknya di-" Ji Yoo berhenti bicara saat dia sadar kata-katanya itu akan menyebabkan kesalahpahaman.

Gawat! Pasti ketinggalan di mobil seonbae! Seru Ji Yoo dalam hati.

"Bukan ketinggalan di rumah kamu? Terus di mana?"

Back to Yoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang