14 | Si bisu dan si bodoh

2.5K 504 50
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asal bersamamu, pasti semua akan terasa lebih mudah, bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asal bersamamu, pasti semua akan terasa lebih mudah, bukan?

_________

Perjuangan Sembagi untuk membuat Sansekerta mau mengajarinya, membuahkan hasil.

Terus terang, Sembagi bukan tipe gadis manis dan kalem. Mulutnya sering mengeluarkan kata-kata pedas pada orang lain. Sembagi juga jarang mengumbar senyum, meskipun harus, senyumnya benar-benar tidak tulus sama sekali.

Akan tetapi, entah kenapa, setiap berhadapan dengan Sansekerta, Sembagi ingin menarik perhatian lelaki itu dengan sikap manis dan juga senyumannya.

Sansekerta memang dijauhi orang-orang karena kekurangannya, padahal lelaki itu juga punya kelebihan. Pintar dalam pelajaran dan jago memasak. Kelebihan yang sama sekali tidak Sembagi miliki.

"Beneran lo mau ngajarin gue?" Sembagi menatap Sansekerta dengan mata berbinar kala laki-laki itu mengangguk mengiyakan permintaannya. "Makasih, Ata. Gue beruntung diajarin sama murid terpintar di sekolah ini."

Ucapan tulus Sembagi tak ayal membuat sebuah senyuman terukir di wajah Sansekerta. Lelaki itu sedikit tersentuh karena baru pertama kali ini ada yang memujinya pintar selain Lestari.

"Sekarang lo bantuin gue ngerjain soalnya, ya," pinta Sembagi yang sudah bersiap dengan buku dan pensil seraya menggeser kursinya lebih dekat pada Sansekerta.

"Oke, kita mulai," ujar Sembagi bersemangat lalu mulai membaca soal pertama. "Nyatakan dalam bentuk yang sederhana. 3⁴ x 3⁵."

Tangan Sembagi dengan lincah menari di atas kertas. Tak sampai 10 detik, Sembagi menunjukan jawaban yang menurutnya benar pada Sansekerta.

"Bener, kan? Gampang ini mah," ucap Sembagi tersenyum sombong, namun senyum itu langsung luntur begitu Sansekerta menggeleng. "Salah?"

Buku digeser kembali ke hadapan Sembagi. Menggunakan pensilnya sendiri, Sansekerta menunjuk tulisan guna mengoreksi jawaban gadis itu.

Pangkatnya bukan dikali, tapi ditambah.

Begitu Sansekerta memberi arahan pada Sembagi. Takutnya jika dia hanya menunjuk-nunjuk saja nanti Sembagi tidak paham.

Bahasa Sansekerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang