Chapter 24: Mengejar Bayanganmu

712 133 159
                                    

Dengarlah lagu paling sad menurut kalian><

****

Hari itu bumi begitu gelap, seolah cahaya menolak masuk. Begitu suram, terlalu bernoda; terlalu kotor, penuh oleh dosa. Areithm di langit meremas kuat kepalannya sebelum melemparkan lux inti semesta ke dataran. Ia putus asa, tak ada yang lebih buruk dibanding keadaan sekarang ini.

Penerusnya benar-benar pergi, tak menyisakan emas gemma sedikit pun untuk dihidupkan kembali. Bentuknya bukan lagi terbelah seperti seratus tahun lalu. Itu benar-benar pecah, hingga tak ada kesempatan lagi untuk memperbaikinya.

Dan untuk pertama kalinya ia menangis--tersedu-sedu. Biasanya saat Areithm yang baru naik tahta. Ia menyerahkan kesuciannya untuk penciptaan Prime yang baru. Kini, napas Prime terlanjur berhenti sebelum pengorbanan, tak akan ada lagi penerus Areithm, tak ada lagi Prime.

Cahaya emas pada Lux sudah mati.

***

Wang Yibo merengkuh tubuh Xiao Zhan yang mulai mendingin. Terus menerus menyumbangkan hangat, berharap sesuatu yang ia rengkuh ikut menghangat, namun tak ada lagi cara. Ia tahu tindakannya tak lebih dari sia-sia. Tapi ia tak bisa menahan hatinya untuk terus berharap.

Ia hanya mampu menunggu kedatangan Areithm, untuk membantu Prime bereinkarnasi kembali. Tapi mengapa sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangannya?

“Zhan ...” lirih Yibo ketika ia mengusap lembut nan dingin pipi pemuda pujaannya. “Sebenarnya aku benci ... aku marah pada takdir yang kau jalani. Mengapa seseorang sepertimu perlu mengalami ketidakadilan ini berulang kali? Kau pantas mendapat bahagiamu. Aku takut ....”

Yibo menahan sejenak suaranya untuk berganti meremas jemari yang begitu pas berada di tangannya. Sekalian berharap, sekiranya kapan mereka bisa berpegangan tangan tanpa perlu memikirkan banyak hal seputar pengorbanan, luka, dan perang. Ia ingin moment itu datang secepatnya--karena mungkin ia tak sanggup lagi melihat Xiao Zhan terus mengorbankan dirinya seperti ini.

“Zhan ...” Tangis itu tiba-tiba datang tanpa bisa ditahan. Wang Yibo mengusap kasar sudut matanya yang kesulitan untuk kering. “Aku takut hiks .... Aku takut yang dikatakan Areithm adalah nyata. Akan datang hari saat kau tidak bisa bereinkarnasi lagi. Aku takut itu terjadi. Kumohon ... jangan sampai kabulkan ketakutanku. Aku tidak ingin hidup lagi jika itu terjadi,” lanjutnya parau.

“Aku tidak akan mau jika kau tidak ada! Aku ingin kau!” tegasnya terbawa emosi--tanpa sadar telah mempertontonkan sifat egois, dominasi, beserta kelemahannya sendiri.

Yibo menggertakkan giginya sebelum menenggelamkan kepalanya di dada yang tak berdetak lagi, “Aku kehilangan napas ketika kau tidak ada. Aku bertahan karena harapan kau akan dibangkitkan kembali. Jadi aku mohon, kali ini, kembalilah untukku. Bukankah kau telah berjanji?” desaknya penuh rasa putus asa.

“Benar!” Yibo tiba-tiba bangkit, memandang geram sekaligus sesal pada seseorang yang kini berada di dalam pelukannya. “Benar, bukankah kita sudah berjanji untuk berjuang bersama?! Kau berjanji akan membagi semuanya padaku?! Jangan bilang kau lupa?! Kenapa kau begitu jahat dan berpaling dari janjimu?!! Sekali lagi, kau malah menanggungnya sendiri?! Lihat aku dan buka matamu, Zhan! Kau tidak boleh begini! Bagaimana denganku?! Bagaimana aku menghadapi semuanya sendiri setelah ini?” isaknya.

Seluruh rasa sakit dan kemuraman yang dirasakan Yibo mengudara, membuat keempat orang lain yang menyaksikan mereka dari balik jendela, ikut merasakan kesakitannya.

The Fallen Guardian (Yizhan) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang