#1. [Gagal dalam misi?]

37 9 0
                                    

Jika memang melepaskanbukan jawabannya,Lantas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika memang melepaskan
bukan jawabannya,
Lantas...
Apa kuncinya?
Apa harus bersedia menahan rasa sakit lantaran di tusuk batinnya?
Atau diam saja bak patung tanpa nyawa?

Sungguh, menangis adalah hal menyenangkan saat terluka tanpa satu orangpun tahu kalau kamu tengah tidak baik-baik saja.

>>>

"Tidak ada yang lebih berharga selain nyawa, tapi jikapun nanti berakhir mati, setidaknya yang terakhir kita lihat adalah keberhasilan dalam misi."

_Kapten_

April, 2021_-Yogyakarta

Mata lebar nan indah itupun menatap halaman luas depan rumahnya tanpa berkedip, paginya tak lagi cerah semenjak hari dimana dia mengambil keputusan yang sejujurnya menyakiti dirinya sendiri. Tak ada air mata disana, hanya wajah yang terlihat bersinar lantaran matahari juga membantunya agar terlihat meski tak ingin dilihat.

"Tidak pantas kalau kamu masih memikirkan dia!" ketus seseorang menyentak Faiha.

"Dia juga memilih pergi dengan wanita itu, kan?" lanjutnya sambil mengambil bangku kecil dan berdampingan dengan adik malangnya.

Faiha menghembuskan napasnya, mata lebarnya terpejam sebentar, bulu mata yang tak begitu lentik itupun mulai bergerak kesana-kemari, lalu menatap satu wajah yang sekarang menghadap lurus ke depan.

"Mau aku bela dia sebanyak ribuan kali, kalian tetap benci dengannya." balas Faiha pelan tapi membuat sang kakak menatap adiknya cukup geram.

"Dia memang pantas di benci, bagaimana bisa seorang pria yang sudah ingin menikahi adkku, malah menghamili temannya sendiri, apa itu masuk akal? Sangat di luar nalar lebih tepatnya, bahkan semua rekannya pun ikut menyaksikan mereka keluar dari hotel. Kamu juga tahu video itu, kan?" kesal wanita itu dengan napas tersengal.

Faiha lagi dan lagi hanya bisa diam, menahan perih di hatinya yang juga lagi dan lagi kembali mengingat satu fakta menyakitkan tentang pria pujaannya, pria yang dulu sangat ia percaya akan kesetiaannya, tapi sekarang malah berkhianat.

"Padahal kamu sudah melihat dan mendengarnya sendiri di rumahnya saat wanita itu mengakui kehamilannya di depan Ibunya pria itu, tepat setelah dia memberikanmu janji?" kesal sang kakak melanjutkan bicaranya.

"Bukankah karena itu juga dari Jawa Timur bulan September tahun lalu, kamu langsung pergi ke rumah Nenek? dan karena itulah Ayah mencari tahu semuanya."

Faiha memejamkan matanya begitu rapat, sudah cukup lama dia menahan air matanya agar tak lagi jatuh untuk masalah seperti ini, dan sejauh ini dengan cara ini dia berhasil membentengi dirinya sendiri.

"Bukankah dia bertugas sekarang, pasti saat dia kembali nanti bakal bertemu dengan anaknya yang sudah lahir." ujar Sang Kakak sarkas sebelum beranjak pergi.

Dzikir Sendu Sang Perindu ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang