"A ... apa?" tanya Embun gugup pasalnya saat ini Alaska menatap Embun dengan intens dengan wajah begitu dekat.
Embun bertambah gugup tatkala Alaska semakin mendekatkan wajah mereka berdua. Embun yang malu pun langsung menutup matanya.
"Syaratnya yaitu, setiap makan siang, aku mau kamu membawakan aku makanan di kantor," bisik Alaska yang ternyata sengaja mendekat untuk membuat Embun semakin gugup.
"Ba ... baiklah, aku setuju. Lagi pula setiap hari aku selalu bosan dirumah sebesar ini tanpa melakukan aktivitas lainnya," ujar Embun masih saja gugup karena Alaska belum juga melepaskan pelukannya.
"Tidak mempunyai aktivitas lain? Kita bisa buat, kalau kamu mau."
"Al."
"Baiklah, baiklah. Nanti aku tunggu besok di kantor," ujar Alaska sambil melepaskan pelukannya.
"Huft, akhirnya," batin Embun yang sudah dapat bernafas lega. Embun pun kembali memasak masakannya.
"Sayang," panggil Alaska.
Embun lantas berbalik kembali menghadap Alaska. Cup, Embun terbelalak kaget saat mendapat c*uman tiba-tiba dari Alaska.
"Ini adalah bonus dariku," ujar Alaska.
Alaska pun berbalik untuk duduk di meja makan, sambil menunggu makanan yang Embun masak selesai. Sedangkan Embun, diam terpaku akibat tindakan Alaska yang tidak disangkanya.
"Sayang, nanti masakannya gosong," tegur Alaska.
Embun tersadar dan langsung berbalik melihat masakannya. Saat sudah membelakangi Alaska, Embun memegang pipinya yang sudah memerah seperti tomat.
Jujur saja, c*uman itu adalah c*uman pertamanya. Walaupun pernah hidup di negeri orang, tapi Embun tau batasannya saat berteman. Bahkan pengangan tangan dengan lawan jenis pun tidak pernah kecuali pada Ayahnya.
"Sayang ada apa?" tanya Alaska yang melihat Embun masih terdiam.
"Ti ... tidak apa-apa. Masakanku tidak lama lagi matang," ujar Embun.
Sambil menunggu masakannya matang, Embun juga menata makannya yang lain diatas meja. Piring, sendok dan garpu pun telah tertata rapi diatas meja.
Embun yang sibuk menata semunya, membuat Alaska betah untuk menatap semua gerakannya. Entahlah, apa yang terjadi dengan Alaska. Alaska seperti merasa bahwa Embun memiliki magnet yang terus membuat dirinya ikut tertarik untuk melihatnya.
"Sayang," panggil Alaska.
"Hem,"
"Loh kok jawabannya gitu?"
"Iya, ada apa?" tanyanya yang juga melihat Alaska.
"Kamu punya magnet diri kamu ya?" tanya Alaska yang mulai melancarkan aksi gombalannya.
"Magnet? Ngga lah, Kamu ada-ada saja," sanggah Embun.
"Tapi kenapa ya, mataku ini ingin selalu memandangmu," gombal Alaska.
Bluss, pipi Embun yang tadinya berwarna kuning langsat, warna kulitnya, kini pipinya kembali memerah seperti tomat gara-gara Alaska.
"Kamu ada-ada saja, udah lah."
Setelah masakan matang, mereka pun makan malam bersama. Begitulah setiap mereka makan malam. Namun, baru kali ini Alaska dengan berani, memeluk, mencium bahkan menggombal dirinya. Entahlah apa yang merasuki Alaska hari ini.
Sesaat mereka sudah selesai makan, pintu bel rumah mereka berbunyi menandakan kalau ada orang yang hendak bertamu dirumah mereka.
"Aku bukain pintu dulu, ya," ujar Embun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Istri Pengganti
Roman d'amourEmbun menjadi istri pengganti demi menyelamatkan martabat keluarga dari rasa malu yang dibuat oleh kakak yang kabur entah kemana. Kakak Embun berulah lagi, Lalu kenapa jadi Embun yang harus menggantikannya?