Love • 5

1K 164 0
                                    

🌵

Bibi Choi sedang sibuk di dapur saat bel rumah berbunyi nyaring. Ia membuka pintu rumah dan begitu terkejut saat melihat siapa yang datang bertamu pagi ini. Irene kembali dengan senyum cerahnya setelah sekian lama dan langsung disambut dengan pelukan hangat oleh Bibi Choi. Hubungan mereka sudah seperti ibu dan anak. Bibi Choi terlihat sangat gembira. Ia terus mengucap syukur dengan mata yang berair.

“Aku hanya ingin mengembalikan ini Bibi Choi.” Irene menunjuk bungkusan yang ia taruh di atas meja. “Dan mengambil beberapa pakaianku.” tambahnya yang membuat Bibi Choi bingung dan cemas.

“Apa Nona akan pergi lagi? Tapi kenapa? Ini rumahmu, Nona.” ucap Bibi Choi. “Rumah ini sudah seperti rumah hantu selama kau pergi. Tuan muda Kang—”

“Dia sudah pergi kekantor ‘kan? Aku akan ke kamar sekarang.” potong Irene mengalihkan pembicaraan. Ia bangkit dari sofa dan mengernyit bingung saat Bibi Choi menjawab dengan gelengan kepala.

“Tuan muda Kang ada dikamar, dia sakit.” jawabnya. Irene menelan ludah. Ia tidak mengerti kenapa tiba-tiba menjadi gugup. “Ini sudah hampir tiga hari, tapi dia tidak mau ke rumah sakit.”

Irene melihat Seulgi yang tidur dengan gelisah di dalam selimut tebalnya. Ditangan kiri Seulgi terdapat infusan. Ia menatap kasihan tapi tidak tau harus bagaimana. Ia tidak mau Seulgi sampai bangun dan melihatnya ada disini. Melihat Seulgi bukan tujuan utamanya kembali ke rumah sekarang. Benar ‘kan? Namun detik kemudian, perasaan kembali mengalahkan logikanya, seperti biasa. Irene duduk di samping Seulgi dengan perlahan.

“Oh Tuhan! Badannya panas sekali.” Irene khawatir. “Dia benar-benar sakit.” demam Seulgi cukup tinggi, tapi kata Bibi Choi, Seulgi baru saja minum obat. Mungkin obat itu belum sepenuhnya bereaksi.

“J-jangan pergi—” gumam Seulgi serak. Ia bisa merasakan sentuhan lembut dilehernya. Irene tertegun, perlahan menarik tangannya. Memastikan telinganya tidak salah dengar. Ia memperhatikan gerak bibir Seulgi. “Jangan pergi, aku mohon—”

“A-aku disini...” Irene tersenyum kecil. Hatinya berbunga-bunga. Irene mendekat, mengusap anak rambut Seulgi. Berdoa dalam hati untuk kesembuhan pria yang ia sayangi ini. Ia sangat merindukan Seulgi. Suaranya, senyumnya. Semua tentang diri suaminya. “Aku tidak akan pergi. Aku janji.” ucapnya seakan Seulgi mendengarkan. Irene menunduk mengecup kening Seulgi yang panas.

“Jisoo...” nama itu membuat senyum Irene perlahan menghilang. Tubuhnya membeku. Dadanya sesak, lagi dan lagi. Ia menatap lekat wajah Seulgi dengan mata yang mulai nanar. Bodoh. Tentu saja Jisoo. Bagaimana ia masih bisa berharap pada Seulgi setelah apa yang terjadi dan sekarang?

Irene bangkit dari tempatnya. Tidak tahan. Dan ia tidak sengaja melihat foto Jisoo yang tergeletak dimeja nakas. Sementara disampingnya hanya terdapat bingkai foto tanpa foto dirinya. Seulgi membuangnya? Ia tersenyum pahit. Jelas Seulgi tidak membutuhkannya. Pria ini bahkan tidak mengkhawatirkan dirinya saat tidak ada di rumah? Benar. Jisoo tidak akan pernah tergantikan di hati dan hidup Seulgi. Irene bukanlah siapa-siapa. Status pernikahan mereka hanya di atas kertas.

“Kau sangat beruntung Jisoo...” Irene sangat iri. Bagaimana rasanya bisa dicintai dengan sepenuh hati oleh Kang Seulgi? Ia menunduk, melihat cincin pernikahan mereka di jarinya. Benda mahal ini menjadi sangat tidak berharga. Miris. Irene kalah dengan seseorang yang sudah tidak ada lagi di dunia.

“Dasar pria tidak punya hati! Kenapa kau tidak bisa melihatku sekali saja?” rajuknya. Ia kemudian menghela nafas berat, mencoba menahan tangisnya lagi. “Berhentilah menangis. Kau bukan wanita cengeng.” Irene mengusap kasar pipinya yang sudah basah. Sudah cukup semua air mata yang ia keluarkan untuk Seulgi. Kembali ke rumah adalah hal yang sia-sia. Sekarang Irene memutuskan untuk benar-benar pergi setelah mengambil beberapa pakaiannya.

Seulgi mencoba membuka matanya yang berat saat mendengar langkah yang terburu-buru. Ia masih setengah sadar, ia bisa mendengar dan merasakan, walau efek obat yang diminumnya sangat kuat. Tatapannya tidak fokus tapi ia masih bisa melihat bayangan seseorang yang feminin di kamarnya. Dan kemudian terdengar pintu kamar tertutup.

“Irene...”

... bersambung

Love tip & other stories at
karyakarsa.com/authorka
Thanks 🤓

๑ LOVE BACK ๑ end ๑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang