45 - F the Chats

902 119 9
                                    

Bodoh.

Aku tidak berhenti merutuki diri sendiri, karena tidak bisa jatuh cinta pada orang yang jelas-jelas tulus padaku. Lagi pula, aku tidak percaya kalau perasaan itu ada--sebelum aku mengenal Alby. Semuanya tentu akan sangat mudah, aku akan bahagia-kata mereka.

Aku tiba di apartemen pukul sepuluh lewat, nyaris setengah sebelas. Sudah tidak terdengar lagi aktivitas dari para penghuninya. Tentu, orang-orang akan memilih menikmati tidur nyenyak mereka daripada menunggu seseorang yang bahkan lebih peduli pada orang lain--itu sindiran keras untukku.

Sambil menyeret koper, aku membiarkan sepatu hak yang kukenakan menggema di lorong lantai sembilan. Aku bahkan rela memakai yang setinggi sepuluh senti demi menyempurnakan penampilanku di acara Hyunjoo. Sayangnya, aku tidak bisa berada di sana sampai acara berakhir karena harus mengikuti Alby. Di depan banyak orang, aku masih berusaha berperan sebagai kekasih untuknya, tetapi apa yang kudapat?

Akhirnya kuputuskan untuk mengambil semua barang-barangku di penthouse Alby dan pulang. Aku rindu apartemenku yang sempit dan berantakan. Walau tidak mewah dan penuh dengan furnitur lama, tetapi tidak ada tempat ternyaman selain rumah sendiri. Aku baru sadar sangat merindukan pulang ketika mengemas barang-barangku ke koper.

Aku sudah mengangkat tangan, ingin mengetuk pintu, tetapi pintu di hadapanku sudah terbuka lebar lebih dulu sampai Nate muncul dari baliknya.

"Oh, kau pulang?"

Aku memperhatikan penampilan Nate yang lumayan rapi. "Mau ke mana?" Aku balas bertanya dan sengaja tidak menjawab pertanyaannya dulu. Sengaja menghindar untuk menjawabnya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menceritakan tentang Alby dan aku lebih membutuhkan istirahat daripada pelukan rasa kasihan.

"Karena kukira kau masih di tempat Alby, aku berencana akan menginap di rumah temanku dan bermain game. Lihat." Dia menunjukkan ransel berisi penuh yang menggantung di sebelah bahunya.

"Oh, baiklah. Hati-hati dan jangan repotkan orang lain di sana." Dan aku tidak punya alasan untuk melarangnya pergi meski aku perlu teman malam ini.

"Sepertinya aku batal pergi." Nate masuk lagi dan melemparkan tasnya ke sofa lumayan keras dan suaranya bisa kudengar di sini. Aku sampai meringis membayangkan nasib laptopnya andai itu ada di sana. Namun, jelas bukan itu yang penting saat ini.

"Kenapa?" Aku mengikutinya masuk dan tidak lupa menutup pintu. Bedanya, aku melempar diriku sendiri ke sofa, tepat di sebelah tas Nate. Kakiku sudah cukup tersiksa dan rasanya sudah tidak sanggup lagi untuk dipakai menopang tubuhku.

Tentang Nate, dia tidak pernah membatalkan rencananya jika sudah siap untuk pergi. Pengalaman yang pernah terjadi, dia bahkan tetap pergi meski saat itu aku sedang demam dan terlalu lemas melakukan apa-apa.

"Kau pulang selarut ini, dengan pakaian yang bagus, jelas terjadi sesuatu di sana."

Ah, dia terlalu memperhatikan.

"Semuanya baik-baik saja, acara pertunangan Hyunjoo dan Dave berlangsung tanpa kendala. Tapi tamunya yang berulah." Percayalah, aku tidak bisa menahan rasa kesalku saat ini. Bahkan, sepatu hak yang kubeli di pasar murah pun kulempar begitu terlepas.

"Hanya Alby yang bisa membuatmu sekesal itu. Atau Jeff? Tunggu, apa dia juga di sana?" Alis Nate nyaris bertaut, menunjukkan betapa penasarannya dia pada cerita lengkap dari kejadian malam ini.

"Sulit dipercaya, tapi Jeff tidak membuatku kesal malam ini." Aku akan terus mengingat tragedi pemecatan tidak berdasar itu ketika rasa bersalah mulai menghampiriku. "Alby tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya pada Claudia. Aku terjebak bersama Jeff dan aku tahu kalau dia masih mencintaiku."

Heart to Break [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang