Jieun sama sekali tak bisa menebak apa yang di pikirkan putrinya. Ia pikir selama ini ia telah memahami putrinya secara keseluruhan. Tapi ternyata jieun salah.
Semua tindakan jiena sangat berlainan dengan perkataannya. Setiap hari bahkan setiap saat, jiena selalu menanyai kabar Jungkook seolah khawatir dengan keadaan sang ayah.. Tapi secara bersamaan jiena selalu menolak untuk menemui Jungkook seolah ia memang tak peduli keadaan Jungkook seperti sebelumnya.
"Eomma bagaimana keadaan appa?" Jiena baru saja berniat berbalik begitu mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia sangat yakin, jika yang membuka pintu kamarnya adalah ibunya. Tapi dugaannya salah. Itu adalah saudaranya, jeon jiehoo...
"Kenapa kemari?" Jiena menurunkan nada bicaranya, tak berniat untuk menatap lebih lama saudaranya
"---sudah kubilang jangan masuk sembarangan ke kamarku bukan?kau tidak tau etika ternyata" lanjut jiena dengan nada yang begitu sarkas
Jiehoo yang masih berada di ambang pintu meremat baju yang di kenakan nya. Padahal ini adalah pertama kali mereka bertemu setelah seminggu berlalu. Tapi ternyata, ia mendapat penolakan dengan jelas dari jiena
"Jie-jiena, appa akan pulang hari ini. Kau ingin ikut menjemputnya?" Tangan jiena berhenti menuliskan sesuatu di atas kertas. Terlahir kali kabar yang jiena dapat mengenai sang ayah adalah kondisinya yang masih belum membaik. Tapi secepat itukah ayahnya sudah di perbolehkan untuk pulang?
"Secepat itu? Kau yakin ini bukan caramu untuk membujukku menemui ayahmu?" Bukan menuduh jiehoo, jiena hanya sedikit tak percaya setelah apa yang terjadi
Jiehoo menggeleng cepat, mendekatkan tubuhnya pada jiena meski dengan memberikan jarak
"Aniaa, appa benar benar akan pulang hari ini. Ini semua karena mu jiena, kau mendonorkan darahmu untuk appa jadi appa bisa lebih cepat untuk pulih"
Mendonorkan? Jiena ingin tertawa saat ini juga.
"Apa maksudmu?aku tak melakukan apapun untuk ayahmu" jiena berbalik menatap jiehoo yang sepenuhnya tak mengerti dengan ucapan jiena
"Lalu? bukankah kau mendonorkan darahmu untuk appa?"
"Aku tak melakukannya. Paman yang melakukan nya."
Jiena kembali membalikan badannya. Ia tak menyangka, saudaranya akan sebodoh ini. Ia mana mungkin bisa mendonorkan darahnya untuk ayahnya
"--kau mengkhawatirkan hal sepele seperti ini. Kau seharusnya bertanya pada eomma atau paman bukan memendamnya sendiri" jiena merasa aneh karena tak mendekat jawaban apapun dari jiehoo. Tapi begitu akan berbalik, jiehoo tiba tiba saja berlari ke arahnya merangkul pundaknya dan mengarahkan ponsel yang di pegangnya ke arah wajah jiena
"Ya, jeon jiehoo....."
"Jiena bersamaku appa. Appa sangat ingin melihatnya bukan?" Jiena baru saja ponsel yang di pegang jiehoo sedang dalam panggilan Vidio dengan sang ayah. Dengan jarak seperti ini, jiena bisa melihat keadaan sang ayah yang sedang tersenyum menatap ke arahnya
"Eohh, jiena-ahh. Ini appa" Jungkook melambaikan tangannya pada putrinya. Penampilan ayahnya jauh lebih baik dari yang terakhir kali jiena lihat. Tak bisa di pungkiri, jiena juga ikut senang melihat kondisi ayahnya yang mulai membaik
"Paman sudah membaik?"ada rasa sakit saat mendengar jiena masih memanggilnya dengan sebutan paman. Tapi apa yang bisa Jungkook lakukan, ia tak mungkin meminta jiena memanggilnya ayah seperti yang seharusnya
"Appa sudah sehat sayang. Hanya perlu beberapa hari istirahat di rumah"
"Aku senang mendengarnya paman" jiena menjauhkan wajahnya dari layar ponsel jiehoo. Perasaannya tiba tiba Terasa emosional. Seperti sebuah rindu yang tertahan, jiena sangat ingin menemui ayahnya saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me? [Jeon Jungkook - Lee Jieun ]
FanfictionHarta adalah segalanya bukan?maka Jungkook akan mendapatkan segalanya dan mempertahankannya dengan cara apapun Memiliki anak tanpa sebuah status pernikahan. Tentu saja mencari wanita yang bisa ia pinjami rahimnya tak bisa ia dapatkan dengan mudah Ta...