MOTTA || HI FATIH!

1K 80 13
                                    

hii

jangan lupa vote dan komennya ya

happy reading

______

      Seorang gadis berdiri di ambang pintu sebuah ruangan bernuansa gelap. Pritta menyandarkan tubuhnya pada pintu dengan tangan yang melipat diatas dada. Dia memperhatikan gerak-gerik Abangnya yang terfokus pada benda pipih di genggamannya.

      Sebelum gadis itu melangkah. Ia menghembuskan nafasnya panjang. Bernada kecil memanggil nama Abangnya. Motta pun menoleh ke arah sumber suara.

      "Motta.."

      "Hm, ya kenapa?"

      Pritta tak langsung menjawab. Ia terus melangkah mendekat ke arah Motta. Duduk di tepi ranjang empuk milik laki-laki itu. Pritta menoleh, menatap lekat manik mata Motta.

      "Kenapa, hey?"

      Pritta menunduk, "you will do anything, right?"
      (Lo akan melakukan apapun, kan?)

      Ucapan Pritta yang terkesan menggantung membuat Motta mengerutkan keningnya, "maksud lo?"

      "Melakukan apa?" sambungnya bertanya.

      "Tentang penyakit Metta.. Gue denger pembicaraan Mami sama om Dave saat tadi di rumah Metta."

      "They say, kondisi Metta menurun sampai dia harus ngelakuin tranfusi darah tiga kali seminggu. Kondisi jantungnya juga semakin melemah."

      Pritta masih menunduk. Dia sedikit enggan untuk menatap mata Motta, "Metta punya tiga penyakit, Ta."

      Gadis itu mengangkat kepalanya. Matanya sudah berlinang air mata, "I don't know why gue bisa sesedih ini saat tau kondisi Metta menurun.."

      Tampak sekali Motta terkejut mendengar ucapan Pritta. Tubuhnya melemas, "tiga?.." tanyanya memastikan.

      Pritta mengangguk membenarkan, "gagal jantung, hemofilia, dan talasemia.."

      Pritta menarik nafasnya agar hidungnya yang sedikit tersumbat karena menangis menjadi lancar, "dua diantaranya sulit untuk disembuhkan.."

      "Bahkan nggak ada harapan untuk sembuh.." sambungnya.

      "Kenapa lo baru kasih tau gua tentang ini sekarang?"

      "Metta yang minta, Ta. Tadi pagi juga gue sedikit debat sama Metta tentang hal ini."

      "Metta nggak mau lo tau tentang penyakitnya," lanjut Pritta.

      "But why?"

      "I don't know. Maybe she's don't want you feel worries about her."
      (Gue nggak tau. Mungkin dia nggak mau lo merasa khawatir tentang dia)

      "Metta anaknya nggak bakalan mau nyusahin orang lain selagi dia sendiri masih bisa, Ta.. Dia aja nyembunyiin tentang penyakit jantungnya ke om Dave sama bang Zatta. Karena dia nggak mau buat mereka khawatir."

      Motta terdiam. Ia termenung dalam pikirannya, "mungkin Metta nganggap gua nggak sepenting itu dalam hidupnya. Tapi gua nganggap dia bener-bener berarti buat gua. And I know you know it."

      Pritta menggeleng, "justru dia kebalikannya. Dia sayang banget sama lo sampai dia nggak mau buat lo terluka, lo khawatir, lo sedih. Atau apapun yang menyangkut dia."

M O T T A [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang