"Jadi dia kenapa?" Chandra duduk di bangkunya, menyandarkan punggungnya pada tembok sedangkan matanya masih tertuju pada game yang sedang ia mainkan di ponselnya
"dia kenapa? Siapa?" Tanya Daniel, laki-laki itu juga sama saja, tangannya memegang ponselnya secara horizontal.
Ya, Chandra dan Daniel sedang bermain bersama, memainkan permainan online yang kerap kali mereka mainkan, sedangkan Sakha duduk di samping Daniel, merebahkan kepalanya di meja dengan mata terpejam sambil memakai headphone hitamnya itu. Sedangkan Gevanza duduk di depan Daniel, laki-laki itu sepertinya terlihat sangat sibuk sekali akhir-akhir ini. Sekarang saja ia sudah berkutat dengan leptopnya, menerima panggilan dari ini dan itu. Ya memang ikut dalam organisasi radio sekolah dan mading memang akan sesibuk ini, bagaimana tidak? Para ketua organisasi pasti akan mencari para anggota radio dan mading untuk menyampaikan informasi. Selanjutnya anggota tersebut akan melaporkannya padanya. Belum lagi harus berurusan dengan para penyelenggara acara seperti Osis, dan persetujuan petinggi sekolah.
"Ya cewe lu lah, siapa lagi"
"ohh gue kira siapa, Milly .. ga tau tadi gue jemput badannya agak anget, jadinya gue ga bolehin dia sekolah dulu. Awalnya dia ngotot mau dateng, karna sibuk ngurus MB, tapi gue tlfn om Andra supaya dia nurut buat istirahat dulu"
Sakha yang sedang merebahkan kepalanya di meja, sambil memejamkan mata tiba-tiba membuka kedua matanya. Gadis itu sakit ?
"kirain Manda ya?" Chandra terkekeh "trus gimana, ntar balik lu langsung ke rumahnya?"
"Elu mahh!" Daniel memukul pelan lengan Chandra "iya nanti beres sekolah, langsung kesana"
"Niel..., kalo gue boleh saran nih ya" Tiba-tiba laki-laki yang semula berkutat dengan laptop itu mulai bersuara "lo jangan aneh-aneh deh, jangan main api"
"Maksud lo?" Daniel mentautkan alisnya, tidak mengerti
"gausah pura-pura bego" celutuk laki-laki di sampingnya – Chandra. "ehhh ehh ehh anjirrr, kena gue. Ahh shit!" Chandra menjauhkan ponselnya, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Baru saja ia tertembak oleh musuh.
Chandra menaruh ponselnya, lalu mengambil ponsel milik Daniel "pinjem, gue dendem banget sama yang nembak gue barusan, mending lo dengerin kotbah" Chandra menunjuk Gevan dengan dagunya
"gue ga paham"
"Lo suka Amanda?" Tanya Gevanza to the point. Laki-laki itu memang tidak suka hal yang berbelit-belit. Tangannya masih terfokus dengan selembar kertas HVS yang di berikan oleh sekeraris osis kemarin, sepertinya laki-laki itu sedang merekap beberapa data yang akan di kumpulkan ke wakil kepala sekolah.
"gue, ya enggak lah" Daniel terkekeh "Masa gue suka sama dia?"
"Enggk, tapi akhir-akhir ini nempel mulu" Sindir Gevan membuat Chandra tertawa pelan. Sepertinya laki-laki itu tetap menyimak walaupun sedang mengejar musuhnya dalam permainan yang ia mainkan di ponsel Daniel.
"Jangan main api Niel, gue ngingetin lo karna lo sahabat gue" Lanjut Gevanza, kini ia sedikit menjauhnkan laptopnya, lalu beralih menatap Daniel dengan serius
"Dan lo perlu inget ya, sahabat gue gak cuma lo, Milly juga sahabat gue. Gue gak mau ya cuma karena hal ini persahabatan kita jadi berantakan" Dilihat dari caranya menatap Daniel, dan caranya berbicara, sepertinya laki-laki ini benar-benar serius membuat suasana menjadi sedikit tegang. Chandra perlahan mulai mengecilkan volume suara di ponsel Daniel.
"maksud lo ngomong kayak gini tuh apa?" Daniel mulai terpancing, intonasinya terdengar sedikit meninggi satu level dari biasanya. Sakha yang sedari tadi kepalanya ia rebahkan di meja kini mulai duduk, ia melepaskan headphonenya lalu menggantungkannya di lehernya sembari menatap kedua sahabatnya itu. Sedangkan Chandra kini benar-benar seratus persen sudah mematikan ponsel milik Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not the Princess
Teen FictionKatanya aku seperti putri, namun aku bukanlah tuan putri Aku rasa aku bukanlah seorang putri, tapi ternyata aku memanglah putrinya