63. Sembilu luka

105 7 0
                                    

"Sembilu luka akan selalu membelenggu jiwa meskipun sudah berusaha dihapuskan karena itu akan melekat dalam raga, maka belajarlah mencintai luka agar bisa berdamai dengan diri tanpa tersakiti."

-Agaraya-

Terangnya bulan telah usai digantikan semburat berwarna orange dari timur. Pagi yang cerah untuk mengawali segala rutinitas kehidupan.

Gadis itu telah sampai di SMA Demantara, dirinya langsung menaiki tangga menuju kelasnya.

Hari ini, Raya berniat untuk memberi tahu kejelasan tentang hubungan antara dia dengan Aga. Matanya merilik ke sana kemari mencari keberadaan sahabatnya.

Dengan segenap hati, dirinya berharap setelah kejelasan tentang hal yang selama ini disembunyikan bisa diterima lapang dada oleh sahabatnya. Dia tak mau apa yang terjadi dalam mimpinya berubah menjadi kisah pelik di dunia nyata.

Sudah tak lagi tak sanggup untuk menyimpan segala dalam lubuk hati terdalam, rasanya capek. Tempat curhat terbaik adalah kepada Allah. Namun, bila bisa membagi dengan orang yang tepat akan lebih ringan dari sebelumnya.

Lagipula tak ada salahnya untuk membaginya dengan sahabat. Kalau disimpan sendiri bisa berakibat buruk jika tak bisa meluapkan ke tempat yang tepat.

Manusia itu makhluk sosial membutuhkan orang lain, meski perlu waktu untuk me time juga. Semuanya ada porsinya masing-masing.

Sesampainya di kelas, dia tak menemukan Rain, hanya menemukan tas milik sahabatnya saja.

Gadis itu kemudian berjalan menuruni anak tangga menuju mushola, dirinya berpikir mungkin sahabatnya tengah melakukan shalat dhuha.

Gadis itu membuka sepatu, mengambil wudhu lalu melakukan shalat dhuha 4 rakaat, tak lupa membaca doa setelah shalat.

Senyumnya merekah saat melihat di depannya ada orang di carinya sedari tadi. Raya sesegera mungkin melipat mukena dan menaruhnya ke etalase.

"Ren." Raya menepuk pundak sahabatnya.

"Ren," panggilnya lagi tak dihiraukan oleh sang empu.

Senyum Raya luntur seketika melihat perubahan sikap sahabatnya.

Dia berpikir mengapa Rain berubah seperti ini?
Baru saja kemarin dia izin untuk belajar bersama Aga, tetapi kini sudah tak sama seperti dulu. Apakah mimpi buruk itu akan menjadi kenyataan yang menyakitikan?

"Ren, jawab dong. Biasanya elo langsung bales," lirihnya justru Rain meninggalkan Raya di sana.

'Maaf Ray, gue kecewa sama sikap elo. Gue perlu waktu buat menerima penghiatan ini' batinnya pergi tanpa menoleh ke arah Raya.

Raya terdiam membisu di sana menyaksikan sisi lain Rain yang sulit untuk diterima.

'Apakah Rain marah ke gue ya? Karena belajar sama Aga' batinnya bertanya.

Raya memakai sepatunya segera mencari keberadaan sahabatnya.

"Rain tungguin gue." Gadis itu berlari menghampiri Rain.

Sampai pada akhirnya, gadis itu menemukan sang empu tengah duduk di atas root top.

Desiran angin menggerakkan lembut surai milik keduanya.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang