Brother? (RanRin)

601 51 47
                                    

"Tidak mau! Aku tidak mau punya adik!"

Pasangan Haitani saling menatap setelah mendengar putra sulungnya merajuk. Mereka bertiga berada di dalam mobil dan hendak pulang setelah menjemput Ran dari Taman kanak-kanak.

Nyonya Haitani sedikit menoleh ke arah Ran yang berada di kursi belakang. "Kenapa Ran tidak ingin memiliki adik?"

Ran kecil yang baru berusia 5 tahun itu menyilangkan tangannya di depan dada. "Tidak ya tidak"

Nyonya Haitani menatap ke arah suaminya. Tuan Haitani segera mengangguk untuk menenangkan istrinya.

Ran memang sangat menentang kehadiran seorang anggota baru dalam keluarga mereka. Hanya saja, mungkin karena beberapa minggu yang lalu mereka tidak sengaja menggunakan pengaman, benihnya tumbuh dengan cepat.

"Oh ayolah boy, bukankah menyenangkan memiliki adik bayi?"

Ran mempoutkan bibirnya. Menggeleng dengan tegas. Memalingkan wajahnya dari kedua orangtuanya.

Wajar saja bocah itu tidak menerima anggota baru dalam keluarganya, sifat Ran yang cukup posesif serta lebih sering dimanja membuatnya menjadi sosok yang suka diprioritaskan. Menampung bayi di keluarganya hanya membuat Ran kesal. Kasih sayang orangtuanya akan terbagi.

"Oh dear, bukankah kamu bisa bermain dengan adik? Kau tidak akan kesepian lagi, kan? Akan menyenangkan bukan?"

Ran menghentakkan kakinya. "TIDAK! TIDAK! TIDAK! AKU TIDAK MAU PUNYA ADIK! Aku akan pergi kalau memang kalian memilih adik!"

Tuan Haitani mengerem mobilnya secara mendadak. Ia menoleh pada Ran dengan tampang marah. Lelaki dewasa itu membuat Ran sedikit takut.

"Kalau begitu pergi saja"

Ran mulai menangis. Bocah kecil itu tidak pernah mendapat bentakan kasar dari ayahnya. Merasa bahwa kini kedua orangtuanya lebih mendukung kehadiran seorang adik dalam keluarganya hanya membuat Ran semakin muak.

"Huaaaa"

Nyonya Haitani segera membuka pintu mobil dan masuk untuk menenangkan Ran yang menangis. Ia menatap suaminya dengan kesal.

"Cup cup, oke tidak ada bayi, hanya Ran bayi kami, jadi jangan menangis oke"

Ran masuk dalam pelukan mamanya. Masih dengan sesenggukan karena mendapat perlakuan papanya barusan.

"Mama janji tidak ada adik?"

Demi menenangkan Ran, sang mama hanya mengangguk pasrah. Setidaknya suami dan anaknya tidak terlibat perselisihan kembali. Masalah bayi yang masih berkembang di dalam perutnya, itu urusan nanti. Membuat Ran menerimanya tidak perlu terburu-buru.

Mobil kembali menyala, Tuan Haitani membawa mobilnya tanpa mengatakan sepatah katapun.

~~~~~

Beberapa bulan terlewat dengan cepat. Kandungan di perut Nyonya Haitani telah mencapai usia untuk melahirkan, hanya menunggu tanggal untuk hadirnya anggota baru dalam keluarga mereka.

Sedangkan Ran, bocah itu masih percaya pada kalimat mamanya bahwa ia tidak akan memiliki seorang adik. Nyonya Haitani mengimingi Ran bahwa bayi di perutnya bukanlah adiknya. Itu demi membuat Ran tidak merajuk. Dan juga mencegah terjadinya pertengkaran hanya karena seorang bayi. Tuan Haitani tidak seperti istrinya, dia bahkan mencoba membuat Ran marah dengan mengecup perut istrinya serta meledek bahwa adiknya akan lebih dicintai.

Ran sering merajuk bahkan terkadang bertengkar dengan papanya. Hanya pertengkaran ringan, walau sebenarnya Ran menganggap itu serius. Jadi karena nyonya Haitani sangat paham sifat putranya yang cukup serius, jadi ia berpihak pada Ran.

Story  ~ (Drabble)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang