Pagi yang tidak bersahabat di kota Seoul, hujan mengguyur ibu kota Korea Selatan itu dengan deras. Suara petir yang bergemuruh semakin memperburuk cuaca disana, terlebih memperburuk suasana hati seorang lelaki yang sedang berjalan dengan enggan di koridor sekolah.
Jam menunjukkan pukul 10.00 KST yang artinya kegiatan belajar-mengajar sudah dimulai sejak 2 jam yang lalu.
Bukankah ia sangat terlambat?
Terdengar umpatan-umpatan yang keluar dari bibir tipisnya, ia sedikit menggigil karena seragam yang dipakainya sedikit basah terkena cipratan air hujan.
'Sial!'
'Mengapa sekolah ini besar sekali. Dimana kelas itu!?'
'Ugh, menyebalkan!'
Ia melangkahkan kakinya dengan dihentak-hentakkan. Bukankah ia terlihat seperti anak 5 tahun yang sedang merajuk ketika keinginannya tak dipenuhi? Siapapun ingatkan bahwa ia adalah siswa tingkat 2 menengah atas!
Langkahnya terhenti ketika mendengar suara aneh yang berasal dari ruangan disudut koridor, ia ingin mengabaikannya karena takut tapi rasa penasarannya lebih dominan saat ini.
TAP ..
TAP .. .
TAP .. ...
Dengan langkah perlahan ia dekati ruangan itu, bulir-bulir keringat sudah menghiasi dahinya. Ia mendongak mendapati sebuah papan tag yang bertuliskan -MUSICAL ROOM-
"A-ahh.. ."
Dahinya mengkerut saat telinganya menangkap suara yang demi apa terdengar seperti desahan. Apakah itu suara piano? Atau mungkin suara recorder? Tapi bukankah suara piano dan recorder tidak ada yang seperti itu? Entahlah. Ia memegang kenop pintu dengan tangan sedikit bergetar. Pikirannya kembali menerawang. Apakah suara hantu? Tapi apakah ada suara hantu yang mendesah seperti itu?
Ia menggeleng-gelengkan kepala, menyadari betapa konyol pikirannya tadi. Dengan segera ia buka lebar-lebar pintu bercat putih itu. Mata sipitnya terbuka lebar dengan bibir yang juga terbuka. Betapa terkejutnya ia, mendapati lelaki dengan tubuh yang lumayan ehem kekar, sedang memaju mundurkan pinggulnya sambil memegangi kepala lelaki yang lebih kecil.
"Mmmh... hhm. ."
Ia segera meninggalkan tempat itu dengan wajah malas, pemandangannya yang dilihatnya tadi bukanlah sesuatu yang mengejutkan karena hidup di Amerika selama hampir empat tahun membuatnya terbiasa dengan gaya hidup disana. Bercumbu bahkan melakukan sex didepan umum itu bukanlah hal yang mengejutkan baginya, walaupun ia tergolong orang yang tak pernah melakukan itu semua.
Ia berdiri di depan lift, menunduk lalu menatap sepatu converse merahnya yang masih baru.
'Haruskah aku menelepon paman Shin-supir pribadinya- dan pulang saja? Tapi ayah akan memarahiku' pikirnya.
"Apakah kau murid pindahan dari Amerika itu?"
"Astaga! Kau mengagetkanku!"
Hampir saja ia terjatuh ketika mendengar suara yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya.
"Maafkan aku! Kau Byun Baekhyun, kan? Anak dari donatur disekolah ini?"
Baekhyun mengangguk malas, "Cukup Baekhyun saja, dan ehm-?"
"Ah ya, aku Choi Siwon, guru olahraga disekolah ini sekaligus walikelasmu".
Baekhyun segera membungkuk hormat.
"Mari aku antar ke kelasmu". Ucap Siwon sambil tersenyum
Baekhyun ikut tersenyum lalu berjalan mengikuti gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Jerk Is My Lover
Teen FictionREPUBLISHED STORY 'THAT JERK IS MY LOVER' ON FFN. CREATED AUGUST 12 2016 Kembali ke Korea adalah hal yang sangat diinginkan Baekhyun sejak dikirim sang Ayah untuk belajar di luar negeri. Tapi ia tak menyangka setelah bertemu dengan Chanyeol-anak pem...