45. Dissappear

49 14 0
                                    


***

Mereka sedang duduk dimeja kantin tempat biasa mereka berkumpul. Kecuali Althaf yang belum menampakkan batang hidungnya.

"oh jadi bang Iki udah resmi stay di Singapore nih?", tanya Daffa.

Kia mengangguk, "emang lebih baik dia disana, dia harus mulai belajar ngurusin usaha bokap", jawab Kia sambil mengaduk-aduk jus dihadapannya.

"terus lo? Lo bakal kesana juga selesai sekolah nanti?", tanya Ara kemudian.

Kia tampak berfikir sesaat, kemudian ia mengangkat bahunya, "gak tau juga, tapi gue gak punya tanggung jawab untuk ngurusin perusahaan bokap sih, jadi gue bebas mau milih kemana aja"

Semuanya mengangguk paham mendengar omongan Kia.

"gimana hidup sendiri dirumah?", tanya Naysa membuat Kia menyandarkan punggungnya kesandaran kursi.

Ia menghembuskan nafas lelah, "kalo bisa sih, gue mau minta dibeliin rumah kecil aja, kalau rumah sebesar itu terasa sepi banget", jawab Kia.

"gimana kalo gue temenin aja, kan kita sama-sama sendiri", timpal Daffa tiba-tiba yang langsung mendapatkan geplakan keras dari Rafqi dipunggungnya sehingga membuat Daffa mengaduh sakt.

"lambemu Daf", cerca Kia menatap Daffa sinis.

"oh iya, kalian gimana?", tanya Ara menatap Rafqi dan Naysa membuat pasangan itu saling tatap sekilas.

"apanya?", tanya Naysa yang sebenarnya sudah paham kemana arah pertanyaan ini. Tapi sungguh, ini terlalu mendadak, bisa dipastikan Naysa akan malu sebentar lagi.

"kalian udah selesai muraja'ah, nikahnya kapan?", jelas Ara terang-terangan.

Kia menatap Naysa sekarang, "iya tuh, kapan?"

Naysa diam tidak tau menjawab apa, ia masih diam walaupun Kia tidak mengalihkan pandangannya dari Naysa.

"tenang aja, siap wisuda nanti langsung gue lamar kok"

Jawaban Rafqi yang sangat tiba-tiba otomatis membuat wajah Naysa memerah, Naysa langsung menunduk malu.

Kia, Ara dan Daffa tertawa melihat wajah Naysa, "cie, blushing hahaha, udah tunangan hampir setaun aja masih malu-malu", goda Kia sambil menoel-noel pipi Naysa.

Tanpa sadar Rafqi juga tersenyum bahkan sampai sedikit terkekeh.

Tiba-tiba Althaf sampai kemeja mereka, ia tampak kebingungan melihat penghuni meja disana.

"kenapa lo?", tanya Rafqi yang menggeser sedikit memberi ruang Althaf untuk duduk.

"Si Dea kemana? Kok daritadi gue nungguin didepan kelasnya gak nongrol-nongol", tanya Althaf kepada tiga cewek yang ada dihadapannya.

Mereka tampak tenang, Kia menatap Althaf, "tumben lo ngariin dia, buat apa emang?", tanya Kia tenang.

Althaf membuang pandangan, "ya tanya aja, kenapa dia gak nongol. Emang kemana sih", tanya Althaf lagi.

"dia gak ngasih kami kabar juga", jawab Ara seadanya.

Althaf mengerutkan dahinya, "terus kalian gak nyariin gitu?", tanyanya curiga.

"kita udah dewasa, kadang kita juga butuh waktu buat sendiri", peringat Naysa berusaha membuat Althaf tidak curiga.

Althaf kembali membuang pandangannya. Kemudian ia bangkit kembali, "gue duluan ya", lenggangnya membuat penghuni meja jadi tercengang.

"woiii, makan dulu kek, lo belom sarapan!!!", teriak Daffa namun dihiraukan Althaf.

"perhatian banget lo", sindir Kia kepada Daffa.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang