The One That Got Away

11 2 0
                                    

Walaupun sudah 5 tahun lamanya kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan, aku masih belum bisa menerima semua itu.

Aku menjadi seorang yang sulit bergaul, pendiam, dan malas. Terkadang aku berfikir hidupku sudah tidak berguna lagi.

Sampai suatu hari Tuhan mengirimkanku malaikat untuk menemani kesepianku. Dia adalah, guruku sendiri.

Guru baru itu bernama Mr. Michael. Dia lumayan tampan, ramah, murah senyum, dan umurnya masih muda.

Disaat semua guru mengabaikanku, dan berfikir bahwa aku adalah siswa bodoh dan malas, Mr. Michael lah satu satunya guru yang memandangku.

Dan disaat aku duduk sendirian saat istirahat, dia mendatangiku dan bertanya apakah aku baik baik saja. Aku menggelengkan kepalaku.

Mr. Michael bertanya apa alasannya, tentang mengapa raut wajahku selalu suram. Awalnya aku ragu untuk menceritakan tentang itu, tapi sebenarnya aku butuh seorang untuk mendengarkannya.

"Jadi kamu tinggal sama Paman kamu?" Tanyanya.

Aku mengangguk, "tapi Paman gak pernah peduli sama aku."

Entah mengapa, sejak saat itu Mr. Michael menjadi sangat peduli denganku. Bahkan ia menawarkan menjadi guru privatku secara percuma.

Hari demi hari, aku semakin dekat dengannya. Sangat nyaman ketika bersamanya, bahkan aku jadi suka padanya. Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya.

Kehidupanku mulai berubah, aku bisa menjadi manusia normal lagi. Menjadi siswa teladan dan ceria, kau tahu? Aku mempunyai 2 teman sekarang!

Dan tibalah hari kelulusan, aku mendatkan nilai terbaik ke 5 diangkatanku. Aku tak tahu harus membalas budi dengan apa terhadap Mr. Michael.

"Makasih ya, Mr. Michael!!" Ucapku tersenyum sumringah.

Dia mengelus kepalaku, "congrats!"

"Michelle harus bales budi pake apa nih?' 

"Kamu harus jadi orang yang sukses, tetep sering ketemu sama Mr ya!"

Aku mengangguk, "siap Mr.!"

Setelah melihat nilaiku yang berkembang, Paman menjadi lebih memperhatikanku. Ia menawarkanku untuk kuliah di luar negeri, dan berharap aku bisa meneruskan bisnisnya.

Pilihan yang sulit, apa yang harus aku lakukan?

Aku mendatangi rumah Mr. Michael, sembari membawa beberapa hadiah untuknya. Ia tinggal bersama Ibunya di rumah yang bisa dibilang kecil.

Ia bilang, ia sangat menyayangi Ibunya lebih dari apapun. Ia berjanji untuk menepati 2 keinginan Ibunya, yaitu membahagiakan orang disekitar, dan membelikan Ibunya sebuah rumah.?

"Kenapa Chell?" Tanya Mr. Michael.

Aku menundukkan kepalaku, "Paman nawarin Michelle kuliah diluar negeri biar Michelle bisa nerusin bisnisnya."

"Kesempatan yang bagus dong, gas aja Chell!" Ucapnya antusias.

"Tapi kalo Michelle terima, jadi gabisa ketemu Ms. dong nanti" Aku melengkungkan bibirku kebawah. 

"Emang kalo kamu terima, kapan perginya?"

"Besok sore."

"Sebentar." Mr. Michael memasuki rumahnya.

Tak lama ia pun keluar dari dalam, "ntar malam free?"

Aku berfikir sejenak, apa aku punya agenda untuk nanti malam. Sepertinya tidak, aku pun menggelengkan kepalaku.

"Sip, pergi bareng yuk!"

Ia mengajakku pergi ke Festival Kembang Api, berdua.

"Mr. Michael!!"

"Michelle!"

Kita berdua duduk menikmati indahnya kembang api yang menyala di malam hari.

"Mr. Michael.." Panggilku lirih.

"Iya?"

Aku menggigit bibir bawahku, "boleh jujur ga?"

"Boleh." Jawab Mr. Michael mengangguk.

Aku menundukkan wajahku, "Aku diem-diem suka Mr. Michael, bahkan kayanya udah jadi sayang. Michelle takut kehilangan Mr." 

Mr. Michael terdiam, aku mengangkat wajahku dan menatapnya ragu.

Ia terkekeh, "kok bisa ya? Kita saling suka."

"Mr. juga sayang Michelle kok, tersayang kedua setelah Bunda."

Aku terkejut. "h-hah?"

"Emang bener ya, cinta bisa dateng kapan saja." Mr. Michael tersenyum tipis.

"Michelle, kuliah di luar negeri ini kesempatan bagus buat masa depan kamu, jangan sampe nyesel kalo kamu nolak." Ia menatapku yakin.

Aku terdiam mencerna perkataannya.

"Emangnya, kamu ngarep apa sama Mr.? Mr. masih belum mapan sekarang." Ucapnya terang-terangan.

Aku semakin bingung, perasaanku campur aduk.

"Gini aja, 4 tahun lagi, pas Michelle udah selese kuliah, terus Mr. udah mapan, Mr. janji bakal ngelamar Michelle." Lanjutnya.

Jantungku berdetak kencang, "Mr. yakin?"

"Iyalah." Mr. Michael mengangguk mantap.

"Oh iya Mr. kan udah bukan guru kamu lagi, sekarang panggil Michael aja ya." lanjutnya

"Michael?" panggilku.

"Iya, Michelle?" jawabnya.

Aku terkekeh, "gemes."

"Oh iya, aku punya sesuatu buat kamu." Ia memberikanku sebuah benda bernama Orbital Kinetik.

"Ini apa?" Aku meraba benda itu bingung.

"Pajangan meja, benda itu bakal gerak terus kaya orbit planet. Bisa dibilang, kaya cinta aku ke kamu."

Aku memblushing, "jago gombal yaa.."

Michael terkekeh, "serius Chell! Aku bakal berhenti sayang sama kamu kalo benda ini juga berhenti."

"Ini ada baterainya kan, kalo habis berhenti dong?"

"Tenang..." Michael memberikanku satu pack baterai.

"Wahh!!!" Aku terkejut lalu tertawa kecil.

"Kalo udah mulai lemes geraknya jangan lupa isi ulang ya."

...

Tibalah hari dimana aku bingung harus senang atau sedih. Michael mengantarku ke bandara. Aku benci mengatakannya, "sampai jumpa, Michael."

Air mataku mengalir, MIchael pun mengusapnya dan tersenyum "don't worry, i will love you till my last breath."

Lalu dia menciumku ditengah keramaian, dan aku membalasnya. Oh my first kiss...

...

Sudah 4 tahun lamanya, aku tak sabar untuk kembali ke tempat asalku untuk menuruskan bisnis paman dan bertemu Michael.

Sepanjang perjalanan dipesawat aku selalu memperhatikan Orbital Kinetik pemberian Michael yang sampai sekarang masih terus bergerak karena baterai yang selalu aku isi ulang.

Tiba-tiba Orbital Kinetik itu mulai melemas, dan tak lama benda itu berhenti bergerak. Aku ingin mengisi ulang baterainya, tapi aku sedang berada di pesawat, akupun membiarkan benda itu berhenti bergerak sampai aku mendarat.

Beberapa jam kemudian, aku sudah sampai di tempat asalku. Aku sangat bahagia, saat itu dipikiranku hanyalah ada Michael saja.

Hingga aku pergi menemui Michael, ada bendera kuning berkibar di depan rumahnya. Aku bertanya terhadap orang disekitar. Dan mereka menjawab, Michael telah meninggal karena kecelakaan.

Aku terjatuh lemas, berfikir, masih adakah harapanku untuk hidup sekarang?

END

Songs become StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang