(8) Gombalan Miko

4 3 4
                                    

Vino mengehentikan mobilnya pelan, tepat di depan gedung kampus Ivy dan Sofia. Kampus itu terlihat besar dan asri dari depan, beberapa mahasiswa juga terlihat ramai memasuki kawasan kampus dengan beriringan.

"Sudah sampai," ucap Miko sesaat, setelah Vino, menghentikan mobilnya.

Ivy dan Sofia tersenyum senang, perjalanan yang sebentar itu terasa begitu lama bagi mereka berdua. Ini semua karena hubungan mereka masih kaku dengan Vino, membuat percakapan apapun di dalam mobil terasa kikuk.

"Makasih ya kak Vino, kak Izky, kak Miko, kita udah dianterin sampai kampus," ujar Ivy, berterimakasih.

"Sama-sama, nanti kalau butuh jemputan, kita siap kok jemput kalian lagi, 24 jam we are ready!" seru Miko bercanda.

Ivy dan Sofia, tersenyum tipis menanggapi ucapan Miko. Mereka berdua turun dari mobil dan melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Setelah itu, Mobil Vino, melaju pelan meninggalkan kedua gadis itu Yang masih berdiri di depan gedung kampus.

"Masuk yuk," ajak Sofia, menarik pelan tangan Ivy.

Ivy dan Sofia, berjalan santai memasuki kawasan kampus, bersama mahasiswa lain yang tidak mereka kenal. Kampus itu sangat besar dan luas, ada beberapa gedung fakultas didalamnya. Untungnya, gedung fakultas ivy dan sofia, terletak di paling depan, jadi mereka tidak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk berjalan menuju gedung fakultas mereka. sebenarnya, kelas akan dimulai pukul sepuluh, dan sekarang masih pukul sembilan. tapi kebiasaan yang selalu Ivy dan Sofia lakukan adalah, selalu datang satu jam lebih awal sebelum kelas dimulai. Mereka menghabiskan waktu satu jam itu, untuk sarapan atau mengerjakan tugas yang belum selesai di kantin fakultas yang berada diluar ruangan.

Ivy dan sofia kini duduk berhadapan di kursi panjang yang dipisah oleh meja. Hanya beberapa mahasiswa yang berada di kantin itu, ada yang sarapan dan ada juga yang pagi-pagi sudah berkumpul untuk menggosip.

"Lo ngerasa gak, kalau kak Vino, sebenarnya gak suka sama keberadaan kita di rumahnya," mulai Ivy, membuka topik pembicaraan.

Sofia diam sebentar, sembari memikirkan ucapan Ivy.

"Enggak juga sih, kalau dia gak suka sama kita, gak mungkin juga kan, dia ngizinin kita untuk ngekost di rumahnya, tapi ini kita diizinin," jawab sofia, tidak setuju.

"Kita diizinin itu, karena kak Izky dan kak Miko, bukan karena kemauannya, lo inget gak, dia awalnya nolak kita, tapi berkat kak Izky dan kak Miko, kita jadi bisa ngekost di sana," jelas Ivy mempertegas pendapatnya.

Sofia terdiam memikirkan pendapat Ivy, yang jika dipikir-pikir ada benarnya juga.

"Lo benar juga sih, tapi apa yang lo rasain itu, beda banget sama apa yang gue rasain," sambung sofia berteka-teki.

"Maksud lo?" bingung Ivy, mengerutkan dahinya.

"Maksud gue, lo perhatiin aja kak Vino itu, kayak gak normal gak sih? masak dia pingsan cuman karena pipinya gue pegang, kan gak logika banget,"

"Lo lupa, kak Izky kan udah bilang, kalau kak Vino itu anti banget sama cewek, jadi kita harus jaga jarak sama dia, pikir positif aja, mungkin kak Vino, punya penyakit atau trauma sama cewek,"

"Ivy, gue gak pernah ya, bahkan jarang banget liat cowok yang mengidap penyakit begituan, seumur hidup gue!

"Kan itu lo!

"Enggak! Lagian ya, kalaupun ada penyakit begituan, masak cuman disentuh doang udah pingsan, gue yakin banget, kak Vino itu bukan hanya anti sama cewek!" keukeh Sofia, mempertahankan pendapatnya.

"Terus menurut lo dia apa?

"Gue yakin dia gay!

~*~

ABNORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang