seorang wanita yang berhati lembut dan tegar ini hanya bisa tersenyum lemah melihat rumah tangganya yang retak.
sosok sahabat yang selalu hadir dan meminjamkan pundaknya dan di anggap saudarinya sendiri, mengkhianatinya berselingkuh dengan suami yan...
Dia merahasiakan tempat tujuannya pada semua teman-temannya kecuali; Riko dan Geto. Mereka membantu Utahime pindahan ke kota Sendai daerah prefektur Miyagi di daerah pedesaan.
Membawa semua barang-barang bekasnya dulu di apartemen Kyoto. Kenapa Utahime memilih kota Sendai? Karena dia dan keluarganya memiliki sejarah kelam disana, dimana kedua orang tuanya tewas selama perjalanan mobil menuju Tokyo.
Tapi menurut Utahime, sekelam-kelamnya dulu lebih kelam sekarang karena dia kehilangan suaminya sekarang.
"Utahime, kamu baik-baik saja tinggal sendiri" tanya Riko.
"Ya aku baik-baik saja, lagi pula aku memang selalu sendirian, Riko. Aku dari panti asuhan dan tidak punya seseorang yang peduli padaku"
"Kamu salah!! Aku peduli padamu Uta, kamu teman terbaikku. Aku, kamu dan Rika" kata Riko meyakinkan Utahime.
"Dan jangan pikirkan yang aneh-aneh, kamu harus melupakan hal yang menurutmu beban. Ingat, kamu membawa nyawa lain di tubuhmu" kata Riko. Utahime mengangguk paham menatap Riko dan Geto, "terima kasih kalian berdua, mau mengantarku ke Miyagi. Aku yakin, hidupku akan tentram dengan anakku nanti"
Mereka tersenyum pada Utahime yang memiliki hati yang begitu tegar.
"Geto, boleh aku mengirim pesan padamu. Kalau kamu di Tokyo, tolong kabari aku tentang Satoru yah" kata Utahime.
"Kenapa memang? Satoru bahkan tidak peduli padamu, Utahime"
"Meski dia tidak peduli, dia tetap suamiku dan ayah anak yang tengah aku kandung" kata Utahime begitu tulus. "Tolong kabari aku tentang Satoru"
Geto seakan ragu untuk menyetujui ide Utahime, dia mencekeram kedua tangannya di sisi celana bahannya. Dia menghela nafas lekas mengangguk paham, Utahime membalas senyum.
. . . . . .
* Time skip 5 tahun kemudian.
Langkah kaki mungil terhenti melihat sesuatu berkilauan di estalase toko baju, sebuah pohon cemara yang di hias indah dengan pernak-pernik dan lampu gantung membuat pohon itu menjadi daya tarik kedua bocah yang tengah melihat pohon natal tersebut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang pegawai toko baju itu marah karena kaca yang sudah dia bersihkan menjadi kotor dari tangan anak tak bersalah, dia memarahi kedua bocah itu. Mampu membuat siapa pun menoleh karena suara kencang dari pegawai toko tersebut.
Wanita bersurai hitam tinta itu langsung meminta maaf pada pegawai toko karena salah dirinya yang tidak sadar anak-anaknya lepas dari pandangannya.
.
"Mama, kakak minta maaf" kata bocah laki-laki berusia 5 tahun itu, dia memiliki rambut seputih salju.
"Iya mama, Ai dan kak Toshi minta maaf" kata gadis kecil bewarna rambut yang sama dengan kakak kembarnya dia berdiri di sebelah lainnya.
"Hmm, tidak apa. Ini bukan salah kalian kok" kata Utahime.
Dia mencengkeram kedua anak kembarnya, dia berhasil membesarkan anak-anaknya dengan ekonomi yang cukup mengkhawatirkan, terkadang dia merasa gagal menjadi seorang ibu. Bagaimana tidak Satoshi dan Airi selalu menginginkan barang-barang baru seperti anak-anak pada umumnya.
Seharusnya anak seusia mereka lagi senang-senangnya bermain, Utahime sedih harus melibatkan anak-anaknya seperti mencari nafkah di pasar. Apapun anak sekecil itu berusaha membantu ibunya untuk mendapatkan sesuatu untuk di makan, jujur Utahime selalu menjual hasil rajutannya seperti; sapu tangan, baju bayi, selimut, dan berbagai pernak-pernik lainnya. Dan pendapatannya hanya 4000 Yen, itu belum cukup untuk memberi makan anak-anaknya--karena hidup di jepang cukup mahal.
Dia kadang selalu ingin menelpon suaminya yang kini ia harapkan untuk datang padanya, menjemputnya kembali pulang. Tapi... sampai detik ini tidak ada keberadaan Satoru, bahkan Riko maupun Geto enggan memberitahu kehidupan Satoru dan hanya memberitahu dia baik-baik saja. Utahime selalu ikhlas kalau jalan pernikahannya berakhir, tapi dia ingat satu perkataan 'aku tidak akan mau menceraikanmu' hanya karena kata-kata itu mampu membuat Utahime bangkit lagi.
"Mama, kapan kita punya satu pohon itu di rumah" kata si kecil Airi.
"Doa kan mama ya nak, doa kan rejeki mama lancar. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa pasang pohon natal di rumah" kata Utahime memposisikan tingginya dengan putri kesayangannya.
"Hem hem tentu, Ai selalu berdoa papa akan kembali. Benarkan kak"
Utahime mengalihkan pandangan pada putranya, dia hanya diam memasang wajah sedih dan membuang pandangan ke arah lain.
"Satoshi" kata Utahime begitu lembut mengelus rambut putranya.
"Aku cukup kecewa sama papa, kami selalu berdoa semoga dia cepat pulang. Tapi ini udah ulangan tahun ke 5 ku dan papa tidak pulang pada kita, aku ngga mau menaruh harapan lagi ma. Sakit" kata Satoshi menahan tangisannya, dia tidak mau adik kembarnya ikut menangis.
Utahime memeluk putra pertamanya itu dan menarik Airi juga ke dalam pelukannya. Dia mengerti anaknya pasti merasa papanya jahat, papanya tidak peduli, mereka berdua merindukan Satoru sosok ayah mereka yang selama ini tidak pernah menunjukkan wajahnya, tidak pernah memberikan kehangatan pada anak-anaknya.
Terkadang Utahime selalu berpikir Kamu sedang apa di Tokyo.
~◇♡◇♡~
"Ibu, ibu... mana hadiah Nana" kata gadis bersurai hitam persis seperti Shoko. Gadis itu menyobek kertas kado dan membuka terkejut akan hadiahnya dia berlari ke pelukan seseorang, seseorang yang Shoko anggap miliknya.
"Ini dari ayah?" Kata Nanae begitu polos bertanya pada Satoru, pria itu hanya mengangguk.
Gadis kecil itu terlihat senang berjingkrak-jingkrak memutar tubuhnya dengan gaun merah muda yang dia dapatkan.
Suara telpon berbunyi Satoru berpamit sebentar pada Nanae mengarah ke ruangan outdoor, dia mengangkat telepon dari Yuuta.
"Ada apa Satoru" kata Shoko
"Aku harus pergi, maaf" kata Satoru melenggang meninggalkan mereka berdua di rumah.
. . . .
"Kau menemukan sesuatu?" Kata Satoru menghampiri Yuuta dan Megumi yang tengah mengecek empat layar monitor di depan mereka.
"Ya, perkembangan masalah testpeck yang di ambil. Kau tahu, dari ukuran sepatu yang kami temukan dan beberapa sidik jari yang tertinggal di kantor Gojo-san, ada satu yang terbukti mencurinya darimu"
"Siapa?"
"Dia adalah..."
Satoru seakan merespon perkataan Megumi, percaya atau tidak dia harus percaya. Satoru menyuruh mereka terus mengawasi orang itu.
. . .
"Hei Satoru" sapa Mei
"Oh hai"
"Mau minum kopi sebentar, aku ingin berbicara sesuatu denganmu"