1. His to Far

2 0 0
                                    

Kata orang putih abu abu menjadi masa paling indah untuk di kenang. Penuh dengan suka, cita dan canda setiap waktu. Tapi itu tidak berlaku buatku. Namaku Safa Dantika Putri, biasa dipanggil Safa. Murid kelas 11 SMA dengan jurusan IPA. Jika setiap gadis seusiaku tengah merasakan indahnya masa remaja, aku tidak demikian.

Aku berkepribadian introvert, sangat sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain. Setiap waktu hanya ku habiskan di kelas bahkan saat istirahat. Dalam seminggu aku hanya 3 atau 4 kali ke kantin. Jika orang introvert lainnya pintar dan juara kelas, aku tidak demikian.

Di kelasku terdapat 25 murid, dan aku selalu di urutan 5 terbawah setiap penerimaan rapot. Teman temanku juga sungkan untuk mendekat, bukan karena apa. Mereka sebenernya baik, hanya saja aku terlalu sering menolak ajakan mereka. Entah itu untuk pergi ke kantin, ataupun saat main setelah pulang sekolah.

Selain itu, aku juga tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun. Kesibukanku sepulang sekolah selalu ku habiskan dengan menonton drama atau menonton variety show artis idolaku. Hidupku yang bagaikan terasing suatu hari berubah begitu saja.

Saat itu sedang istirahat, dan aku tengah menidurkan kepala di atas meja untuk meredakan pusing sehabis ulangan matematika. Tanpa sadar tanganku menyenggol buku harian kecilku yang entah bagaimana bisa kubawa hari itu. Buku itu jatuh dengan halaman terbuka dan menampilkan potret seseorang.

Eric, teman sekelas ku yang sering membuat kehebohan mengambil buku itu tanpa aku sadari. Dia lalu berlari ke depan kelas dan membuat pengumuman yang membuat perhatian semua orang beralih padanya.

"Woy woy woy, liat nih. Safa suka sama Rasen" teriak Eric yang membuat semua orang menoleh ke arahku.

Aku segera mengangkat kepala dan melihat Eric menunjukkan buku harian ku didepan kelas. Tanpa banyak kata aku langsung mengejar Eric.

"Eric, apaan sih. Gak lucu tau" ucapku sambil berusaha meraih buku itu. Eric yang lebih tinggi dariku membuat ku kesulitan untuk meraih buku itu.

"Cie... Lo beneran suka sama Rasen" Eric mengatakan itu sambil berlari ke lorong meja mengindar dariku.

Sambil mengabaikan semua tatapan orang, aku berusaha untuk meraih buku harianku.

Sayangnya nasib buruk menimpaku saat itu. Rasen datang ke kelas dan merebut buku itu dari Eric. Dia membaca halaman tempatku menuliskan perasaanku, disitu juga terdapat foto polaroid wajahnya yang kuambil dari instagram miliknya.

Seketika itu wajahku memerah, aku malu setengah mati dan tubuhku membeku. Teman temanku hanya tertawa melihat semua ini. Bagiamana mungkin gadis sepertiku bisa menyukai lelaki seperti Rasen. Memang sih perasaan suka itu hak semua orang. Tapi jika aku bersanding dengan Rasen akan terlihat sangat tidak cocok.

Rasen adalah ketua tim futsal di sekolah. Dia juga murid yang pintar dan selalu masuk dalam peringkat tiga besar di kelas. Tubuhnya yang tinggi menjulang dengan wajah tampannya membuat banyak orang jatuh cinta padanya, termasuk aku.

Pertama kali aku menyukai Rasen saat masa orientasi di kelas 10. Saat itu kami sekelompok dan dia menjadi ketua kelompok. Kelompokku dan dua kelompok lainnya sedang menjalankan tugas di pos 3, salah satu pos yang harus kami datangi. Panitia MOS tiba tiba menunjukku ke depan, namanya kak Resti. Dia menyuruhku untuk menyebutkan nama semua panitia yang ada saat itu. Aku adalah orang yang sangat sulit untuk mengingat nama dan wajah orang lain. Bukan berniat sombong, tapi itu memang kenyataan.

Kak Resti membentak ku di depan siswa MOS lain. Katanya aku tidak sopan karena tidak mengenal panita yang sudah membina kami 3 hari belakangan. Aku juga tipe orang yang tidak bisa dibentak. Aku hampir menangis saat itu. Namun Rasen tiba tiba berdiri dan maju ke depan.

"Kak, saya ingat nama semua panitia. Biar saya saja yang menyebutkan" ucap Rasen lalu menyuruhku untuk kembali bergabung dengan kelompokku.

Awalnya kak Resti menolak, tapi entah karena karisma yang dimiliki Rasen akhirnya dia setuju. Rasen tanpa kesulitan menyebutkan semua nama panitia yang ada di pos 3.

Setelah hari itu, aku selalu memperhatikan Rasen dari jauh. Di kelas sepuluh, kami berbeda kelas. Aku selalu memperhatikan Rasen saat dia ada pelajaran olahraga atau saat dia bermain futsal. Kebetulan saat itu kelasku bersebelahan dengan lapangan dan aku duduk di dekat jendela.

Semakin lama aku memperhatikan, semakin aku menyukai Rasen. Perasaan kagum yang telah ada berubah menjadi perasaan bahagia saat aku bisa melihatnya. Dia menjadi salah satu alasanku untuk berangkat sekolah.

Tapi, Rasen yang kini tengah memegang buka harian ku nampak berbeda dengan Rasen yang selama ini aku perhatikan. Raut wajah jijik dan marah terlihat jelas di wajahnya. Apa mungkin aku salah karena sudah menyukainya. Atau mungkin dia malu sudah disukai oleh orang sepertiku. Semua pertanyaan itu muncul di benakku setelah aku melihat raut wajahnya.

Setelah membaca buku itu, Rasen melihat ku sekilas. Tatapannya seperti pisau yang sangat tajam. Sorot matanya menilai ku dari atas ke bawah. Sementara aku hanya menundukkan pandangan.

Kelas ini terasa hening dan senyap. Semua siswa yang tadi tertawa berhenti begitu saja. Eric yang berlarian juga berdiri diam di samping Rasen.

Rasen lalu melempar buku itu ke arahku, aku yang terkejut tidak siap menerima buku itu hingga jatuh ke lantai. Rasen lalu duduk di tempat nya. Di deretan ke dua dari depan. Ia lalu memasang earphone miliknya dan membaca komik. Seolah tidak terjadi apapun.

Aku masih membeku. Tidak tau harus bersikap bagaimana. Kehidupan di kelas berjalan kembali. Para siswi kembali bergosip tentang idola mereka, para cowok kembali bermain games kesukaan. Sementara aku masih mematung di tempat. Tidak beranjak sedikitpun. Hingga bel masuk berbunyi.

Aku mengambil buku harianku. Berjalan ke arah mejaku yang terletak di pojok belakang. Lila, temanku sebangku baru saja datang dari kantin.

"Lo kenapa, kok kelihatan aneh? " tanya Lila, aku hanya menggeleng pelan lalu menidurkan kepalaku di atas meja kembali. Rasanya aku ingin menangis, tapi aku tau itu semakin akan mempermalukan ku. Sekilas aku melirik Rasen, dia sudah bersiap dengan buku pelajaran dan melepas earphone miliknya.

#####

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diary (Kumpulan Cerita Pendek) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang