17

103 9 0
                                    

Jatuh cinta hanya dalam sekali lihat. Bahkan tidak tahu nama, sikap, umur dan hal semacamnya. Siapa yang akan percaya hal tersebut?

Banyak orang yang tidak percaya akan hal tersebut, termasuk Calvin.

Namun sayangnya, sekarang ia merasakan hal tersebut. Calvin jatuh cinta pada Aurora hanya dalam sekali lihat. Bukan saat Aurora sedang mencari kucingnya, bukan.

Sekitar dua tahun yang lalu, saat ayah Aurora masih menjadi direktur di salah satu perusahaan ternama, Calvin melihat Aurora.

Seorang gadis yang tengah tersenyum manis sambil memberikan seekor kucing makanan. Itu Aurora. Entah kenapa jantungnya langsung berdetak lebih cepat, ia jatuh cinta. Pada gadis itu, Aurora Reese.

"Ara, lu kenal sama dia?" Tanya Lista sambil melihat Calvin yang sedang menatap Aurora.

"Dia siapa?" Tanya balik Aurora.

"Ya. Sekarang kita mulai acara mos hari keduanya, Ara silahkan maju ke sini." Ucap Fakhri dengan senyum khasnya. Ia sedang berbicara menggunakan microphone.

Fakhri menyerahkan microphone tersebut pada Aurora dan berdiri berdiri di samping Lista.

"Apin. Ngeliatin Ara mulu, ya?" Tanya Fakhri langsung.

"Hah? Iyaaa," jawab Lista.

Fakhri bertanya lagi. "Dia yang kemaren bantuin Ara jawab pas ditanya sama kak Harry kan?"

Lista memperhatikan wajah Calvin, tiga detik kemudian ia menjentikan jarinya.

"Bener banget, kok gua bisa lupa sih."

"Gue gak suka basa basi terlalu lama, jadi langsung aja. Acara mos kedua dimulai." Ujarnya sambil menusuk balon yang bertuliskan MOS H-2.

Dar!

"Gak usah tegang, karena ini udah mos kedua jadi santai aja." Lanjut Aurora.

"Kalian bisa keluarin bekal yang gue suruh kemarin —seleraku. Dan yang salah bakal disuruh maju ke depan buat hukuman." Seketika wajah para peserta mos langsung berubah menjadi tegang kembali.

"Bantu gue cek-in." Titah Aurora pada yang lain.

"Tapi seleraku apaan Ara? Aku gak tau." Tanya Carla.

Aurora tertawa pelan. "Indomie, seleraku~" Jawabnya bernada dan mulai memeriksa bekal peserta mos satu-satu.

"Buah naga? Apa-apaan, maju."

"Itu selera saya kak," lalu siswa tersebut pun maju dan berdiri di depan.

"Ara pikirannya simpel banget," ucap Lista.

"Ya begitu lah dia," balas Fakhri.

"Duh gimana nih coi, gua lupa bawa bekel." Seru Cadey. Calvin menyerahkan kotak bekalnya, ia membawa indomie karena memang hanya itu yang bisa ia masak.

"Tengkyu mas bos. Lu gimana?" Tanya Cadey.

"Gampang," jawabnya datar.

"Serius?"

"Hm." Ia masih saja menatap Aurora dengan serius.

"Ra, yang kemaren bantuin lu jawab di depan kak Harry ngeliatin lu aja noh." Beritahu Lista.

"Siapa?"

"Name tag nya sih namanya Apin." Jawab Lista.

"Oh iya. Yang tadi masuk bareng gue itu?" Ia baru ingat jika Calvin yang membantunya kemarin. Lista mengangguk.

Aurora menoleh, melihat Calvin. Calvin langsung tersenyum dan melambaikan tangannya pada Aurora. Ia mengabaikannya.

"Lis, lu mending duduk sama si Ri-onion tuh terus obrolin sama dia, hukuman apa yang cocok buat mereka yang dihukum. Gue belum ada ide."

Lista sedikit melebarkan matanya. "Jadi lu belom nentuin hukumannya apa tapi udah ngusulin ada hukuman?" Aurora menyengir.

"Astaga. Kebiasaan banget, ngadain hukuman tapi gak tau hukumannya apa." Lista berjalan, duduk di sebelah Rion dan membicarakan hukuman yang pas.

"Wih, bekel lu bener. Hebat juga," ia memuji Queenza.

"Hehe, abisnya aku suka nyanyi lagu indomie jadi kepikiran ke situ pas kak Ara bilang seleraku." Jawabnya dengan senyum malu. Aurora mangguk-mangguk.

"Calm down, heart." Batin Calvin, Aurora sedang berdiri di hadapannya.

"Bekel?" Tanya Aurora pada tiga siswa yang duduk di paling belakang. Ia berdiri di samping Calvin.

"Nih kak," ucap Cadey ceria.

"Bagus."

"Lu?" Ia menatap Cakra. Cakra mengeluarkan kotak bekalnya, ada mie goreng dan telur serta saos dalam satu bekal.

"Good."

"Lu, orang gak waras. Mana bekel lu?"

Ya, Aurora memanggil Calvin tidak waras karena dari tadi ia hanya tersenyum sambil memandanginya. Aurora tidak risih, ia sudah terbiasa. Meskipun saat pertama kali menjadi sorotan ia sangat risih, dipandangi oleh segala macam jenis manusia.

Calvin merubah raut wajahnya menjadi sedih, ia sedikit menunduk. "Apin tinggal sendiri kak, jadi gak ada yang masakin Apin bekel. Udah gitu tadi Apin kesiangan, kan?" Matanya berlinang.

"Drama." Ejek Cakra sangat pelan, hampir tidak terdengar. Sedangkan Cadey menahan tawanya, ternyata ini alasan Calvin menyerahkan bekalnya.

Aurora berdecak kesal. Kenapa ia harus memiliki hati yang lembut dan merasa bertanggung jawab akan segala hal setelah ditunjuk menjadi ketua kelas dan penanggung jawab mos. Menyebalkan.

"Yaudah, sekarang maju dulu ke depan. Pas nanti istirahat, cari atau samperin gue."

"Buat apa kak?" Calvin pura-pura tidak tahu.

"Gue gak mau masuk penjara karena ada kasus siswa yang mati kelaparan karena tidak diberi makan oleh penanggung jawab acara mos." Jawabnya dengan sedikit kesal, Aurora berjalan ke tempatnya semula.

Calvin tersenyum senang sambil memperhatikan punggung Aurora. "Uhh, gemesin banget calon pacar."

"Uwekkkk," Cakra pura-pura muntah dan Cadey tertawa saat Calvin langsung memasang wajah datarnya.

•Older Me•

gak mau buat konflik yang berat sih untuk sekarang, jadi santai aja bacanya weheh

btw Cadey kadang suka ran tulis Ceday, jadi kalo ran salah nulis nama Cadey jadi Ceday tolong tandain ya👍😭

salam jodoh, rangurlazy

𝐎𝐥𝐝𝐞𝐫 𝐌𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang