38. Hilang

412 97 24
                                    

Anna hanya diam saat Gilang mengobati lukanya, lelaki itu tidak ada hentinya mengomeli Anna.

Ponsel Anna berdering, membuat Gilang berhenti bicara. Lelaki itu melirik ponsel Anna.

FenlyJodohOrang is calling...

"Teleponnya nggak mau lo angkat gitu? Dia telepon lo dari tadi loh," tanya Gilang, ia merasa heran karena Anna tidak kunjung menerima panggilan dari Fenly.

Anna hanya diam menatap televisi, tatapannya begitu kosong. Gilang menghela napas, mengelus telapak tangan Anna yang terluka.

"Kalau ada masalah itu cerita, bukan diem aja," kata Gilang.

Anna melirik Gilang, bertanya lewat tatapan dinginnya.

"Lo lagi ada masalah kan sama Fenly?"

Anna berdeham, sembari mengalihkan tatapannya.

"Udah putus lebih tepatnya."

Gilang mengerutkan keningnya, ia cukup terkejut mendengar kabar tersebut.

"Kenapa?" tanyanya.

Anna beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya keluar rumah.

"Mau kemana?"

"Keluar," balas Anna singkat.

"Gue te- "

"Nggak perlu, nanti juga gue pulang. Gue butuh waktu sendiri," potong Anna sebelum Gilang mengatakan sesuatu.

Gilang menghela napas, menganggukan kepalanya. Ia memilih menyandarkan tubuhnya, membiarkan gadis yang ia cintai pergi menjauh.

****

"Halo, Ma! Halo, Pa!" sapa Anna setelah sampai di makam kedua orangtuanya, dia duduk di antara makam tersebut.

"Maaf, baru kemari," ucapnya, "aku baru mempunyai keberanian sekarang untuk mengunjungi kalian."

"Ma, Pa... Bisa nggak sih kalau kita putar waktu? Kalau bisa, biar aku aja yang pergi, jangan kalian."

Anna memejamkan matanya, menikmati angin malam. Ia tidak peduli dengan kondisi tubuhnya, ia tidak peduli jika ia sakit setelah pulang dari sini. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah ketenangan.

Ting!

Anna menghela napas, membuka ponselnya.

+62 821-xxxx-xxxx : Apakah kamu sudah siap? Aku tidak akan memaafkanmu.

Anna berdecak, lagi dan lagi nomor tersebut menghubunginya. Anna mematikan ponselnya, berniat menyimpan ponselnya.

Namun naas, seseorang membekap mulutnya. Ponselnya tergeletak begitu saja. Gadis itu berusaha melawan, tapi tenaganya tidak sekuat orang tersebut.

"Aww... " ringis orang tersebut saat kakinya Anna injak sekuat tenaga.

Gadis itu segera berlari menjauh dari orang tersebut. Ia tidak mau dibawa pergi oleh orang itu. Ia terus berlari, ia tidak mau ditangkap oleh orang tersebut.

"Tolong!" teriak Anna saat melihat seorang lelaki hendak melajukan motornya.

Anna menoleh ke belakang, orang yang membekapnya tadi masih mengejarnya.

Bugh!

Gadis itu terjatuh. Kakinya tidak sengaja tersandung pada batu di hadapannya.

"Tolong!" teriak Anna, melambaikan tangannya. Ia hendak berdiri, mengejar orang tersebut. Namun naas, Anna kembali tertangkap.

Sayap Pelindung 2 : Cerita yang belum usai [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang